Wednesday, January 30, 2013

Bercermin Pada Perkembangan Kehidupan Pertanian Indonesia dan Tantangan Pemasaran Global



Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati sebagai negara agraris dan kaya akan sumber daya alam pertanian akan kekurangan tenaga-tenaga ahli atau SDM yang mampu mengolah hasil pertanian dan pangan pertanian sehingga Indonesia akan terancam ketergantungan pangan dengan negara lain. Pembahasan dalam sektor pertanian umumnya dilakukan tanpa dikaitkan dengan sektor lainnya. Akibatnya pembangunan ekonomi dipandang sebagai bagian yang terpisah dari pembangunan di bidang lainnya seperti bidang industri, perdagangan dan jasa serta sektor ekonomi lainnya. Jika kita melihat salah satu contoh negara Amerika Serikat dan Jepang yang memiliki  role model yang baik dalam penerapan konsep hulu-hilir. Amerika merupakan negara produsen terbesar jagung dan gandum. AS pula merupakan produsen terbesar tepung gandum yang diimpor oleh Indonesia sebagai bahan baku pembuatan mie instan. (Berbagai sumber media terkait, data diolah F. Hero K. Purba).
Dunia agribisnis dalam pertanian tidak lagi dipandang sebelah mata karena merupakan sektor strategis dalam menunjang perekonomian suatu Negara. Pada tahun 1982, dalam pekerjaan di sektor pertanian didominasi oleh pekerja yang berusia di usia 31-65 tahun yakni mencapai 62%. Sementara untuk pekerja yang berusia di bawah 30 tahun mencapai sekitar 12 juta orang atau 38 % dari total jumlah pekerja sektor pertanian. Dua dekade kemudian (2003), komposisinya berubah, yaitu jumlah pekerja di sektor pertanian yang berumur di bawah 30 tahun kaum pemuda semakin menurun menjadi sekitar 11 juta orang atau 27% dari total pekerja di sektor ini sedangkan pekerja di atas usia ini mencapai 73%. Sementara itu pemuda yang bekerja di sektor nonpertanian telah mengalami peningkatan. Pemuda yang bekerja di sektor perdagangan telah meningkat dari 2,859 juta orang di tahun 1982 menjadi 4,735 juta orang di tahun 2003.(Mubyarto,2003).
Jika kita menyadari bahwa tahu bahwa lahan pertanian Indonesia sangat luas dan akan menyerap banyak tenaga kerja yang sangat membantu mengurangi pengangguran di Indonesia. Jika pertanian Indonesia maju, Indonesia sangat mungkin akan menjadi negara yang kaya. Jika Indonesia sudah berhasil mengatasi pemberantasan korupsi dan merubah perilaku birokrasi menjadi lebih efisien, bersifat melayani, dan mampunmensinergikan instansi terkait untuk mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan.
Dan perlu kita waspadai dengan besarnya impor Indonesia yang masih harus mengimpor bahan pangan. Sepanjang tahun 2012, impor beras sudah mencapai 1,95 juta ton, jagung sebanyak 2 juta ton, kedelai sebanyak 1,9 juta ton, daging sapi setara 900.000 ekor sapi, gula sebanyak 3,06 juta ton, dan teh sebesar 11 juta dollar. Dalam upaya daya saing pemasaran global perlu adanya kesinergian dari Pelaku Usaha Pertanian, Akademisi dan Pemerintah untuk mendukung dan mengembangkan stabilitas pangan yang berdaya saing sehingga kedepan tidak banyak ketergantungan impor.

No comments: