Tuesday, March 20, 2012

Produk Kelapa dalam bentuk Cocopot bagi peluang Ekspor dan Ramah Lingkungan (Eco-friendly)


Kepedulian akan pelestarian lingkungan dan alam sekitarnya, merupakan suatu alternative dan solusi untuk menjaga lingkungan. Selama ini, Cocofiber dikenal sebagai media pengganti tanah yang baik dan ramah lingkungan. Cocofiber terbuat dari serat sabut kelapa yang telah diambil serbuknya.Komoditas kelapa merupakan bahan baku yang sangat potensial dan berguna yang menghasilkan produk seperti: minyak kelapa, Virgin coconut oil, gula kelapa dan aneka makanan dan minuman serta produk furniture dari yang digunakan dari kayu kelapa. Dari kondisi lahan yang ada, sebanyak 97,1 persen berupa lahan perkebunan rakyat. Para petani memiliki lahan dengan luas yang sangat sempit dengan teknologi yang masih sangat sederhana. Struktur industri kelapa belum terpadu dan hampir seluruhnya bersifat parsial.

Cocopot dapat memberikan kemudahan bagi benih untuk cepat tumbuh, tanpa menambahkan tanah kedalamnya. Bentuknya yang efisien dan ramah lingkungan, membuat cocopot menjadi alternatif yang paling sesuai untuk menyelamatkan bumi dari pencemaran bahan limbah yang berbahaya. Kelapa di Indonesia yang kaya akan tumbuhan kelapa ini masih dapat dimanfaatkan dari serabutnya untuk membuat pot bagi tanaman yang dikenal dengan Cocopot. Cocopot adalah tempat untuk tanaman yang dibuat dari serabut kelapa sama halnya dengan pot-pot tanaman lainnya tetapi kalau pot tanaman lainnya ada yang terbuat dari plastic, semen, tanah liat dan sebagainya. Cocopot ini sangat potensial bagi tempat tanaman yang ramah akan lingkungan (Eco-friendly).

Cocopot yang diperkenalkan oleh Prof. Dr. Bohringer dan Birgit Meyer-Luters kebangsaan Jerman yang menampilkan pameran pada Garden and Landscaping Middle East 2007 di Dubai, Uni Emirat Arab. Cocopot sangat berguna untuk mencegah kerusakan pada tanaman, adapun kegunaan lain dari cocopot sebagai berikut:

  1. Memproteksi akar didalam permukaan lapisan tanah.
  2. Keseimbangan suhu dan kebasahan konstant pada tanah.
  3. Proteksi ekologi dari hama.
  4. 100% dapat didaur ulang dan mempermudah proses pemindahan tanaman.
  5. Hemat didalam penggunaan konsumsi air untuk tanaman.
  6. Memperpanjang umur tanaman dengan pertumbuhan akar tanaman yang baik.

Mengetahui dasar-dasar dan manfaat dari penggunaan cocopot yang ecofriendly terhadap lingkungan hal ini sangat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi untuk memberikan suatu keuntungan bagi petani tanaman dan masyarakat luas didalam menciptakan sesuatu yang berarti dan menguntungkan. Semoga dari cocopot ini dapat memberikan peluang ekspor bagi Indonesia, dan lebih mempelajari lagi didalam hal dan pembuataannya dan peluang pemasarannya. Di Indonesia pemanfaatan kelapa sudah banyak kita lihat dari berbagai turunan produknya, jadi dengan kita melihat dan memilah segmen mana yang sangat potensial dan yang menguntungkan bagi banyak orang, apalagi yang ramah akan lingkungan.(Berbagai sumber terkait, media, rumah sabut, Prof. Dr. Bohringer dan Birgit Meyer-Luters articles)


Monday, March 19, 2012

Bank Pertanian Apabila diwujudkan Indonesia Membangun Petani Sejahtera dan Menanggulangi kemiskinan


Peningkatan produktifitas adalah merupakan kunci dalam peningkatan pendapatan petani, oleh karena itu pembangunan ulang riset dan sistem tambahan menjadi sangat menentukan. Menurut data Bank Dunia memperkirakan 18 % dari Dunia Ketiga ekstrim miskin dan 33 % miskin. Di Indonesia sendiri terdapat 37,3 juta jiwa penduduk miskin (17,42%) dan sebagian kecil dari jumlah tersebut busung lapar (2003). Ekonomi Dunia dikendalikan oleh segelintir perusahaan multinasional (Trans National Corporation/TNCs), yang bermitra dengan lembaga/ internasional membangun skenario ekonomi global. Kita mengetahui bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan hasil pertanian dan pertambangan. Komoditi pertanian merupakan suatu komoditi yang perishable/ mudah terkena kerusakan dan sangat potensial bagi kehidupan karena untuk kebutuhan sehari-hari. Jika kita bandingkan dengan jumlah penduduk dan pelaku pertanian yang jumlahnya lebih dari 50% dari total penduduk negeri ini. Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia (SDM) yang besar di bidang pertanian, harus memanfaatkan peluang potensi tersebut jika ingin menjadi bangsa yang kuat.Dasar dari Penemu konsep dasar Bank Pertanian asal Bangladesh, Muhammad Yunus, memberikan konsep yang berarti bagi banyak orang terutama masyarakat yang membutuhkannya. Terutama konsep Bank Pertanian yang mendasarinya untuk membantu rakyat kecil. Di indonesia belum ada bank yang 100% mengurusi masalah pertanian.Strategis sebagai mitra global, Grameen Foundation dan Grameen Bank sekering misi bersama mereka, hubungan yang berkelanjutan, dan kesamaan visi dengan berbagi pengetahuan dan keberhasilan model untuk mempercepat dampak industri keuangan mikro di termiskin di dunia. Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Muhammad Yunus, pendiri dan direktur Grameen Bank, adalah pendiri dan anggota dewan saat ini Grameen Foundation.

Menurut Marguiret Robinson (2000), pinjaman dalam bentuk micro credit merupakan salah satu upaya yang ampuh dalam menangani kemiskinan. Hal tersebut didasarkan bahwa pada masyarakat miskin sebenarnya terdapat perbedaan klasifikasi diantara mereka, yang mencakup: pertama, masyarakat yang sangat miskin (the extreme poor) yakni mereka yang tidak berpenghasilan dan tidak memiliki kegiatan produktif, kedua, masyarakat yang dikategorikan miskin namun memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor), dan ketiga, masyarakat yang berpenghasilan rendah (lower income) yakni mereka yang memiliki penghasilan meskipun tidak banyak.

Beberapa pertimbangan utama dalam konsep Bank Pertanian menurut sumber data okezone.com; Pertama, sukar ditepis. Sektor pertanian sangat bergantung pada musim. Masih lekat dalam ingatan kita, Indonesia dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) pernah merencanakan untuk menjadi negara industri dari negara agraris. Rencana itu dirancang antara lain karena sektor pertanian bergantung penuh pada musim.Maka logis ketika bank nasional menganggap sektor pertanian sebagai berpotensi risiko tinggi.Faktor inilah yang membuatbanknasionalkurangberani terjun untuk membiayai sektor ini. Yang Kedua, tata niaga beberapa komoditi nasional juga nihil.Memang sudah ada tata niaga misalnya untuk minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO), karet, dan kopi. Banyak yang belum tertata. Dengan bahasa sederhana, belum terdapat aturan mengenai sistem pembudidayaan, pemasaran, dan perdagangan.

