Friday, February 25, 2011

Perkembangan Pasar dan Potensi Ekspor Karet Indonesia di pasar Dunia

Untuk jumlah konsumsi karet dunia dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan, jika pada tahun 2009 konsumsi karet dunia sebesar 9,277 juta ton, untuk tahun 2010 naik menjadi 10,664 juta ton. Sementara produksi karet mentah dunia hanya mampu memberikan sebanyak 10,219 juta ton pada tahun 2010 naik dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar 9,702 juta ton karet alam atau minus sekitar 445.000 ton. Harga karet di pasar dunia tersebut dipengaruhi oleh tingginya permintaan terhadap komoditas tersebut dari negara-negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat seperti China, India, dan Asia Pasifik.

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik bahwa untuk luas areal karet Indonesia sebagai yang terbesar di dunia dengan luas 3,4 juta hektar, diikuti Thailand seluas 2,6 juta hektar dan Malaysia 1,02 juta hektar. Meski memiliki lahan terluas, produksi karet Indonesia tercatat sebesar 2,4 juta ton atau di bawah produksi Thailand yang mencapai 3,1 juta ton, sedangkan produksi karet Malaysia mencapai 951 ribu ton. Untuk mutu bahan olah karet rakyat (bokar) sangat menentukan daya saing karet alam Indonesia di pasar International. Dengan mutu bokar yang baik akan terjamin permintaan pasar jangkan panjang. Mutu bokar yang baik dicerminkan oleh Kadar Kering Karet (KKK) dan tingkat kebersihan yang tinggi. Upaya perbaikan mutu bokar harus dimulai sejak penanganan lateks di kebun sampai dengan tahap pengolahan akhir.

Indonesia pada tahun 2010 hanya mampu memberikan kontribusi untuk kebutuhan karet dunia sebanyak 2,41 juta ton karet alam atau urutan kedua setelah Thailand yang sebesar 3,25 juta ton. Menurut data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO), untuk tahun 2011 produksi karet alam dunia diasumsikan hanya berkisar 10,970 juta ton sementara untuk konsumsi diperkirakan mencapai 11,151 juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau minus sekitar 181.000 ton. Kurangnya produk karet alam dunia di tahun 2011 salah satunya di karenakan terganggunya produksi karet di beberapa negara seperti Australia, hujan deras yang disebabkan oleh lamina yang juga menyebabkan banjir di negara tersebut telah mengganggu proses penyadapan karet. Kemudian di Thailand asosiasi natural rubber producing countries di Thailand memperkirakan produk karet alam pada musim dingin yang berlangsung mulai Febuari-Mei berdampak pada menurunnya produk karet hingga 50 persen. Dengan adanya asumsi tersebut, dipastikan Indonesia berpeluang besar untuk memasok karet alam hasil produk Indonesia ke luar negeri/ekspor dan tentunya dengan catatan untuk produk karet Indonesia agar lebih ditingkatkan. Untuk tahun 2010 ekspor karet Indonesia sebesar 1,9 juta ton. Diperkirakan untuk targetnya tahun ini ekspor karet bisa naik hingga 10%. (Sumber data BPS, media terkait, data diolah F. Hero K. Purba)

Monday, February 21, 2011

Negosiasi Bisnis dalam Pengembangan Usaha pada Pemasaran Global

Untuk memenangkan persaingan, negosiasi merrupakan suatu kunci dalam mengembangkan jaringan dan perencanaan dalam usaha. Negosiasi merupakan suatu hal yang pokok dan terpenting dalam bisnis untuk melalkukan rencana pengembangan dengan mitra bisnis. Pengertian Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan cara berunding untuk mencapai kesepakatan kedua belah pihak. Dalam negosiasi, kita dituntut untuk memahami medan mitra bisnis kita. Dengan begitu, kita bisa melihat banyak peluang. Ada dua hal penting yang perlu kita kuasai saat negosiasi. Pertama, menguasai materi dan mengenal partner yang akan diajak negosiasi. Kedua, mengendalikan emosi. Negosiasi ada macam-macam jenisnya. Antara lain negosiasi bisnis (jual beli) antara dua pihak yang ingin melakukan kerjasama bisnis seperti contoh diatas. Kemudian lainnya negosiasi pihak manajemen dengan pekerja, negosiasi politik hingga negosiasi sehari-hari.
Beberapa hal yang diperlukan dalam negosiasi bisnis:
1. Anda harus mendengarkan sebelum bicara. Mulut diciptakan satu, sementara telinga sepasang. Itu artinya, Anda seharusnya lebih banyak mendengar daripada bicara. Termasuk soal urusan negosiasi. Pahami dan dengarkan dulu apa yang menjadi keinginan pihak lain, kemudian telaah apa yang menjadi kebutuhan. Lantas, sesuaikan dengan apa yang bisa Anda berikan sehingga dari sana Anda akan tahu persis apa yang bisa dinego untuk kesuksesan usaha Anda.
2. Kuasai rasa gugup dengan sikap santun. Negosiasi kadang akan melahirkan “perang urat” yang kadang berakhir pada kekalahan semua pihak. Karena itu, kesantunan dalam berkata-kata, perhatian yang diberikan pada pihak lain, dan sikap baik yang ditunjukkan kadang akan “melunturkan” suasana sehingga negosiasi lebih mudah dilaksanakan.
3. Belajarlah tentang berbagai materi/bahan/data penunjang negosiasi. Penguasaan Anda akan materi yang sedang didiskusikan akan memberikan daya tawar yang lebih baik pada Anda. Termasuk, saat Anda sudah tahu kelebihan dan kekuatan pihak yang diajak bernego, maka Anda akan lebih mudah “masuk” untuk mendapat tawaran paling menguntungkan.
4. Jika tak memungkinkan, carilah peluang lain. Kadang kala, negosiasi berjalan terlalu alot sehingga tak ada satu pun pihak yang mengalah. Saat situasi itu terjadi, jangan terjebak pada emosi. Tapi, siapkan materi lain yang mungkin bisa dinegosiasikan ulang. Sehingga, negosiasi tak berakibat permusuhan. Karena itu, siapkan materi negosiasi sedetail mungkin, sehingga banyak rencana yang bisa Anda “belokkan” untuk tetap menguntungkan bagi usaha Anda.
5. Anda adalah negosiator ulung. Kadang, rasa percaya diri sangat memengaruhi proses negosiasi. Dan, jika ini terjadi, ingatlah bahwa Anda adalah negosiator ulung sejak masih anak-anak. Ingatkah Anda pernah merengek minta mainan hingga menangis dan akhirnya orangtua luluh? Itulah bakat yang ada dan sudah Anda miliki. Jangan ragu untuk terus bernegosiasi.

