Monday, March 21, 2016

Potensi Bioenergi dalam Pengembangan Energi Alternatif



Potensi sumberdaya alam Indonesia yang banyak dimanfaatkan sebagai sebagai aspek andalan dalam pengembangan energi alternatif. Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan pendukung kegiatan ekonomi nasional danenergi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan. Usaha pertanian merupakan usaha yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena Indonesia memiliki potensi sumber daya lahan, agroklimat dan sumber daya manusia yang memadai. Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki sumberdaya alam yang sangat potensial. Kondisi iklim tropis dengan curah hujan yang cukup, ketersediaan lahan yang masih luas, serta telah berkembangnya teknologi optimalisasi produksi dapat mendukung kelayakan pengembangan biofuel (bioenergi). Potensi pengembangan bioenergi ini dinilai kurang etis karena berkompetisi dengan bahan pangan dan pakan menjadi vegetable oil, biodiesel, bio-alcohol, biogas, solid biofuel, dan syngas. Pemanfaatan bahan diluar pangan dan pakan dimulai pada generasi kedua diantaranya menggunakan limbah, cellulose dan tanaman yang didedikasikan untuk pengembangan energi (dedicated energy crops), yang mengubah biomass menjadi liquid technology. Indonesia memiliki potensi sumber energi terbarukan yang sangat besar seperti panas bumi, matahari, angin dan air, energi ombak dan sebagainya. Pemanfaatan bioenergi ini merupakan langkah penting untuk mendukung langkah pemerintah melalui paket kebijakan ekonomi terkait pemanfaatan biodiesel. Biodiesel ini dapat dimanfaatkan secara semaksimal dan seoptimal mungkin untuk bisa mendukung target pemerintah, yaitu mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM. Sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia seharusnya mempunyai potensi untuk menjadi salah satu penghasil biodiesel terbesar. Saat ini, kapasitas terpasang biodiesel yang berasal dari kelapa sawit telah mencapai 3,9 juta kL/tahun. Selain minyak kelapa sawit, limbah dari industri kelapa sawit juga memiliki potensi yang besar untuk diolah menjadi sumber energi.Konsumsi Bahan Bakar Minyak / BBM di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan semakin banyaknya jumlah kendaraan di Indonesia.Untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri, Indonesia harus mengimpor dari negara lain. Namun, beberapa tahun terakhir ini, harga minyak dunia melambung tinggi yang menyebabkan harga BBM di dalam negeri juga meningkat. Subsidi BBM yang dilakukan pemerintah pun hanyasedikit membantu menutupi tingginya harga dunia saat ini. 
Biodiesel sudah mulai diproduksi semenjak 2005, dapat menjadi momentum lain yang ikut mendorong penggunaan biodiesel untuk domestik. Pemerintah sendiri memang sudah memiliki program dan sudah mendorong itu, hingga tahun kemarin juga sudah memproduksi sampai 2 juta ton biodiesel. Konsumsi dalam negeri yang digunakan sekitar 700 ribu ton sisanya diekspor. Kebijakan hilirisasi sawit sudah mulai berjalan dimana kebutuhan domestik biofuel terjadi kenaikan meskipun tidak terlalu signifikan. Pada saat  ini, krisis ekonomi dapat menjadi momentum untuk pemakaian energi baru terbarukan dan harapannya energi ini cepat berkembang, bukan hanya biodiesel. Energi terbarukan lain seperti methane capture, biomass, bioetanol, dan energi dari sampah kota. Bioenergi merupakan bahan bakar alternatif terbarukan yang bersumber dari makhluk hidup(tumbuhan, hewan dan mikroorganisme). Bioenergi ini sangat prospektif untuk dikembangkankarena Indonesia kaya akan sumber daya hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioenergi. Selain itu, bioenergi juga memeiliki kelebihan dibandingkan bahan bakar fosil, yaitu dapat diperbaharui, bersifat ramah lingkungan, dapat terurai, mampu mengeliminasi efek rumah kaca dan kontinuiatas bahan bakunya terjamin. Bioenergi dapat diperoleh dengan cara yang cukup sederhana,yaitu melalui budidaya tanaman penghasil biofuel dan memelihara ternak. Banyak tanaman yang dapat dijadikan bahan baku bioenergi, seperti kelapa, kelapa sawit, sagu, singkong, jarak pagar, jagung dan tebu. Selain itu, dari kotoran hewan pun dapat dijadikan bahan baku bioenergi sepertibiogas yang dihasilkan dari kotoran sapi atau kerbau. Tantangan Indonesia ke depan mata adalah bagaimana meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, melalui peningkatan produksi dan produktivitas pangan. Pengembangan bioenergi, terutama yang berasal dari komoditas pertanian amat penting untuk segera dilakukan, melalui suatu langkah yang terintegrasi, dari penelitian pengembangan,perumusan kebijakan,implementasi kebijakan dan monitoring evaluasi pelaksanaan kebijakan yang selama ini dilakukan.(Sumber: Media terkait, data diolah F. Hero K. Purba)

Sunday, March 6, 2016

Penanganan dan Pengawasan Pengembangan Peternakan



Secara nasional dengan terjadi kesenjangan antara permintaan dengan jumlah produksi daging sapi. Dalam hal ini produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenhi permintaan daging sapi secara nasional. Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan hewan ternak ternyata telah meyebabkan bermunculan beberapa usaha peternakan. Disatu sisi pertumbuhan ini dapat memberi dampak positif bagi Masyarakat yaitu terpenuhinya kebutuhan akan hewan ternak untuk dikonsumsi. Program dalam swasembada daging secara langsung akan berdampak positif pada pemerintah dan para peternak. Salah satunya swasembada daging akan mampu turut serta dalam menghemat devisa. Bagi para peternak dan masyarakat program swasembada daging diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang pada gilirannya akan memberi dampak peningkatan kesejahteraan peternak dan merangsang kegiatan ekonomi di pedesaan. Bagi masyarakat luas, program swasembada daging akan ikut serta dalam penyediaan gizi dan protein hewani masyarakat Indonesia.Perkembangan pertumbuhan produksi daging sapi pada  tahun 2014 sebesar 23 persen. Tahun 2013 produksi daging sapi sebesar 430.000 ton, dan tahun depan produksinya ditargetkan 530.000 ton. Secara umum adanya kendala dan permasalahan yang paling umum dijumpai dalam sektor peternakan khususnya di negara Indonesia antara lain yaitu: 1. Usaha peternakan di Indonesia masih dilakukan sebagai usaha sampingan sehingga hasilnya hanya diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan sendiri,2,. Pengetahuan penduduk tentang cara beternak yang baik masih kurang, 3.Masalah kekurangan permodalan.4.Kurang tersedianya bibit unggul atau yang memiliki kualitas baik.5.Teknologi peternakan yang digunakan penduduk masih relative sederhana.6. Masih kurangnya tenaga ahli di bidang peternakan.7. Adanya wabah penyakit yang sering melanda hewan ternak, seperti antrax, tetelo, dan flu burung. Perkembangan harga daging sapi segar yang masih mahal di pasar-pasar tradisional mencapai Rp 110.000/Kg di Jakarta, juga terjadi pada harga sapi potong untuk Idul Adha. Harga daging sapi kurban naik berkisar antara Rp 1-3 juta/ekor dibandingkan dengan harga jelang Idul Adha pada tahun lalu.
Tahun 2012, pemerintah Indonesia menghitung kebutuhan daging sebesar 484 ribu ton. ketersediaan daging sapi hanya mampu memenuhi 399 ribu ton, sisanya 85 ribu ton dipenuhi dari impor. Untuk jumlah impor tahun 2012 terbagi atas daging sapi sebesar 34 ribu ton, dan sapi bakalan 283 ribu ekor. Harga daging sapi impor berpengaruh negatif terhadap jumlah impor daging sapi, namun pengaruhnya tidak nyata. Pada umumnya, konsumen daging sapi impor mempunyai pendapatan yang relatif tinggi, maka kenaikan harga daging sapi impor tidak memberikan pengaruh berarti terhadap volume impor. Sedangkan tahun lalu, pemerintah Indonesia memberikan kuota impor daging sapi sekitar 90 ribu ton, dan sapi bakalan 600 ribu ekor. Untuk tingkat konsumsi protein hewani di Indonesia pada tahun 2011 hanya 4,7 gram per orang per hari. Angkat ini sangat rendah jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Filipina yang rata-rata 10 gr/orang/hari. Sementara Korea, Brasil, dan China sekitar 20-40 gram/orang/hari. negara-negara maju seperti Amerika Serikat, prancis, Jepang, Kanada, dan Inggris mencapai 50-80 gr/kapita/hari. Indonesia mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan asal ternak sendiri dan malahan berpotensi menjadi negara pengekspor produk peternakan. Hal tersebut sangat mungkin diwujudkan karena ketersediaan sumber daya lahan dengan berbagai jenis tanaman pakan dan keberadaan SDM yang cukup mendukung.Untuk tingkat konsumsi yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan daging dan produksi ternak lainnya dan tingkat pendapatan rumahtangga (purchasing Berdasarkan  data BPS, provinsi yang memiliki populasi sapi potong lebih dari 0,5 juta ekor berturut turut adalah Provinsi Jawa Timur 4,7 juta ekor; Jawa Tengah 1,9 juta; Sulawesi Selatan 984 ribu ekor; Provinsi NTT 778,2 ribu ekor; Lampung 742,8 ribu ekor; NTB 685,8 ribu ekor; Bali 637,5 ribu ekor; dan Sumatera Utara 541,7 ribu ekor. Sementara itu untuk sapi perah populasi terbanyak di Jawa Timur 296,3 ribu ekor sedangkan kerbau di NTT sebanyak 150 ribu ekor. Peterrnak merupakan hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian. Dalam kegiatan ini, ternak yang dimaksudkan adalah Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau. Segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit dan atau bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pascapanen, pengolahan, pemasaran, dan pengusahaannya.
Untuk wilayah yang merupakan sumber utama ternak sapi potong adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, NAD, Sumatera Barat, Bali, NTT, Sumsel, NTB, dan Lampung. Kemudian wilayah yang mempunyai potensi cukup besar untuk ternak kambing dan domba adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, Sumut, NAD, Banten, dan Sulsel. Sedangkan wilayah yang potensial untuk perkembangan ternak domba adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten. Untuk itu , Peternak berskala kecil dan menengah diberi prioritas untuk melakukan usaha budidaya dan pengembangbiakan ternak Indonesia yang kehidupannya masih alami dan belum tersentuh teknologi namun berpotensi ekonomi, misalnya ternak ayam Indonesia (baik asli maupun lokal).
Praktisi bidang peternakan, maupun masyarakat luas harus difasilitasi dan dibina dalam upaya meningkatkan mutu genetik ternaknya melalui program persilangan yang secara ekonomis memang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternaknya. Indonesia, dengan penduduk yang hampir mencapai 237 juta jiwa ternyata mengkonsumsi telur dan daging ayam yang relatif rendah dibanding di negara-negara tetangga. Rata rata konsumsi telur nasional 87 butir/ kapita/tahun dan daging ayam 7 kg/kapita/tahun, bandingkan dengan konsumsi telur di Malaysia yang mencapai 311 butir/kapita/tahun (hampir 1 butir/kapita/hari) dan daging ayam mencapai 36 kg/kapita/tahun. Dalam hal ini perlu upaya serius harus dilakukan oleh berbagai pihak dalam meningkatkan konsumsi protein hewani tersebut. (Berbagai sumber terkait, data BPS, Litbangnak, data diolah F. Hero K. Purba)