Wednesday, August 21, 2013

Strategi Negosiasi Dalam Persaingan Pemasaran Internasional



Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan dalam pikiran kita. Kondisi saat ini kita dihadapkan dalam suatu negosiasi dan menuntut untuk dibuatnya suatu keputusan maka, segala emosi tadi harus segera digantikan dengan rasionalitas. Negosiasi dan pembuatan keputusan / decision making selalu diawali dengan emosi. Menurut ajaran Sun Tzu Negosiasi sangat penting dikuasai dan telah berusia lebih dari 2500 tahun—dan kini diimplementasikan dalam manajemen modern—salah satu unsur penting untuk “menang” adalah dengan mengetahui unsur kelebihan dan kekuatan lawan. Global Negosiasi merupakan suatu hal yang pokok dan terpenting dalam bisnis untuk melalkukan rencana pengembangan dengan mitra bisnis. Jika kita telusuri pengertian Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan cara berunding untuk mencapai kesepakatan kedua belah pihak. Dalam suatu negosiasi, kita dituntut untuk memahami medan mitra bisnis kita. Dengan begitu, kita bisa melihat banyak peluang. Ada dua hal penting yang perlu kita kuasai saat negosiasi. Pertama, menguasai materi dan mengenal partner yang akan diajak negosiasi. Kedua, mengendalikan emosi. Negosiasi ada macam-macam jenisnya. Antara lain negosiasi bisnis (jual beli) antara dua pihak yang ingin melakukan kerjasama bisnis seperti contoh diatas. Kemudian lainnya negosiasi pihak manajemen dengan pekerja, negosiasi politik hingga negosiasi sehari-hari. Negosiasi bisnis berbeda dengan jenis negosiasi lainnya. Dalam suatu negosiasi bisnis, setiap pihak yang terlibat berusaha untuk menemukan suatu win-win solution. Dalam win-win solution, kedua pihak sama-sama mencari solusi yang dapat memuaskan bagi kedua belah pihak.
Negosiasi bisnis, dapat melibatkan pula pihak ketiga baik langsung maupun tidak langsung. Hal yang terpenting adalah, dalam negosiasi bisnis kita harus mengetahui pihak mana yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Sehingga kita tidak melakukan langkah yang salah dalam negosiasi. Jangan sampai kita sudah melakukan negosiasi panjang, ternyata pihak lawan bukanlah key person yang berpengaruh dalam isu tersebut. Didalam negosiasi bisnis ini selain berorientasi pada transaksi bisnis, juga memperhatikan orientasi hubungan antara kedua belah pihak. Kedua pihak saling berusaha untuk memahami dan bekerjasama untuk memperoleh solusi yang memuaskan. Tuntutan dalam persaingan global sangat berarti dalam negosiasi bisnis, tentunya dengan concept yang kita gunakan win-win solution akan mengambilkan suatu hasil yang berarti dengan mitra bisnis kita. Dalam era persaingan global, negosiasi bisnis sangat penting dilakukan dengan trik dan cara yang berbeda untuk mengetahui rekan bisnis kita.
Menurut sumber penulis Cepiar bahwa ada beberapa hal penting yang diperhatikan dalam negosiasi dengan mitra bisnis: 1. Pisahkan pokok masalah yang dinegosiasikan dengan lawan. Jangan sampai masalah pribadi menghambat proses negosiasi yang sedang berjalan. Tak heran perusahaan-perusaha an besar biasanya mempunyai tim negosiasi yang terdiri dari beberapa orang dengan keahlian berlapis-lapis. Dengan begitu, tidak akan pernah terjadi konflik pribadi dengan proses negosiasi. 2. Selalu mengacu pada tujuan utama negosiasi. Apa hasil akhir yang kita inginkan dalam negosiasi ini? Bukan masalah menang atau kalah, apalagi sampai menjatuhkan lawan. So, tetap berkepala dingin dan jangan pernah terpancing dengan emosi atau ego mau menang sendiri. 3. Berikan alternatif win-win solution pada lawan. Selalu fleksibel selama negosiasi agar terhindar dari jalan buntu. Persiapkan beberapa solusi alternatif yang diprediksi bisa menciptakan kondisi saling menguntungkan bagi lawan. 4. Selesaikan proses negosiasi dengan cepat dan tidak bertele-tele. Hindari faktor-faktor yang bisa melelahkan lawan seperti proses negosiasi yang terlalu lama, tempat negosiasi yang tidak kondusif, dll. Karena faktor-faktor tersebut cenderung membuat lawan jadi emosional dan berbalik menekan kita. 5. Riset, riset dan riset. Hal terpenting dalam negosiasi sering berkaitan dengan etika dan budaya. Negosiator ulung selalu melakukan riset untuk mengetahui karakter lawannya. Apa latar belakangnya, kebiasaan, hobi, kesukaan, dan lain sebagainya. Membuat seorang negosiator tidak peduli dengan bentuk kontrak win-win, win-lose, lose-win, ataupun lose on negotiation. Misi dan tujuan adalah esensi dari suksesnya negosiasi dan merupakan detak jantung dari suatu negosiasi. Terbukti bahwa kebanyakan kontrak besar bisnis dimenangkan bukan di meja rapat, tapi di lapangan golf, kapal pesiar atau restoran. Jadi dalam hal ini negosiator selalu dituntut untuk selalu tahu kapan sebaiknya memberi dan kapan harus menerima, juga peka melihat situasi dan suasana kapan untuk menekan lawan bicaranya. Inilah hal hal yang perlu kita perhatikan dalam negosiasi baik dengan mitra lokal maupun International dalam persaingan global. (sources: Berbagai sumber terkait,artikel, makalah, newspaper, data diolah Frans Hero K. Purba)

Monday, August 19, 2013

Pengembangan Potensi Pangan Lokal dalam Upaya Ekonomi Kreatif Suatu Wilayah



Kondisi suatu wilayah ataupun daerah terpenuhinya kebutuhan pangan baik dari segi jumlah, mutu, aman, merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan merupakan melalui penganekaragaman pangan, yaitu suatu proses pengembangan produk  pangan yang tidak bergantung kepada satu jenis bahan saja. Kebutuhan pangan merupakan suatu penggerak esensial roda perekonomian masyarakat dunia sehingga ketika isu perubahan iklim mencuat, hal tersebut tidak menjadi dan memunculkan sesuatu kekhawatiran tersendiri pada persoalan ketahanan pangan. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2001 sekitar 204 juta jiwa dan pada tahun 2012 diperkirakan akan mencapai 237 juta jiwa, serta permasalahan lain seperti kapasitas produksi panan Nasional yang semakin terbatas karena aktivitas ekonomi dan penciutan lahan karena alih fungsi. Diversifikasi pangan untuk aneka olahan dari Produk pertanian akan berjalan efektif apabila industri makanan dan minuman Indonesia telah mapan untuk mengolah ratusan jenis pangan bermutu tinggi yang dapat di produksi negeri ini. Upaya diversifikasi pangan sebagai salah satu solusi mencukupi kebutuhan pangan pun terus dilakukan oleh pemerintah dengan program pengembangan diversfikasi olahan produk seperti pengembangan produk umbi-umbian sebagai pengganti beras sebagai makanan pokok, pengembangan produk olahan. Menurut UU No.7 tahun 1996, Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Program untuk diversifikasi konsumsi pangan telah ada sejak dahulu, namun dalam perjalanannya menghadapi berbagai kendala baik dalam konsep maupun pelaksanaannya. Beberapa kelemahan diversifikasi konsumsi pangan masa lalu adalah (1) Distorsi konsep ke aplikasi, diversifikasi konsumsi pangan bias pada aspek produksi penyediaan; (2) Penyempitan arti, diversifikasi konsumsi pangan bias pada pangan pokok dan energi politik untuk komoditas beras sangat dominan; (3) Koordinasi kurang optimum, tidak ada lembaga yang menangani secara khusus dan berkelanjutan; (4) Kebijakan antara satu departemen dengan departemen lainnya kontra produktif terhadap perwujudan diversifikasi konsumsi pangan; (5) Kebijakan yang sentralistik dan penyeragaman, mengabaikan aspek budaya dan potensi pangan lokal; (6) Riset diversifikasi konsumsi pangan masih lemah, bias pada beras, terpusat di Jawa-Bali, pada on-farm, dana hanya dari pemerintah pusat (7) Ketiadaan alat ukur keberhasilan program, program bersifat partial tidak berkelanjutan dan tidak memiliki target kuantitatif yang disepakati bersama; (8) Kurangnya kemitraan dengan swasta/industri dan LSM; (9) Ketidakseimbangan perbandingan antara biaya pengembangan dan harga produk altematif dengan beras, (Ariani dan Ashari, 2003; Martianto, 2005, Krisnamurthi, 2003).    Kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia pada 2011 untuk padi-padian masih 316 gram, padahal idealnya 275 gram. Untuk Kebijakan diversifikasi pangan menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan serapan produk dalam negeri oleh masyarakat. Selain itu, kegiatan riil berupa pameran juga bisa membuka cakrawala pengetahuan terhadap produk dalam negeri. Jika kita analisa bahwa Diversifikasi pangan dari aspek konsumsi mencakup perilaku yang didasari pertimbangan ekonomis / pendapatan dan harga komoditas dan nonekonomis (selera, kebiasaan dan pengetahuan). Produk agribisnis lokal setiap wilayah perlu dikembangkan dengan potensi setiap daerah baikm Kabupaten/ kota dalam pengembangan pangan. Diversifikasi pangan dan pola konsumsi ini secara dinamis mengalami perubahan. Jadi, diversifikasi pangan selain merupakan upaya mengurangi ketergantungan pada beras, juga penganekaragaman dari beras ke sumber kalori dan protein lainnya yang lebih berkualitas. Berkembangnya produk-produk pangan lokal di daerah-daerah, otomatis masyarakat akan melihat peluang usaha dan cenderung akan tergerak untuk ikut mengembangkan produk lokal yang ada di daerahnya. (Berbagai sumber media terkait, artikel pangan, data diolah F. Hero K. Purba)