Negosiasi bisnis berbeda dengan jenis negosiasi lainnya. Dalam suatu negosiasi bisnis, setiap pihak yang terlibat berusaha untuk menemukan suatu win-win solution. Dalam win-win solution, kedua pihak sama-sama mencari solusi yang dapat memuaskan bagi kedua belah pihak. Untuk suatu negosiasi bisnis, dapat melibatkan pula pihak ketiga baik langsung maupun tidak langsung. Hal yang terpenting adalah, dalam negosiasi bisnis kita harus mengetahui pihak mana yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Sehingga kita tidak melakukan langkah yang salah dalam negosiasi. Jangan sampai kita sudah melakukan negosiasi panjang, ternyata pihak lawan bukanlah key person yang berpengaruh dalam isu tersebut. Didalam negosiasi bisnis ini selain berorientasi pada transaksi bisnis, juga memperhatikan orientasi hubungan antara kedua belah pihak. Kedua pihak saling berusaha untuk memahami dan bekerjasama untuk memperoleh solusi yang memuaskan. Tuntutan dalam persaingan global sangat berarti dalam negosiasi bisnis, tentunya dengan concept yang kita gunakan win-win solution akan mengambilkan suatu hasil yang berarti dengan mitra bisnis kita. Dalam era persaingan global, negosiasi bisnis sangat penting dilakukan dengan trik dan cara yang berbeda untuk mengetahui rekan bisnis kita.
Menurut sumber penulis Cepiar bahwa ada beberapa hal penting yang diperhatikan dalam negosiasi dengan mitra bisnis: 1. Pisahkan pokok masalah yang dinegosiasikan dengan lawan. Jangan sampai masalah pribadi menghambat proses negosiasi yang sedang berjalan. Tak heran perusahaan-perusaha an besar biasanya mempunyai tim negosiasi yang terdiri dari beberapa orang dengan keahlian berlapis-lapis. Dengan begitu, tidak akan pernah terjadi konflik pribadi dengan proses negosiasi. 2. Selalu mengacu pada tujuan utama negosiasi. Apa hasil akhir yang kita inginkan dalam negosiasi ini? Bukan masalah menang atau kalah, apalagi sampai menjatuhkan lawan. So, tetap berkepala dingin dan jangan pernah terpancing dengan emosi atau ego mau menang sendiri. 3. Berikan alternatif win-win solution pada lawan. Selalu fleksibel selama negosiasi agar terhindar dari jalan buntu. Persiapkan beberapa solusi alternatif yang diprediksi bisa menciptakan kondisi saling menguntungkan bagi lawan. 4. Selesaikan proses negosiasi dengan cepat dan tidak bertele-tele. Hindari faktor-faktor yang bisa melelahkan lawan seperti proses negosiasi yang terlalu lama, tempat negosiasi yang tidak kondusif, dll. Karena faktor-faktor tersebut cenderung membuat lawan jadi emosional dan berbalik menekan kita. 5. Riset, riset dan riset. Hal terpenting dalam negosiasi sering berkaitan dengan etika dan budaya. Negosiator ulung selalu melakukan riset untuk mengetahui karakter lawannya. Apa latar belakangnya, kebiasaan, hobi, kesukaan, dll. Terbukti bahwa kebanyakan kontrak besar bisnis dimenangkan bukan di meja rapat, tapi di lapangan golf, kapal pesiar atau restoran. Jadi dalam hal ini negosiator selalu dituntut untuk selalu tahu kapan sebaiknya memberi dan kapan harus menerima, juga peka melihat situasi dan suasana kapan untuk menekan lawan bicaranya. Inilah hal hal yang perlu kita perhatikan dalam negosiasi baik dengan mitra lokal maupun International dalam persaingan global. (sources: Berbagai sumber terkait, data diolah Frans Hero K. Purba)

Thursday, February 17, 2011

Pengembangan Sistem Intelijen Pemasaran / Market Inteligent dalam Strategi untuk memenangkan Pemasaran dalam Kompetisi Persaingan Usaha

Strategi untuk memasuki suatu pasar adalah metode yang direncanakan memberikan barang atau jasa kepada target pasar baru dan penyebaran mereka di sana. Ketika mengimpor atau mengekspor jasa, mengacu untuk mendirikan dan mengelola kontrak di negara asing. Hanya sedikit perusahaan yang berhasil beroperasi di ceruk pasar tanpa pernah melakukan ekspansi ke pasar baru tapi kebanyakan bisnis mencapai peningkatan penjualan, brand awareness dan stabilitas usaha dengan memasuki pasar baru. Mengembangkan strategi masuk pasar win-win melibatkan analisis mendalam tentang beberapa faktor, secara berurutan direncanakan. Dalam sistem intelijen pemasaran merupakan bagian dari sistem informasi pemasaran serta sangat erat kaitannya dengan sistem catatan intern perusahaan dan riset pemasaran. Kotler mendefinisikan sistem intelijen pemasaran sebagai seperangkat prosedur dan sumber yang digunakan oleh para manajer untuk mendapatkan informasi sehari-hari tentang perkembangan-perkembangan yang berkaitan dengan lingkungan pemasaran. Informasi itu dapat berasal dari dalam perusahaan sendiri, konsultan riset pemasaran, biro periklanan, pemasok, pelanggan bahkan pesaing.

Sistem Intelijen Pemasaran adalah seperangkat prosedur dan sumber yang digunakan oleh para manajer untuk memperoleh informasi harian mengenai perkembangan di lingkungan pemasaran. Kata intelligence sendiri dalam kamus memiliki arti “kecerdasan”. Di bidang pemasaran, orang yang bertugas sebagai marketing intelligence bukan hanya dituntut cerdas dalam pemikiran, namun juga jeli dalam melihat persaingan yang ada. Sistem intelijen pemasaran merupakan bagian dari sistem informasi pemasaran serta sangat erat kaitannya dengan sistem catatan intern perusahaan dan riset pemasaran. Informasi tersebut dapat berasal dari dalam perusahaan sendiri, konsultan riset pemasaran, biro periklanan, pemasok, pelanggan, bahkan pesaing.Intelijen pemasaran sudah banyak dipakai secara profesional sebagai suatu alat diplomasi oleh perusahaan yang bersaing. Persaingan menjadi dasar pengembangan intelijen pemasaran, baik secara nasional maupun global. Penurunan efisiensi dan ketidakmampuan perusahaan mendapatkan laba adalah indikator diperlukannya sebuah intelijen pemasaran. Sistem Market Intelijen ini dilakukan perusahaan guna melihat posisi persaingan dalam bisnis yang sejenis, sekaligus menentukan posisi perusahaan kita dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
Berikut langkah langkah tersebut : Perusahaan dapat melatih staf bagian penjualannya untuk meningkatkan kepekaan mata, telinganya dalam melihat informasi informasi penting selama ia menjalankan tugas penjualannya dan kemudian dilaporkannya kepada manajemen/marketing manajer. Posisi staf penjualan adalah sangat strategis untuk mengumpulkan data intelijen pemasaran. Misalnya dari pembicaraan dengan para pembeli, mungkin saja pembeli menyampaikan sesuatu informasi berharga tentang produk sejenis yang dijual oleh pesaing kita. Staff penjualan ( atau bahkan staff lainnya ) perlu dilatih tentang hal ini, sebab oleh karena kesibukannya mereka bisa jadi tidak peka terhadap perkembangan dilingkungan pemasarannya. Mendorong bagian distribusi, retailer untuk mengumpulkan informasi penting tentang perusahaan sejenis. Perusahaan dapat belajar mengenai para pesaing dengan membeli produk dari pesaing, mengikuti launching produk, melihat pameran pameran, mengumpulkan iklan iklan pesaing. (Berbagai sumber terkait, Media, data diolah F. Hero K. Purba)

Marketing Intelligence Systems Development / Intelligent Market in Competition to win the Marketing Strategy in Competition Companies



Strategies for entering a market is the planned method of providing goods or services to target new markets and spread them over there. When importing or exporting services, refer to establishing and managing contracts in foreign countries. Only a few companies that successfully operate in a niche market without ever expanding into new markets but most businesses achieve increased sales, brand awareness and business stability by entering new markets. Develop market entry strategy of win-win involves a thorough analysis of several factors, sequentially planned. In a marketing intelligence system is part of the marketing information system and is closely associated with the system of internal records and marketing research firm. Kotler defines marketing intelligence system as a set of procedures and sources used by managers to obtain everyday information concerning developments relating to the marketing environment. That information can come from within his own company, marketing research consultants, advertising agencies, suppliers, customers and even competitors.

Marketing Intelligence System is a set of procedures and sources used by managers to obtain daily information about developments in the marketing environment.
Intelligence own words in the dictionary means "intelligence". In the field of marketing, who served as a marketing intelligence is not just smart in thinking is required, but is also keen in seeing competition. Marketing intelligence system is part of the marketing information system and is closely associated with the system of internal records and marketing research firm. Such information can come from within his own company, marketing research consultants, advertising agencies, suppliers, customers, even pesaing.Intelijen marketing professionals have been used as a tool of diplomacy by competing firms. Competition became the basis for developing marketing intelligence, both nationally and globally. Decrease in efficiency and the inability of the company at a profit is an indicator of the need for marketing intelligence. Market Intelligence System was conducted in order to see the competitive position of companies in similar businesses and to determine the position of our company compared to other similar companies.
Following these steps: The company can train its sales staff to increase the sensitivity of the eyes, ears in view of information vital information during his sales duties and then reported to the management / marketing manager. The position is very strategic sales staff to collect data for marketing intelligence. For example, from discussions with the buyer, the buyer may convey something valuable information about similar products sold by our competitors. Sales staff (or even other staff) need to be trained about this, because so busy they may not be sensitive to the development of its marketing environment. Encouraging the distribution, retailers to collect important information about its peers. Companies can learn about their competitors by buying products from competitors, following the product launch, see the exhibition exhibitions, collecting advertising competitors' ads.

Wednesday, February 16, 2011

Gejolak Negara dalam Kancah Perpolitikan Memberikan Keterpurukan Hidup Rakyat

Tidak bisa dipungkiri nimatnya kekuasaan yang menjadikan efek domino yang memberikan dampak bagi rakyat. Sebagai contoh Dua tahun berlalu. Mesir kini sedang menghadapi gejolak politik sebagai imbas reformasi di Tunisia. Mungkinkah Mubarak masih mengingat percakapan tersebut? Apakah benar Mubarak telah menjalankan reformasi, kebebasan pers, serta demokrasi? Fakta sejarah mungkin dapat dijadikan acuan untuk menjawab segala pertanyaan tersebut.
Seperti dilansir kantor berita Reuters, sepanjang 30 tahun berkuasa di negara seribu menara ini, Mubarak menjalani sejumlah fase krusial dalam perpolitikan Mesir. Pada 6 Oktober 1981, dia yang saat itu menjabat sebagai wakil presiden, disembunyikan di kantornya ketika terjadi serangan yang dilakukan oleh kelompok Jihad Islam terhadap Presiden Anwar Sadat. Di tahun yang sama, dia ditasbihkan sebagai presiden keempat Mesir menggantikan pejabat sementara Presiden Sufi Abdul Taleb. Ini merupakan awal dari karier panjang Mubarak sebagai penguasa Mesir.Pada awal 2000-an, Mubarak mulai mewacanakan rencana untuk mundur dan menunjuk sang anak, Gamal Mubarak, sebagai sang suksesor. Penolakan pun langsung muncul dari seantero Mesir, seperti yang terjadi di Kefaya tahun 2005. Namun, aksi ini hanya dianggap angin lalu oleh mantan panglima Angkatan Udara Mesir ini.Di tahun yang sama, Parlemen Mesir yang mayoritas dihuni pendukung Mubarak, merevisi aturan pemilu presiden yang memungkinkan terjadinya kontestasi dalam menduduki tampuk kekuasaan Mesir. Tapi, ratifikasi aturan ini hanya dianggap kamuflase oleh kalangan oposisi. Ini dikarenakan ketatnya syarat pencalonan presiden yang dapat mengakibatkan terganjalnya calon dari oposisi. Pemilu demi pemilu digelar tapi Mubarak tetap jadi pemenangnya. Partai Nasional Demokratik (NDP) yang menjadi pendukung utamanya selalu mengendalikan parlemen. Kemenangan mayoritas NDP ini mencuatkan kecurigaan kalangan oposisi adanya kecurangan yang dilakukan pemerintah.Pascapemilu 2010, gerakan massa oposisi mulai mendengungkan ide perubahan. Gerakan bawah tanah yang berlangsung di sejumlah universitas dan komunitas masyarakat ini, mencapai puncaknya pada Januari 2011 di Lapangan Tahrir. Akhirnya, setelah sekitar dua juta demonstran di Lapangan Tahrir mengancam akan menjatuhkan presiden secara paksa, Hosni Mubarak akhirnya memilih mundur sendiri. Menurut Wakil Presiden Mesir, Omar Suleiman, Presiden Hosni Mubarak sudah menyatakan mundur dan menyerahkan kekuasaannya kepada pihak militer.

Beberapa Presiden Yang Digulingkan Melalui People Power


Jika Mubarak benar-benar tak mampu lagi bertahan di singgasana kepresidenan Mesir, berarti dia merupakan presiden kesekian di dunia ini yang dijatuhkan oleh rakyatnya oleh people power. Berikut daftar presiden yang digulingkan oleh rakyatnya sendiri karena bertindak tirani, korup, dan tak mau mendengarkan aspirasi rakyatnya.



