Monday, January 24, 2011

Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dalam Peningkatan Citra Kelapa Sawit Indonesia dalam Perdagangan Internasional

Prospek Kelapa sawit Indonesia yang baik diharapkan memberikan manfaat yang sangat menguntungkan baik dalam pembangunan ekonomi nasional, pembangunan wilayah dan solusi pemecahan masalah penganguran, kemiskinan dan pembangunan daerah. Komoditi sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang prospektif dan peluang untuk pengembangannya cukup terbuka pada hampir semua sub system dalam usaha agribisnis perkelapasawitan. Terbukanya peluang tersebut selain karena dukungan potensi sumber daya yang dimiliki (lahan yang sesuai agroklimat, tenaga kerja, teknologi, ketersediaan varietas / jenis unggul, dan tenaga ahli), juga karena kemampuan daya saing minyak sawit dari negara produsen lainnya, ataupun dengan komoditas substitusi lainnya seperti antara lain: minyak kedelai, minyak rape seed dan minyak bunga matahari (Sun Flower Oil Seeds).

Produksi CPO nasional pada tahun 2010 mencapai 20,8 Juta Ton. Tahun 2011 produksi CPO akan diperkirakan meningkat 21 Juta Ton. Dengan prospek sawit yang potensial, dihadapkan dengan citranegatif kelapa sawit, yaitu pengembangan kelapa sawit yang tidak mengikuti kaidah-kaidah pelestarian lingkungan hidup. Peranan penting minyak sawit dalam perekonomian nasional, potensi pengembangannya ke depan, comparative advantage yang dimiliki, serta adanya permasalahan, maka harus dibuat suatu strategi kebijakan nasional yang operasional, yang mencakup semua sub system agrobisnis on farm (perkebunan), sub system agrobisnis hilir (industri minyak sawit dan turunannya).

Pemerintah Indonesia dalam hal inimenekankan kepada para pelaku usaha perkelapasawitan akan mengacu kepada Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) bukan kepada Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Pada prinsipnya ISPO sudah punya daya saing, dan aturan ISPO wajib (mandatory) bagi seluruh pelaku perkelapasawitan dan diharapkan ketentuan ini dapat meningkatkan pengembangan perkelapasawitan Indonesia. ISPO sendiri secara resmi direncanakan akan diresmikan Menteri Pertanian pada bulan Maret 2011. Beberapa hal yang diterapkan dalam pembukaan lahan baru sesuai dengan Prinsip ISPO:

1. Tersedia SOP/ Instruksi atau prosedur teknis pembukaan lahan baru kelapa sawit.

2. Pembukaan Lahan dilakukan tanpa bakar dan memperhatikan konservasi lahan.

3. Sebelum pembukaan lahan dilakukan, pelaku usaha wajib melakkan studi kelayakan dan AMDAL.

4. Lahan tidak dapat ditanami dengan kemiringan < style=""> Kedalaman < style=""> sejarah dan sebagainya tetap dijaga kelestariaanya.

5. Untuk pembukaan lahan gambut hanya dilakukan pada lahan kawasan budidaya dengan ketebalan gambut , 3 meter, kematangan saprik (matang) dan hemik (setengah matang) dan di bawah gambut bukan merupakan lapisan pasir kuarsa atau lapisan tanah sulfat asam serta mengatur drainase untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

6. Khusus untuk lahan gambut harus dibangun sistem tata air (water management) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

7. Pembuatan sarana jalan, terasering, rorak, penanaman tanaman penutup tanah dalam rangka konservasi lahan.

8. Tersedianya rencana kerja tahunan (RKT) pembukaan lahan baru.

9. Kegiatan pembukaan secara terdomentasi (dan pernyataan pelaku usaha bahwa pembukaan lahan dilakukan tanpa bahan bakar.)

Pada saat ini, Indonesia Sustanainable Palm Oil sudah memasuki tahap finalisasi serta pembahasan mekanisasi sertifikasi. Diharapkan dengan ketentuan dan peraturan tersebut perluasan minyak sawit di pasar Internasional tidak mendapatkan suatu kendala. (Sources: Data BPS, Berbagai sumber terkait, data diolah; F. Hero K. Purba2011)