Thursday, August 15, 2013

Pemanfaatan Potensi Kakao Indonesia dan Produk Olahannya dalam Pencapaian Agribisnis



Negara tujuan ekspor untuk kakao (Theobroma Cacao L ) dan produk kakao ini terbesar untuk Uni Eropa adalah Jerman, Perancis, Belgia, Italia, Austria dan Spanyol..Ekspor biji kakao pada September 2012 mencapai 21.024,56 metrik ton (MT), naik 64% dibandingkan Agustus 2012 sebesar 4.568,42 MT. Bila dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, ekspor biji kakao pada September 2012 naik 37%.Menurut Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, volume ekspor kakao olahan pada Januari-Juli 2012  mencapai 121.000 ton, naik 37,5% bandingkan periode sama 2011 sebesar 88.000 ton. Industri dalam negeri dapat meningkatan jatah biji kakao. Tahun 2011, industri pengolahan mendapat kuota sekitar 207.000 ton. Pada tahun 2012 ditargetkan pasar domestik diberi jatah untuk menyerap 250.000 ton biji kakao produksi nasional. Namun, alokasi jatah bahan baku itu tidak setara dengan target produksi industri pengolahan sebesar 400.000 ton pada 2012.Nilai ekspor kakao tahun 2010 tercatat US$ 1,6 miliar. produksi biji kakao Indonesia selama 2012 bisa mencapai sekitar 500.000 ton atau 50.000 ton lebih banyak dari tahun sebelumnya. Data International Cacao and Coffee Organization / ICCO bahwa kebutuhan kakao dunia meningkat sebesar 3,299 juta ton. Dan data pada saat ini produksi biji kakao hanya 3,288 juta ton. Di Indonesia kakao menjadi salah satu komoditi unggulan. Pada tahun 2006 produksi kakao Indonesia mencapai 435.000 ton, dan Indonesia termasuk sebagai penghasil kakao terbesar ketiga setelah Pantai Gading, Ghana di Afrika yang pangsa produksi sebesar 13,23% dari total kakao dunia. Berdasarkan angka ini bisa ditingkatkan hingga mencapai 600.000 ton pada tahun 2011. (Berdasarkan data media terkait, data diolah F. Hero K Purba).
Ekspor kakao berubah baik dalam tonase maupun negara tujuannya sejak hilirisasi ditetapkan dengan pengenaan Bea Keluaran. Indonesia merupakan produsen kakao kedua terbesar dunia, dengan menyumbang 18 % dari pasar global. Untuk hilirisasi kakao sudah berjalan sejak 2009. Ekspor kakao untuk produk downstream tiga yang merupakan produk akhir olahan kakao hanya US$ 74,9 juta pada 2009, namun pada 2011 sudah mencapai US$ 209,3 juta. Kenaikan mencapai tiga kali lipat. Untuk produk downstream I atau produk intermediate kakao dari nilai ekspornya US$ 250,4 juta pada 2009 naik menjadi US$ 518,9 juta pada 2011.
Khasiat coklat dari chocolate shop untuk kesehatan adalah sebagai antioksidan, antioksidan dalam coklat untuk chocolate souvenir diperoleh dari biji kakao yang mengandung antioksidan flavonoid yang berguna untuk menahan radikal bebas. Kandungan kakao (biji cokelat) lebih dari 70% juga memiliki manfaat untuk kesehatan, karena cokelat kaya akan kandungan antioksidan yaitu fenol dan flavonoid.  Dengan adanya antiosidan, akan mampu untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh.  Produksi kakao mempunyai arti yang strategis dan penting karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap. Permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dengan penerapan fermentasi pada pengolahan biji pasca panen dan pengembangan produk hilir kakao berupa serbuk kakao.