1. Jenderal Soeharto


Presiden Republik Indonesia (RI) ke-2 yang lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 8 Juni 1921 ini mulai berkuasa pada 1967, menggantikan presiden RI ke-1, Soekarno. Selama memerintah hingga ditumbangkan oleh kekuatan rakyat (people power) melalui aksi demo besar-besaran pada Mei 1998, presiden ini sempat membuat Indonesia dijuluki sebagai macan Asia karena pertumbuhan ekonominya yang sangat pesat dan membuat Indonesia terangkat dari daftar salah satu negara miskin di dunia, menjadi negara berkembang. Namun selama 32 tahun berkuasa, presiden yang murah senyum sehingga dijuluki The Similing General ini bertindak otoriter dan menyuburkan korupsi, sehingga kemakmuran hanya dinikmati oleh orang-orang di sekitarnya, sementara banyak rakyatnya yang tetap miskin, bahkan semakin miskin, dan angka pengangguran sangat tinggi. Selama presiden ini berkuasa, cukup banyak aktivis yang hilang karena mengkitik pola pemerintahannya, dan sebuah majalah, yakni Tempo, dibredel.

2. Ferdinand Marcos


Presiden bernama lengkap Ferdinand Edralín Marcos ini lahir di Sarrat, Ilocos Norte, Filipina, pada 11 September 1917. Dia menjadi presiden Filipina mulai 30 Desember 1965, dan digulingkan rakyatnya pada 25 Februari 1986. Selama berkuasa, presiden ini juga bertindak otoriter dan korup, bahkan agar dirinya tetap menjadi presiden, pada pemilu 1981 dia melakukan berbagai kecurangan, dan ini diulangi lagi pada pemilu 1986 yang membuatnya terpilih menjadi presiden Filipina untuk yang keempat kalinya. Rakyat Filipina yang sudah tak tahan lagi berada di bawah kendali rezimnya, akhirnya melakukan revolusi Epifanio de los Santos Avenue (EDSA) atau revolusi damai, tak lama setelah kemenangannya dalam pemilu diumumkan. Marcos dan istrinya, Imelda Marcos, kabur ke Hawai, dan dia meninggal di negara tempat pelariannya itu pada 1989 akibat penyakit ginjal, jantung, dan paru-paru.



3. Joseph Estrada


Sebelum berkecimpung di dunia politik, presiden bernama lengkap José Marcelo Ejército dan lahir di Tondo, Manila, pada 19 April 1937 ini adalah seorang aktor film di negaranya, Filipina. Dia menjadi presiden Filipina ke-13 mulai 30 Juni 1998, namun digulingkan rakyatnya melalui revolusi ADSA pada 20 Januari 2001. Karir Joseph begitu mudah hancur karena pemerintahannya didera skandal korupsi. Dia digantikan wakil presidennya, Gloria Macapagal-Arroyo, dan pada 12 September 2007 dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena korupsi yang dilakukannya.



4. Zine El Abidine Ben Ali



Presiden Republik Tunisia ini lahir pada 3 September 1936 dan mulai menjabat sebagai presiden pada 7 November 1987 setelah di negara itu terjadi kudeta berdarah untuk menggulingkan Presiden Habib Bourguiba. Ben dilengserkan rakyatnya sendiri pada 14 Januari 2011, atau setelah 23 tahun berkuasa, melalui aksi demo besar-besaran di seantero negeri yang menimbulkan korban jiwa hingga sekitar 100 orang. Selama menjadi presiden, Ben juga cenderung otoriter dan tak mau mendengarkan keluh kesah warganya, sehingga angka kemiskinan dan pengangguran di negaranya sangat tinggi, sementara lawan politiknya yang mengkritik pola pemerintahannya, banyak yang dianiaya. Bahkan memasuki 2011, negaranya yang berada di Afrika Utara, dilanda krisis pangan. Kemarahan rakyat terhadap presiden ini memuncak setelah seorang tukang sayur berusia 26 tahun, Mohamed Bouazizi, melakukan aksi bakar diri karena barang dagangannya disita polisi di kota Sidi Bouzid pada 17 Desember 2010. Ben dan istrinya kabur ke Saudi Arabia.


Pola kepemimpinan yang otoriter, korup, dan tidak mau mendengarkan aspirasi rakyatnya memang pola kepemimpinan yang rawan mengundang kemarahan rakyat. Selama pola kepemimpinan seperti ini masih terus ada, sejarah akan terus berulang karena akan terus ada pemimpin yang digulingkan rakyatnya sendiri. Kita harus menelaah lebih baik lagi bahwa level kepemimpinan ada dua level nasional dan level internasional. Sedangkan masalah yang dihadapi bukan hanya lokal tetapi juga internasional karenanya kepemimpinan umat bukan hanya berlevel nasional tetapi juga harus internasional. Tipologi pemimpin ini susah dicari, tetapi memang harus dilahirkan. Hanya kondisilah yang melahirkan pemimpin transformatif. Konsekuensinya, pemimpin jenis ini tidak selamanya populer di masyarakat. Dengan adanya pemimpin (leader) dan pengikut (pengikut), adanya kepemimpinan (leadership) dan kepengikutan (followership). Sehubungan dengan itu dapat dikatakan bahwa pemimpin dan kepemimpinan adalah gejala sosial (social/group phenomenon). Sejarah manusia dari abad ke abad membuktikan bahwa kehidupan setiap kelompok sosial tidak terlepas dari manusia-manusia besar yang memimpinnya. Cara bertindak seorang pemimpin, dapat didorong oleh kecenderungan pribadi oleh keinginannya untuk menguasai situasi yang dihadapi. Dalam hal tindakan seorang pemimpin didorong oleh kecenderungan pribadi, maka yang dibicarakan adalah tipe. Tetapi apabila itu didorong oleh keinginannya untuk mengatasi dan menguasai situasi yang dihadapi, maka tindakan itu menunjuk kepada metode kepemimpinan yang dipergunakan. Dalam hal ini kadang-kadang harus melawan kecenderungan pribadinya.

Setiap pemimpin mempunyai kecenderungan untuk mempergunakan jenis kepemimpinan tertentu. Penonjolan ini dapat dilihat dengan jelas pada saat ia mempergunakan jenis kepemimpinan yang tidak tepat pada situasi tertentu. Itupun telah dilakukan tanpa melawan dengan kecenderungan pribadi. Misalnya dalam keadaan darurat ia mempergunakan kepemimpinan yang demokratis. Dalam hubungan ini jenis kepemimpinan yang diterapkan itu dikatakan tidak tepat, oleh karena pada hematnya yang penting untuk saat itu ialah usaha-usaha untuk menguasai situasi dan untuk itu dibutuhkan ciri-ciri atau kepemimpinan yang dapat menjamin penguasaan situasi. Namun, demikian para pemimpin pada umumnya mempergunakan pendekatan yang berlainan terhadap situasi yang berbeda, dengan pengharapan akan dapat mengatasi dan menguasai situasi yang dihadapi. Dengan kata lain mereka mereka berusaha mempergunakan metode yang berbeda-beda sesuai dengan perubahan kondisi. (Sumber : Majalah Forum Keadilan, Repbulika, Berbagai sumber terkait , data diolah F. Hero K. Purba)