Tuesday, January 18, 2011

Strategi Negosiasi dalam Persaingan Bisnis Global

Negosiasi merupakan suatu hal yang pokok dan terpenting dalam bisnis untuk melalkukan rencana pengembangan dengan mitra bisnis. Dalam pengertian secara umum negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan cara berunding untuk mencapai kesepakatan kedua belah pihak. Dalam negosiasi, kita dituntut untuk memahami medan mitra bisnis kita. Dengan begitu, kita bisa melihat banyak peluang. Ada dua hal penting yang perlu kita kuasai saat negosiasi. Pertama, menguasai materi dan mengenal partner yang akan diajak negosiasi. Kedua, mengendalikan emosi. Negosiasi ada macam-macam jenisnya. Antara lain negosiasi bisnis (jual beli) antara dua pihak yang ingin melakukan kerjasama bisnis seperti contoh diatas. Kemudian lainnya negosiasi pihak manajemen dengan pekerja, negosiasi politik hingga negosiasi sehari-hari. Negosiasi bisnis berbeda dengan jenis negosiasi lainnya. Dalam suatu negosiasi bisnis, setiap pihak yang terlibat berusaha untuk menemukan suatu win-win solution. Dalam win-win solution, kedua pihak sama-sama mencari solusi yang dapat memuaskan bagi kedua belah pihak.
Suatu negosiasi bisnis, dapat melibatkan pula pihak ketiga baik langsung maupun tidak langsung. Hal yang terpenting adalah, dalam negosiasi bisnis kita harus mengetahui pihak mana yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Sehingga kita tidak melakukan langkah yang salah dalam negosiasi. Jangan sampai kita sudah melakukan negosiasi panjang, ternyata pihak lawan bukanlah key person yang berpengaruh dalam isu tersebut. Didalam negosiasi bisnis ini selain berorientasi pada transaksi bisnis, juga memperhatikan orientasi hubungan antara kedua belah pihak. Kedua pihak saling berusaha untuk memahami dan bekerjasama untuk memperoleh solusi yang memuaskan. Tuntutan dalam persaingan global sangat berarti dalam negosiasi bisnis, tentunya dengan concept yang kita gunakan win-win solution akan mengambilkan suatu hasil yang berarti dengan mitra bisnis kita. Dalam era persaingan global, negosiasi bisnis sangat penting dilakukan dengan trik dan cara yang berbeda untuk mengetahui rekan bisnis kita.
Menurut sumber penulis Cepiar bahwa ada beberapa hal penting yang diperhatikan dalam negosiasi dengan mitra bisnis: 1. Pisahkan pokok masalah yang dinegosiasikan dengan lawan. Jangan sampai masalah pribadi menghambat proses negosiasi yang sedang berjalan. Tak heran perusahaan-perusaha an besar biasanya mempunyai tim negosiasi yang terdiri dari beberapa orang dengan keahlian berlapis-lapis. Dengan begitu, tidak akan pernah terjadi konflik pribadi dengan proses negosiasi. 2. Selalu mengacu pada tujuan utama negosiasi. Apa hasil akhir yang kita inginkan dalam negosiasi ini? Bukan masalah menang atau kalah, apalagi sampai menjatuhkan lawan. So, tetap berkepala dingin dan jangan pernah terpancing dengan emosi atau ego mau menang sendiri. 3. Berikan alternatif win-win solution pada lawan. Selalu fleksibel selama negosiasi agar terhindar dari jalan buntu. Persiapkan beberapa solusi alternatif yang diprediksi bisa menciptakan kondisi saling menguntungkan bagi lawan. 4. Selesaikan proses negosiasi dengan cepat dan tidak bertele-tele. Hindari faktor-faktor yang bisa melelahkan lawan seperti proses negosiasi yang terlalu lama, tempat negosiasi yang tidak kondusif, dll. Karena faktor-faktor tersebut cenderung membuat lawan jadi emosional dan berbalik menekan kita. 5. Riset, riset dan riset. Hal terpenting dalam negosiasi sering berkaitan dengan etika dan budaya. Negosiator ulung selalu melakukan riset untuk mengetahui karakter lawannya. Apa latar belakangnya, kebiasaan, hobi, kesukaan, dll. Terbukti bahwa kebanyakan kontrak besar bisnis dimenangkan bukan di meja rapat, tapi di lapangan golf, kapal pesiar atau restoran. Jadi dalam hal ini negosiator selalu dituntut untuk selalu tahu kapan sebaiknya memberi dan kapan harus menerima, juga peka melihat situasi dan suasana kapan untuk menekan lawan bicaranya. Inilah hal hal yang perlu kita perhatikan dalam negosiasi baik dengan mitra lokal maupun International dalam persaingan global. (sources: Berbagai sumber terkait, data diolah Frans Hero K. Purba)