Dualisme struktural pembiayaan agribisnis modern (skala besar) versus pertanian rakyat skala kecil. Perhatian perbankan terfokus pada agribisnis modern dan perkebunan besar. Mereka berhitung, ketika berhubungan dengan petani kecil dalam skala massal membutuhkan biaya transaksi yang cukup besar, mulai dari biaya inisiasi/informasi, biaya organisasi (koordinasi) dan biaya penegakan suatu aturan. pragmatisme mikro bisnis perbankan dan skeptisme makro kebijakan. Karena informasi yang tidak mengalir secara baik, perbankan jarang mau bersungguh-sungguh membina dan menolong nasabah petani kecil agar sektor pertanian menjadi lebih atraktif dan bankable. Keputusan bisnis perbankan adalah ketentuan bank umum yang harus mengikuti prinsip-prinsip prudential banking dan Arsitektur Perbankan Indonesia. Dari sisi kelembagaan bank pertanian perlu didukung kebijakan pemerintah sehingga kehadirannya juga mewakili komitmen pemerintah terhadap pembangunan pertanian, bahkan langkah ini perlu didukung parlemen dengan memasukkannya ke UU misalnya. Sampai saat ini definisi bank pertanian secara formal belum ada. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank dibedakan menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR). Sementara itu, bank pertanian tidak termasuk dalam jenis bank tersendiri. Namun, jenis bank berdasarkan fungsinya dapat digunakan untuk menjelaskan kehadiran bank pertanian di Indonesia. Dengan konsep dasar dari Bank Kaum Miskin (Bank for the Poor) – Muhamad Yunus. M. Yunus ini adalah pemenang nobel perdamaian 2006, seorang dekan ekonomi di universitas negeri Bangladesh dengan Grameen Bank (bank pedesaan). Inti dari banknya adalah meminjamkan uang kepada orang miskin tanpa jaminan sekaligus menjadikan orang miskin itu menjadi pemilik saham banknya. Sebenarnya pemerintah Indonesia telah banyak memberikan modal bantuan kepada petani dan Gapoktan dalam bantuannya serta Bimas, Program Pengembangan Agribisnis dan sebagainya. Jika dilihat berdasarkan kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin namun memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor) dan masyarakat yang berpenghasilan rendah (lower income) yakni mereka yang memiliki penghasilan meskipun tidak banyak. Kelompok masyarakat ini akan cenderung tetap berpenghasilan rendah bahkan menjadi miskin, jika kesulitan yang mereka hadapi dalam melakukan aktifitas usaha tetap dibiarkan tanpa ada usaha-usaha perbaikan.

Tinggal menungggu waktu yang tepat dalam mempersiapkan waktu dan konsep yang terpadu dalam program juga dukungan dari berbagai pihak yang memberi masukan berarti demi kemajuan Indonesia. Bank Pertanian perlu direalisasikan dengan berbagai pertimbangan demi kemakmuran petani terutama rakyat kecil yang membutuhkannya. (Sumber: Berbagai sumber terkait, media, Harian Pikiran Rakyat, 21102010, data diolah oleh Frans Hero K.Purba).

Peningkatan produktifitas adalah merupakan kunci dalam peningkatan pendapatan petani, oleh karena itu pembangunan ulang riset dan sistem tambahan menjadi sangat menentukan. Menurut data Bank Dunia memperkirakan 18 % dari Dunia Ketiga ekstrim miskin dan 33 % miskin. Di Indonesia sendiri terdapat 37,3 juta jiwa penduduk miskin (17,42%) dan sebagian kecil dari jumlah tersebut busung lapar (2003). Ekonomi Dunia dikendalikan oleh segelintir perusahaan multinasional (Trans National Corporation/TNCs), yang bermitra dengan lembaga/ internasional membangun skenario ekonomi global. Kita mengetahui bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan hasil pertanian dan pertambangan. Komoditi pertanian merupakan suatu komoditi yang perishable/ mudah terkena kerusakan dan sangat potensial bagi kehidupan karena untuk kebutuhan sehari-hari. Jika kita bandingkan dengan jumlah penduduk dan pelaku pertanian yang jumlahnya lebih dari 50% dari total penduduk negeri ini. Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia (SDM) yang besar di bidang pertanian, harus memanfaatkan peluang potensi tersebut jika ingin menjadi bangsa yang kuat.Dasar dari Penemu konsep dasar Bank Pertanian asal Bangladesh, Muhammad Yunus, memberikan konsep yang berarti bagi banyak orang terutama masyarakat yang membutuhkannya. Terutama konsep Bank Pertanian yang mendasarinya untuk membantu rakyat kecil. Di indonesia belum ada bank yang 100% mengurusi masalah pertanian.Strategis sebagai mitra global, Grameen Foundation dan Grameen Bank sekering misi bersama mereka, hubungan yang berkelanjutan, dan kesamaan visi dengan berbagi pengetahuan dan keberhasilan model untuk mempercepat dampak industri keuangan mikro di termiskin di dunia. Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Muhammad Yunus, pendiri dan direktur Grameen Bank, adalah pendiri dan anggota dewan saat ini Grameen Foundation.

Menurut Marguiret Robinson (2000), pinjaman dalam bentuk micro credit merupakan salah satu upaya yang ampuh dalam menangani kemiskinan. Hal tersebut didasarkan bahwa pada masyarakat miskin sebenarnya terdapat perbedaan klasifikasi diantara mereka, yang mencakup: pertama, masyarakat yang sangat miskin (the extreme poor) yakni mereka yang tidak berpenghasilan dan tidak memiliki kegiatan produktif, kedua, masyarakat yang dikategorikan miskin namun memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor), dan ketiga, masyarakat yang berpenghasilan rendah (lower income) yakni mereka yang memiliki penghasilan meskipun tidak banyak.