Monday, February 7, 2011

Membangun & menilai Strategi Business Unit (SBU) Perusahaan

Disusun oleh: Frans Hero K. Purba, MBA

Persaingan antar perusahaan dalam nuansa bisnis sangatlah kompetitif dalam persaingan global. Sangatlah penting bagi seorang Pimpinan suatu perusahaan atau badan usaha, untuk menilai dan mengevaluasi apakah unit bisnis yang dibawah kendalinya benar-benar menguntungkan. Strategi bisnis, kadang disebut strategi persaingan atau strategi saja adalah ditentukan oleh enam dimensi, keempat dari yang pertama mengupas tentang bisnis dan unsur pentingnya. Sedang dua unsur lainnya menunjukkan keberadaan bisnis dalam suatu sistem yang berkaitan dengan kesatuan bisnis yang lain.Ada beberapa cara menilai sebuah Strategic Business Unit (selanjutnya disingkat SBU). Strategi Unit Bisnis mencakup bagaimana cara agar dapat sukses bersaing pada pasar tertentu. Strategi unit bisnis ini terkait dengan Unit Bisnis Strategis, yaitu bagian dari organisasi yang terfokus pada penyediaan barang dan jasa untuk pasar eksternal tertentu. Salah satunya dan umum digunakan adalah menghitung nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan bisa dihasilkan dari SBU yang bersangkutan. Nilai sekarang dari arus kas tersebut merupakan nilai dari SBU. Adapun tahap-tahap perhitungan dengan model arus kas didiskonto (discounted cash flow model), yang antara lain saya dapatkan dari bukunya pak Bramantyo, berjudul “Restrukturisasi Perusahaan Berbasis Nilai. Strategi Menuju Keunggulan Bersaing” (2004: 83-105). Tahap penilaian SBU terdiri atas 10 tahap, yang secara garis besarnya sebagai berikut:

A. Tahap 1: Tetapkan basis “FCFE” (Free Cash Flow for Equity)

FCFE adalah singkatan dari Free Cash Flow for Equity yang artinya, arus kas yang menjadi hak pemegang saham, yang secara prinsip dapat ditarik oleh pemegang saham. Pada tahap ini menghitung FCFE mulai tahun dasar, adalah saat dimana perusahaan akan menjual SBU yang bersangkutan, atau saat dimana perusahaan akan membeli suatu perusahaan untuk dijadikan SBU. Atau saat perusahaan ingin mengetahui nilai SBU, sekalipun perusahaan tidak ada rencana melakukan transaksi jual beli SBU yang bersangkutan..

B. Tahap 2: Hitung FCFE yang disesuaikan.

FCFE perlu disesuaikan supaya mencerminkan FCFE yang benar-benar dihasilkan dari operasi normal. Sekalipun didasarkan atas laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik, nilai FCFE tetap perlu diperiksa ulang. Karena, nilai FCFE akuntansi, yaitu yang sesuai angka dalam laporan keuangan, belum menunjukkan nilai FCFE ekonomis. Hal ini disebabkan masih banyak ruang bagi perusahaan dan akuntan publik untuk mempercantik laporan keuangan. Kasus-kasus perusahaan yang menyajikan laporan keuangan tidak valid, tetapi memperoleh pendapat “wajar tanpa syarat” oleh akuntan publik sudah banyak dipublikasikan di koran-koran.

C. Tahap 3: Pertimbangkan tindakan perusahaan yang mungkin

Perusahaan juga perlu mengidentifikasi tindakan yang mungkin dilakukan sebelum memperjual belikan suatu SBU. Tindakan tersebut bisa jadi berdampak sangat signifikan terhadap SBU yang bersangkutan, misalnya bila perusahaan melelang sebagian dari aset perusahaan, tentu nilai perusahaan akan menurun.

D. Tahap 4: Tetapkan tingkat pertumbuhan

Setelah mendapatkan nilai FCFE pada tahun dasar, tahap berikutnya adalah menetapkan tingkat pertumbuhan FCFE. Bila SBU atau perusahaan yang sedang dinilai berada pada siklus pengenalan (masuk kuadran “tanda tanya”) atau pada siklus awal pertumbuhan (tahun pertama berada pada kuadran “bintang”), perusahaan dapat menggunakan dua angka pertumbuhan. Pertumbuhan FCFE pertama dihitung sejak SBU atau perusahaan akan dihitung nilainya, atau saat basis FCFE, sampai lima tahun berikutnya. Setelah periode lima tahun ini, FCFE SBU atau perusahaan sudah mencapai tingkat pertumbuhan yang normal. Pertumbuhan FCFE kedua diterapkan untuk periode normal tersebut.

Ada juga yang menyatakan agar tingkat pertumbuhan dibuat lebih konservatif, agar hasilnya tidak over valued, dengan membagi tingkat pertumbuhan ke dalam beberapa sub periode (tidak hanya dua sub periode).

Cara lain menetapkan pertumbuhan adalah:

Pertumbuhan = Retention Ratio x ROE

Retention Ratio adalah rasio antara laba ditahan dengan laba bersih yang telah disesuaikan. Sedangkan ROE (Return on Equity) adalah rasio antara laba bersih yang telah disesuaikan dengan nilai ekuitas dalam neraca.

E. Tahap 5: Menetapkan tingkat diskonto

Tingkat diskonto atau Cost of Equity (CoE) dapat ditetapkan dengan beberapa cara, antara lain:

Konsep CAPM. Capital Asset Pricing Model (atau CAPM) nerupakan salah satu cara populer untuk menetapkan CoE. Cara menetapkan CoE menggunakan CAPM secara praktis dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Ri = Rf + b(Rm-Rf), dengan

  • Ri = CoE SBU atau perusahaan
  • Rf = Tingkat pengembalian investasi bebas risiko
  • b = beta dari SBU atau perusahaan
  • Rm= tingkat pengembalian pasar

Konsep APM (Arbitrage Pricing Model)

Dalam konsep ini ada yang menyebutnya sebagai Arbitrage Pricing Theory (APT) . Perbedaan formula penghitungan CoE menggunakan APM dan CAPM adalah dalam hal faktor pasar. Pada CAPM, hanya Rm, tingkat pengembalian pasar, yang digunakan sebagai faktor pasar. Asumsinya, semua variavel sudah tercermin dalam Rm. Sedangkan pada konsep APM, ada anggapan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi Rs selain Rm. Misalnya, pertumbuhan produk nasional (gPNB), pertumbuhan harga minyak (Ro), laju inflasi (Rp), pertumbuhan jumlah uang beredar (Rc) dan sebagainya.

Dengan demikian, semakin banyak menemukan faktor pasar yang relevan, semakin banyak variabel yang digunakan untuk regresi atau pembuatan model. APM tidak memberikan petunjuk faktor pasar apa saja yang perlu digunakan untuk menentukan Rs.f. Analis dituntut untuk mampu bermain-main dengan statistik dan ekonometrik supaya dapat menghitung Rs.f dengan baik.