Monday, January 10, 2011

Strategi Manajemen Bisnis dalam Mengatasi Resiko Pengembangan Usaha

Dalam suatu bisnis terjadinya resiko dan akibatnya terhadap bisnis merupakan dua hal mendasar untuk diidentifikasi dan diukur. Melalui pengelolaan resiko terintegrasi, setiap keputusan strategik yang diambil selalu berdasarkan atas informasi yang valid dan reliable. Untuk suatu bisnis (termasuk perbankan), banyak salah kaprah memahami tentang keberadaan risiko seperti, risiko bisnis dianggap sama dengan risiko finansial dan dianggap sama pula dengan kerugian. Padahal risiko finansial hanyalah salah satu komponen dari risiko bisnis, selain risiko proyek, risiko operasional, risiko pasar dan risiko yang berkaitan dengan regulasi. Dalam suatu bisnis ada beberapa resiko bisnis utama yang haru diperhatikan: 1. pembangunan produk atau sistem yg baik sebenarnya tidak, pernah diinginkan oleh setiap orang (resiko pasar) 2. pembangunan sebuah produk yg tidak sesuai dgn keseluruhan strategi bisnis bagi perusahaan (resiko strategi) 3. Pembangunan sebuah produk dimana sebuah bagian pemasaran tidak tahu bagaimana harus menjualnya. 4. Kehilangan dukungan manajemen senior sehubungan dengan perubahan pd fokus atau perubahan pd manusia (resiko manajemen), 5. Kehilangan hal2 yg berhubungan dgn biaya atau komitmen personal (resiko biaya).

Langkah pengurangan resiko diperlukan bagi definisi standar dokuntasi dan mekanisme untuk memastikan bahwa dokumen dikembangkan secara tepat waktu, guna memastikan kontinuitas. Manajemen risiko dan perencanaan kemungkinan mengasumsikan bahwa usaha pengurangan telah gagal dan risiko menjadi statu kenyataan.

Contoh, diibaratkan proyek sedang berlangsung dengan baik dan sejumlah orang mengatakan akan keluar dari proyek tersebut maka strategi pengurangan telah dilakukan dengan backup , informasi, dokumentasi dan pengetahuan telah disebar ke semua tim. Manajer proyek akan menyesuaikan lagi jadwal dengan fungsi-fungsi yg telah disusun sepenuhnya dan pendatang baru akan ditambah untuk mengejar dan membagun serta akan ditransfer pengetahuan oleh orang akan keluar. Langkah RMMM (Risk Mitigating Monitoring and Management Plan) menambah biaya proyek. (sources data Rekayasa Perangkat Lunak data collected processing By: Frans Hero K. Purba)

Sering ditemukan bahwa pengelolaan resiko hanya terfokus pada resiko yang berhubungan dengan kegiatan operasional, yang kemudian dikonversikan ke dalam satuan uang (resiko finansial). Pendekatan ini tentu saja kurang lengkap, karena tidak mengcover keseluruhan resiko yang melekat pada bisnis yang digeluti. Memang, setiap industri memiliki penekanan sendiri-sendiri terhadap resiko yang akan dikendalikannya. Menurut Robert Charette konseptual mengenai resiko yaitu: 1. Resiko berhubungan dengan kejadian di masa yg akan datang. 2. Resiko melibatkan perubahan (spt. perubahan pikiran, pendapat, aksi, atau tempat), 3. Resiko melibatkan pilihan & ketidakpastian bahwa pilihan itu akan dilakukan. Tentunya dalam mengatasi berbagai resiko harus memikirkan win-win solotion dalam pengendalian suatu usaha.

If we trace in a business of risk and implications for business are the two fundamental things to be identified and measured. Through integrated risk management, any strategic decisions taken are always based on valid and reliable information. For a business (including banking), many misguided understanding of the existence of such risks, business risks are considered equal and treated the same financial risks as well with the loss. Though the financial risk is just one component of business risk, in addition to project risk, operational risk, market risk and risks associated with the regulation. In a business there are several major business risk that emotion note: 1. building a good product or system was not, never desired by every person (market risk) 2. development of a product which does not fit with the overall business strategy for the company (risk strategy) 3. Construction of a product where a marketing department does not know how to sell it. 4. Loss of senior management support in relation to changes in focus or change in pd pd man (risk management), 5. Losing hal2 pertinent personal cost or commitment (risk costs).
Risk reduction measures are necessary for standard definition dokuntasi and mechanisms to ensure that the document was developed in a timely manner, to ensure continuity. Risk management and planning of the possibility of assuming that business has failed and risk reduction into statu reality.
For example, likened the project is going well and some people are saying will be out of the project is the reduction strategy has been done with the backup, information, documentation and knowledge have been distributed to all teams. The project manager will adjust the schedule again with the functions which have been prepared fully and newcomers will be added for the chase and membagun and want to transfer the knowledge by the people will come out. Step RMMM (mitigating Risk Monitoring and Management Plan) increase the project cost. Often found that risk management is only focused on the risks associated with operational activities, which is then converted into units of money (financial risk). This approach is certainly incomplete, because it does not cover the overall risks inherent to the business they work at. Indeed, every industry has its own emphasis on the risks to be controlled. According to Robert Charette conceptual about the risks, namely: 1. Risks associated with events in the days to come. 2. Risk involving changes (eg changes in thoughts, opinions, actions, or places), 3. Involve risks and uncertainties that choice will be made that choice. Of course, in addressing a variety of risks have to think win-win solotion in control of a business.