Tuesday, August 13, 2013

Perkembangan Potensi Cabe dalam Prospek Peluang Agribisnis Untuk Akses Pemasaran



Permintaan terhadap cabai merah untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan karena tingkat harga yang terjadi di pasar eceran. Dengan adanya fluktuasi harga yang terjadi di pasar eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Cabai (Capsicum annuum L.) merah adalah salah komoditas perdagangan, sehingga pengusahaan  ditingkat petani bersifat komersial yang dicirikan hasilnya berdasarkan permintaan pasar. Kenaikan harga cabe beberapa pekan terakhir, membuat pemerintah kembali mengandalkan pasokan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Berdasarkan data bahwa harga cabe di pasar domestik pada bulan Agustus 2012 turun sebesar 9 % dibandingkan bulan Juli 2012. Harga cabe di pasar domestik pada bulan Agustus 2012 naik sebesar 53 % dibandingkan bulan Agustus 2011. Harga cabe secara nasional cenderung berfluktuasi dengan koefisien keragaman harga bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Agustus 2012 sebesar 16 %.
Disparitas harga cabe antar wilayah pada bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Agustus 2012 cukup tinggi dengan koefisien keragaman harga antar wilayah sebesar 33%. Konsumen pembeli Cabe saat ini banyak beralih membeli cabe impor karena harga cabe lokal masih sangat tinggi selain itu rasanya pun tak kalah pedas, dibanding cabe lokal. Banyaknya pasokan cabe impor dikeluhkan pedagang yang biasa menjual cabai lokal. Masuknya cabe impor ke dikhawatirkan di Indonesia pasaran cabe lokal dan ini sangat merugikan pedagang cabai lokal maupun para petani. (Sources: data media terkait, data diolah F. Hero K. Purba).
Langkah yang dilakukan oleh para petani juga pedagang mengatasi rendahnya cabai merah belum ada solusinya karena cabai merah tidak tahan lama, kurang dari sepekan kualitas sudah berubah menunggu dua pekan membusuk paling dimanfaatkan oleh pedagang bumbu sebagai bahan cabai merah kering. Harga cabai merah sebelumnya sempat dikeluhkan oelh konsumen karena para pedagang menjual dengan harga sekitar Rp 65 ribu-Rp 70 ribu per kg bahkan sampai Rp. 100 ribu. Kenaikan harga cabai merah ketika itu disebabkan harga bahan bakar minyak (BBM) naik.
Untuk pasar-pasar tradisional di Jakarta membutuhkan cabe merah setiap harinya sebanyak 75 ton, dan di pasar tradisional Bandung membutuhkan 32 ton per hari, yang semuanya berasal dari Brebes. Dalam usahatani komoditi cabe merah pada akhirnya untuk memperoleh pendapatan dan tingkat keuntungan yang layak dari usahataninya. Kegairahan petani untuk meningkatkan kualitas produksinya akan terjadi selama harga produk berada di atas biaya produksi. Komoditi cabai merah selain harga juga menjanjikan memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, juga mempunyai nilai ekonomi tinggi. Pemanfaatannya sebagai bumbu masak atau sebagai bahan baku berbagai industri makanan, minuman dan obat-obatan membuat cabai merah semakin menarik untuk diusahakan sebagai usaha agribisnis yang memiliki prospek.