Analis juga dituntut dapat menetapkan besarnya premium.

Rs = CoE = Rf + premium

Pengertian premium adalah tambahan biaya yang harus ditanggung dan ditawarkan ke investor, supaya investor mau menginvestasikan uangnya ke SBU atau perusahaan yang dianalisis. Adanya tambahan biaya karena investasi di SBU atau perusahaan, memiliki risiko yang lebih besar dibanding dengan investasi di obligasi pemerintah dengan tingkat pengembalian sebesar Rf. Semakin besar risiko, semakin besar pula premium yang perlu diberikan.

Sebagai contoh, SBU untuk perusahaan pengembang, real estat, otomotif, tergolong SBU berisiko tinggi. SBU untuk perusahaan jasa manajemen, dan industri kebutuhan dasar, memiliki tingkat risiko yang lebih rendah.

f. Tahap 6: Tetapkan Terminal Value.

Istilah terminal value sering diasosiasikan sebagai salvage value (nilai sisa). Nilai sisa perlu diprediksi untuk sebuah proyek yang ada masa berakhirnya. Misalkan proyek pembangkit listrik dengan umur 25 tahun. Sebelum memutuskan investasi dan menetapkan nilai proyek tersebut, analis perlu menghitung berapa nilai sisa dari proyek tersebut setelah 25 tahun yang akan datang. Cara menghitung nilai sisa bisa menggunakan perkiraan nilai likuidasi. Oleh karena itu, asumsi selama kurun waktu prediksi sangat diperlukan. Semakin baik asumsi dibuat, akan semakin akurat pula perhitungannya.

Penggunaan terminal value berbeda dengan penggunaan nilai sisa. Terminal value digunakan untuk perusahaan, yang tidak ada umur akhir atau jatuh temponya. Sesuai dengan prinsip going concern dari akuntansi, sebuah perusahaan, atau SBU, diasumsikan akan hidup terus. Oleh karena itu nilai sisa tak dapat dipergunakan, dan digunakan terminal value sebagai ukuran. Secara prinsip, terminal value merupakan nilai perusahaan pada suatu titik waktu di masa depan. Penetapan kurun waktu untuk perhitungan terminal value tidak tergantung pada umur buku atau umur ekonomis suatu aset, tetapi berdasar pola pertumbuhan FCFE, yang merupakan hasil analisis pada tahap 4. Titik waktu penghitungan terminal value adalah saat dimana pertumbuhan atau gt sudah mencapai tingkat pertumbuhan yang konstan.

Misalnya, setelah enam tahun pertumbuhan diasumsikan stabil, maka terminal value dihitung pada akhir tahun ke enam. Demikian juga jika pertumbuhan FCFE diasumsikan stabil pada akhir tahun ke 20, maka terminal value dihitung pada akhir tahun ke-20.

G. Tahap 7: Menghitung kelebihan kas

Penghitungan pada tahap 1 s/d tahap 6 di atas berdasarkan asumsi bahwa uang tunai (kas) perusahaan berada pada tingkat normal. Kelebihan kas merupakan kekayaan terpisah dari segala kekayaan yang telah dihitung dari tahap 1 sampai dengan tahap 6 di atas.

H. Tahap 8: Menghitung nilai perusahaan

Apabila tahap 1 sampai dengan tahap 7 telah dijalankan dengan baik, maka tahap 8 hanya teknis perhitungan. Nilai perusahaan terdiri dari 3 (tiga) komponen. Komponen pertama, present value dari FCFE selama kurun waktu mulai tahun dasar sampai tahun ke n, tahun terakhir sebelum pertumbuhan FCFE konstan. Komponen kedua, present value dari Terminal Value tahun ke n, yang telah dihitung pada tahap 6. Komponen ketiga, adalah kelebihan kas, yang telah dihitung pada tahap 7.

Nilai perusahaan adalah:

Present Value dari FCFE tahun ke n, ditambah Present Value dari terminal value tahun ke-n ditambah dengan kelebihan kas.

I. Tahap 9: Menghitung jangkauan nilai perusahaan.

Hasil penilaian tahap 1 sampai dengan 8 hanyalah satu nilai perusahaan. Nilai tersebut merupakan nilai harapan atau ekspektasi, apabila segala asumsi yang digunakan benar-benar terjadi tanpa adanya penyimpangan. Dalam kenyataan, penyimpangan sangat mungkin terjadi.

Ketidakpastian variabel-variabel tersebut menyebabkan nilai perusahaan bisa bervariasi. Bila variabel makro bergerak ke arah memburuk, nilai perusahaan akan menurn, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan dalam berbagai kondisi. Cara yang umum adalah melakukan analisis sensitivitas atau simulasi. Analis mengulangi tahap 1 sampai dengan tahap 8 dengan berbagai skenario, dengan mengubah variabel-variabel. Dalam setiap skenario kejadian, bisa terjadi perubahan variabel makro sekaligus, dan setiap terjadi perubahan skenario, analis melakukan analisis ulang dari tahap 1 sampai tahap 8. Dengan melakukan analisis untuk berbagai kemungkinan kejadian, analis akan menemukan berbagai kemungkinan nilai perusahaan.

Yang dimaksudkan dengan nilai jangkauan (range) disini adalah selisih antara tertinggi dan terendah dari nilai perusahaan. Pada akhir tahap 9 akan diperoleh dua besaran angka, yaitu:

  1. Ekspektasi nilai perusahaan. Nilai ini diperoleh dari hasil tahap 1 sampai dengan tahap 8.
  2. Kemungkinan naik turunnya nilai perusahaan, disekitar nilai ekspektasi tersebut. Naik turunnya nilai ekspektasi perusahaan, diperoleh dari tahap 9.

J. Tahap 10: Hitung Price/FCFE multiple.

Price/FCFE multiple merupakan rasio antara nilai perusahaan dibagi dengan nilai FCFE tahun dasar. Apabila rasio untuk SBU atau perusahaan yang sedang dianalisis diketahui, analis perlu menghitung rasio yang sama untuk perusahaan atau SBU sejenis. Tujuannya untuk melihat gambaran tingkat penerimaan pasar. Apabila rasio untuk SBU yang dianalisis tinggi, dikawatirkan perhitungan dari tahap 1 sampai dengan tahap 8 kurang akurat. Sebaliknya, jika rasio SBU atau perusahaan yang dianalisis rendah, jangan-jangan anda akan menjual SBU terlalu murah.

Dari tahap di atas, anda telah siap untuk menjual SBU atau perusahaan, yang tak sejalan dengan strategi korporat. Bagaimana dengan praktek sehari-hari? Jika anda sebagai Pimpinan perusahaan, anda harus mempunyai tim analisis yang kuat untuk membuat penilaian tersebut. Apabila hal ini tak memungkinkan, anda bisa meminta bantuan konsultan independen, untuk melakukan due dilligence (uji tuntas) guna menilai SBU atau perusahaan yang akan dijual, atau yang hendak anda beli. Namun demikian, anda tetap perlu mempunyai tim internal yang handal, sebagai counterpart dari konsultan tersebut, dan pada akhirnya anda mempunyai tim sendiri bilamana proses due dilligence telah selesai.

Baca juga;

http://edratna.wordpress.com/2006/12/06/corporate-restructuring/
http://edratna.wordpress.com/2007/11/13/restrukturisasi-strategi-
untuk-memperbaiki-dan-memaksimalkan-kinerja-perusahaan/

Sumber data:

  1. Djohanputro, Bramantyo, MBA, PhD. Restrukturisasi Perusahaan berbasis nilai. Strategi menuju keunggulan bersaing. Jakarta: Penerbit PPM,2004.
  2. Pengalaman penulis sebagai Tim Restrukturisasi tahun 1999-2000 di salah satu perusahaan.

Friday, February 4, 2011

Brand Image Pengembangan Promosi Ekspor Produk Pertanian Indonesia

Dalam setiap negara tentunya pasti memiliki suatu strategi pemasaran dan memperhatikan faktor terpenting didalam peningkatan ekspor di sektor Pertanian produk pertaniannya. Untuk pangsa pasar produk pertanian hal ini merupakan pemikiran yang kreatif seputar titik unggul untuk menentukan produk unggulannya. Apabila hanya mengandalkan kepada pemerintah tentunya tidaklah cukup, petani dan seluruh komponen masyarakat yang terkait harus ikut mendorong terciptanya suatu sistem produksi pertanian berorientasi ekspor. Seperti yang kita ketahui Indonesia memiliki berbagai kekayaan alam pertanian baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan lain sebagainya. Brand-building berskala negara harus dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan.

Untuk mencapai esuksesan dalam membangun merek produk dibidang pertanian terutama olahan yang kuat akan tercipta apabila elemen-elemen pendukung merek mendukung dan memberikan kontribusi yang positif guna terciptanya merek yang kuat di pasaran. Elemen–elemen yang dimaksudkan di sini adalah kualitas produk yang baik, kemampuan produk dalam memenuhi kebutuhan ataupun keinginan konsumen, kemampuan strategi marketing yang handal untuk terus memperkenalkan merek di pasaran melalui segala program–program marketing, sampai pada kemasan produk yang benar, baik dan menarik, harga produk yang sesuai dengan kualitas produk yang ditawarkan.

Pemasaran produk pertanian tentunya setiap negara memiliki ciri khas dan gaya tersendiri, seperti Jepang, USA, Negara-negara Eropa biasanya menekankan kualitas / mutu standar yang tinggi, sementara itu China dan Mexico menekankan pada biaya yang rendah. Dengan harapan bagi perusahaan yang bergerak dan berkembang untuk promosi ekspor bidang pertanian memberikan suatu brand image dari suatu produk negaranya. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mebangun brand image produk pertanian Indonesia yang berorientasi ekspor yaitu (1) mengikutsertakan produk-produk pertanian Indonesia di setiap pameran dagang di negara akreditasi, (2) berupaya menciptakan iklim kebutuhan atas produk tersebut pada segmen pasar tertentu. Dalam langkah pertama memang lebih mudah dilakukan, namun memakan biaya yang tinggi. Sedangkan langkah kedua akan membutuhkan ketelatenan untuk membentuk, membangun dan memelihara segmen pasar

Menurut teori pemasaran bahwa pelaku usaha harus dapat beradaptasi dengan negara tuan rumah tujuan ekspornya. Yang menjadi brand image yang harus diperhatikan sebagai salah satu strategi bisnis yang benar-benar dijadikan peran sesuai kebutuhan konsumen adalah suatu nilai / value dari suatu produk suatu negara yang didukung beberapa aplikasi pemasaran sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

§ Consumer Packed

§ Retail Marketing

§ International Marketing

§ Political Marketing

§ Social Responsibility Marketing

Yang menjadi hal-hal pokok yang terpenting dari brand image promosi ekspor produk pertanian adalah bagaimana menciptakan citra positif yang dikembangkan di Indonesia baik melalui pameran, misi dagang dan sebagainya dengan melihat beberapa hal yang menjadi dasar untuk suatu citra dari brand image yakni karakter (character), komitmen (commitment), dan konsistensi (consistency) dari suatu produk pertanian yang akan di ekspor oleh pelaku usaha didalam upaya memenagkan persaingan di pasar global untuk produk pertanian Indonesia.

Wednesday, February 2, 2011

STRATEGI DAYA SAING PEMASARAN PRODUK PERTANIAN INDONESIA UNTUK MENJARING PASAR EKSPOR

Dalam pengembangan dan memperkuat pilar terdepan untuk meningkatkan dan mengembangkan daya saing produk ekspor Kegiatan Promosi dan pengembangan didalam memasarkan produk pertanian merupakan suatu hal yang tidak mudah seperti yang diharapkan dengan kondisi persaingan pasar global, hal ini ditempuh dengan berbagai upaya didalam memperkenalkan produk pertanian baik pasar domestik maupun pasar internasional. Ada beberapa langkah yang ditempuh antara lain:

1. Dengan menggunakan cara yang konvensional didalam melakukan korespodensi bagi calon pembeli / konsumen yang belum memiliki media lain seperti: telepon, Fax, Email/Website. Korespodensi dilakukan untuk mencari jaringan pemasaran hasil pertanian baik bahan baku maupun olahan. Hal ini merupakan cara mudah untuk memperoleh dan mempercepat pemasaran didalam mencari calon buyer / konsumen.

2. Mengirimkan media promosi berupa brosur, iklan media cetak produk pertanian disusul dengan penawaran langsung melalui email, fax, telepon.

3. Ikut berperan aktif dalam beragam pameran yang digelar baik dalam negeri maupun kelas internasional. Hal ini memang cukup memakan biaya tetapi bagi peserta yang masih memiliki modal kecil / UKM dapat menitipkan brosur produk pertanian kepada instansi terkait seperti Departemen Pertanian, BPEN, Departemen Perdagangan dengan jumlah yang ditentukan. Dan berperan aktif bekerjasama dengan pengusaha besar didalam mempromosikan produk-produk pertanian yang dihasilkan.

4. Melalui jaringan internet sebagai sarana media yang dapat dimanfaatkan sebagai suatu media promosi produk pertanian. Apabila memiliki website sendiri maka penjual memasukkan segala jenis produk yang akan ditawarkan kepada pembeli dengan fitur-fitur yang menarik dan penjelasan yang jelas dapat dimengerti oleh konsumen. Dengan membuat website merupakan sarana media Information Technology yang memudahkan transaksi antara penjual dan pembeli.

5. Membuat roadmap pemasaran komoditi ekspor pertanian. Untuk mempersiapkan data-data negara penginpor yang tinggi, dalam hal ini mencari pasar yang potensial untuk ekspor produk pertanian.