Beberapa pertimbangan utama dalam konsep Bank Pertanian menurut sumber data okezone.com; Pertama, sukar ditepis. Sektor pertanian sangat bergantung pada musim. Masih lekat dalam ingatan kita, Indonesia dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) pernah merencanakan untuk menjadi negara industri dari negara agraris. Rencana itu dirancang antara lain karena sektor pertanian bergantung penuh pada musim.Maka logis ketika bank nasional menganggap sektor pertanian sebagai berpotensi risiko tinggi.Faktor inilah yang membuatbanknasionalkurangberani terjun untuk membiayai sektor ini. Yang Kedua, tata niaga beberapa komoditi nasional juga nihil.Memang sudah ada tata niaga misalnya untuk minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO), karet, dan kopi. Banyak yang belum tertata. Dengan bahasa sederhana, belum terdapat aturan mengenai sistem pembudidayaan, pemasaran, dan perdagangan.

Dualisme struktural pembiayaan agribisnis modern (skala besar) versus pertanian rakyat skala kecil. Perhatian perbankan terfokus pada agribisnis modern dan perkebunan besar. Mereka berhitung, ketika berhubungan dengan petani kecil dalam skala massal membutuhkan biaya transaksi yang cukup besar, mulai dari biaya inisiasi/informasi, biaya organisasi (koordinasi) dan biaya penegakan suatu aturan. pragmatisme mikro bisnis perbankan dan skeptisme makro kebijakan. Karena informasi yang tidak mengalir secara baik, perbankan jarang mau bersungguh-sungguh membina dan menolong nasabah petani kecil agar sektor pertanian menjadi lebih atraktif dan bankable. Keputusan bisnis perbankan adalah ketentuan bank umum yang harus mengikuti prinsip-prinsip prudential banking dan Arsitektur Perbankan Indonesia. Dari sisi kelembagaan bank pertanian perlu didukung kebijakan pemerintah sehingga kehadirannya juga mewakili komitmen pemerintah terhadap pembangunan pertanian, bahkan langkah ini perlu didukung parlemen dengan memasukkannya ke UU misalnya. Sampai saat ini definisi bank pertanian secara formal belum ada. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank dibedakan menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR). Sementara itu, bank pertanian tidak termasuk dalam jenis bank tersendiri. Namun, jenis bank berdasarkan fungsinya dapat digunakan untuk menjelaskan kehadiran bank pertanian di Indonesia. Dengan konsep dasar dari Bank Kaum Miskin (Bank for the Poor) – Muhamad Yunus. M. Yunus ini adalah pemenang nobel perdamaian 2006, seorang dekan ekonomi di universitas negeri Bangladesh dengan Grameen Bank (bank pedesaan). Inti dari banknya adalah meminjamkan uang kepada orang miskin tanpa jaminan sekaligus menjadikan orang miskin itu menjadi pemilik saham banknya. Sebenarnya pemerintah Indonesia telah banyak memberikan modal bantuan kepada petani dan Gapoktan dalam bantuannya serta Bimas, Program Pengembangan Agribisnis dan sebagainya. Jika dilihat berdasarkan kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin namun memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor) dan masyarakat yang berpenghasilan rendah (lower income) yakni mereka yang memiliki penghasilan meskipun tidak banyak. Kelompok masyarakat ini akan cenderung tetap berpenghasilan rendah bahkan menjadi miskin, jika kesulitan yang mereka hadapi dalam melakukan aktifitas usaha tetap dibiarkan tanpa ada usaha-usaha perbaikan. Tinggal menungggu waktu yang tepat dalam mempersiapkan waktu dan konsep yang terpadu dalam program juga dukungan dari berbagai pihak yang memberi masukan berarti demi kemajuan Indonesia. Bank Pertanian perlu direalisasikan dengan berbagai pertimbangan demi kemakmuran petani terutama rakyat kecil yang membutuhkannya. (Sumber: Berbagai sumber terkait, media, Harian Pikiran Rakyat, 21102010, data diolah oleh Frans Hero K.Purba).