6. Ikut berperan aktif dalam menjalin kerjasama dengan KADIN / Chamber of Commerce atau situs internasional ataupun berbaur dengan agriculture Trading dan pemasaran produk pertanian online melalui berbagai website ataupun situs pertanian.

7. Mempesiapkan surat perkenalan usaha komoditi pertanian. Dalam hal ini misalnya ikut berperan serta dalam pameran internasional, maka brosur dan daftar harga agar barang yang ditawarkan kepada konsumen harus jelas disertai dengan contoh barang atau produk pertanian.

8. Mengumpulkan data dan alamat yang lengkap dari media promosi yang dipilih, khususnya yang menjadi negara-negara sasaran ekspor.

9. Mencari mitra kerjasama usaha. Perlu adanya koordinasi yang dilakukan antara pengusaha besar dan Pengusaha UKM didalam mencari pangsa pasar ekspor.

10. Menentukan dan menganalisis negara tujuan ekspor. Hal ini dilakukan untuk mengetahui mutu produk (product quality), kesanggupan bahan baku, pengiriman produk (time delivery) dan sebagainya, dan apakah produk kita mempunyai daya saing didalam pasar ekspor dan mencari calon pembeli yang potensial.

Upaya peningkatan daya saing ekspor pertanian dilakukan melalui, Peningkatan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produk. Serta adanya kelembagaan Petani yang teroganisir dan bantuan pembiayaan mikro sebagai mitra eksportir untuk membangun peningkatan ekspor. Produksi dunia dapat ditingkatkan jika setiap negara penghasil komoditas yang melakukanperdagangan dengan negara lain,memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Adapun manfaat keunggulan kompetitif tersebut juga tergantung pada nilai tukar perdagangan (terms of trade) antamegarapelaku perdagangan. Nilai perdagangan diukurdengan banyaknya kuantitas barang impor yang dapat diperoleh dari setiap unit barang ekspor,atau dapat pula diukur dengan menggunakan antara rasio ekspor dan impor. (Berbagai Sumber terkait: Data diolah Frans Hero Kamsia Purba)

Tuesday, February 1, 2011

Kompetisi Persaingan Pemasaran Internasional di Era Globalisasi

Persaingan Bisnis Global dari tahun ketahun semakin ketat dengan berbagai macam jenis persaingan usaha. Bisnis persaingan global adalah ibaratnya memasuki perang tanding disuatu arena. Para pelaku usaha / businessman dan manajer pemasaran dalam era globalisasi memasuki suatu era persaingan total. Mereka itu memasuki suatu era dimana memenangkan persaingan akan menjadi makin sulit dalam persaingan yang ketat. Kemampuan daya saing masyarakat dalam tuntutan globalisasi membuka peluang bagi dunia bisnis untuk tumbuh menjadi makin berkualitas dengan efisiensi dan tentunya kompetitif fungsi bisnis yang berkepentingan dalam menunjang adaptasi itu dengan lingkungan eksternal adalah pemasaran (marketing). Menurut Michael Porter dijelaskan satu konsep yang telah menjadi dikenal sebagai "lima model memaksa". Konsep ini melibatkan hubungan antara pesaing dalam industri, potensi pesaing, pemasok, pembeli dan alternatif solusi untuk masalah yang ditangani. Sementara setiap industri melibatkan semua faktor tersebut, kekuatan relasional yang berbeda-beda. Porter menjelaskan bahwa terdapat lima kekuatan yang menentukan industri menarik, dan jangka panjang industri profitabilitas. Ini lima "kompetitif memaksa" adalah:


- Ancaman masuk pesaing baru (baru)
- Ancaman pengganti
- Daya tawar dari pembeli
- Daya tawar dari pemasok
- Tingkat persaingan antara pesaing yang ada

Yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing kita adalah produktivitas dan efisiensi. Kita ketahui bawa tingkat produktivitas bangsa kita sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara pesaing kita. Rendahnya produktivitas menyebabkan kemapuan memproduksi barang yang sama kita memerlukan dana dan waktu yang lebih banyak. (Bob Widyahartono, data diolah oleh Frans Hero K. Purba, resources data materials). Pengembangan Bisnis dalam era globalisasi akan diselenggarakan oleh individu dalan kerjasama tim yang data membaurkan; 1. Keuletan bernegosiasi dengan wawasan (vision), 2. Kesabaran dengan kekerasan hati (tenacity) dan 3. Fleksibilitas dengan fokus.

Semua negara di dunia telah bersiap-siap menghadapi sebuah era yang membuat perbatasan negara tidak lagi mempunyai arti penting, terbukanya pasar dalam negeri bagi produk-produk asing dan serbuan budaya dari negara-negara pengekspor produk-produk itu. Menurut Anthony Giddens, Tidak semua negara memang siap menghadapi era ini, tetapi sebagaimana dikatakan oleh, entah baik atau buruk, kita didorong masuk ke dampaknya dapat dirasakan oleh kita semua. Oleh karena itu negara-negara yang ada ini didorong untuk berkompetisi dalam pasar bebas dan sebagaimana layaknya sebuah persaingan tentu ada yang jadi pecundang dan pemenang.

International Market Competition Competition in the Globalization Era

Competition in global business is the proverbial entered duel. The business / businessmen and marketing managers in the era of globalization into an era of total competition. They had entered an era where winning the competition will become increasingly difficult in a tight competition. The ability of competitiveness in society demands of globalization opens opportunities for businesses to grow into more efficiency and quality with competitive course of business functions with an interest in supporting adaptation to the external environment that is marketing (marketing). According to Michael Porter described a concept that has become known as the "five forces model". This concept involves a relationship between competitors in the industry, potential competitors, suppliers, buyers and alternative solutions to the problems addressed. While each industry involves all of these factors, relational strengths vary. Porter explains that there are five forces that determine industry interest, and long-term profitability of the industry. These five "competitive forces" are:

- The threat of entry of new competitors (new)
- The threat of substitutes
- Bargaining power of buyers
- Bargaining power of suppliers
- The level of competition between existing competitors

Which became one of the factors that affect our competitiveness is the productivity and efficiency. We know bring our nation's productivity level is very low compared with countries of our competitors. Traffic causes of low productivity to produce the same goods we need funding and more time. (Bob Widyahartono, the data processed by Frans K. Ancient Hero, data resource materials). Business development in the era of globalization will be held by individuals that teamwork dalan assimilate data; 1. Ductility negotiate with insight (vision), 2. Patience with the violent heart (Tenacity) and 3. Flexibility to focus.

All countries in the world have been preparing for an era that makes the state borders no longer have significance, opening domestic markets to foreign products and the cultural invasion of the countries exporting these products. According to Anthony Giddens, Not all countries are prepared for this era, but as stated by, for better or worse, we are driven into the impact can be felt by us all. Therefore, countries are encouraged to have competed in the free market and as befits a competition there must be a loser and a winner.