Wednesday, September 14, 2016

Potensi Kakao Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan dalam Pengembangan


Pengembangan luas areal tanaman kakao di Kabupaten Luwu Utara pada tahun 2008 sebesar 56.187,69 Ha dengan produksi 20.175,77 ton kemudian luas areal meningkat pada tahun 2009 dan 2010 sebesar 56.238,69 Ha dengan produksi tahun 2009 sebesar 21.324,99 ton dan tahun 2010 sebesar 32.648,75 ton. Pada tahun 2011 dan 2012 luas lahan kakao mengalami penurunan yang cukup drastis menjadi 51.246,74 ha dengan produksi 33.185,89 dan tahun 2012 menjadi 46.184,92 ha dengan produksi 32.691,51 ton. Kabupaten Luwu Utara yang merupakan salah satu  sentra penghasil kakao terbesar di Sulawesi Selatan dengan luas areal 56,939 hektar, produksi rata-rata lima tahun terakhir mencapai 20.175 ton atau 250-500 kg per hektar per tahun.Potensi  klon kakao Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan yaitu  MCC 01 yang di masyarakat dikenal dengan nama M01. Dalam hal ini Klon istimewa ini konon ditemukan oleh Alm Muktar pada tahun 2001, yang tinggal di Desa Lara, Kecamatan Baebunta. Klon ini sudah digunakan di Kabupaten Luwu Utara karena berbagai keunggulannya. Yang kedua adalah MCC 02 yang di kalangan pekebun kakao dikenal dengan nama M45. Andi Mulyadi dan M. Nasir menemukan klon ini dengan kode 45 di Desa Tingkara, Kecamatan Malangke. Klon ini dikenal sebagai tanaman kakao penghasil buah berbiji besar.
Adapun dalam sumber dana berbagai program yang dilaksanakan di Kabupaten Luwu Utara berasal dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk program yang sumber dananya berasal dari pemerintah pusat dinamakan Program Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. Selain kegiatan gernas, pengembangan kakao di Kabupaten Luwu Utara juga dilakukan oleh pemerintah daerah melalui program dan kegiatan yang di danai oleh APBDKabupaten.Program pengembangan kakao yang telah dilaksanakan menunjukkan beberapa kelebihan dan kelemahan.
Salah satu contoh Coklat Chalado yang berlokasi berada di Jl Jend Ahmad Yani, Kelurahan Kappuna, Kecamatan Masamba, tepat di depan Bandar Udara Andi Djemma Masamba, yang mengolah kakao menjadi aneka minuman olahan yang sajikan kafe ini, hasil produksi Kelompok Usaha Bersama (KUB) Sibali Resoe, Kabupaten Luwu Utara. Untuk harga makanan dan minuman cukup terjangkau, mulai dari Rp 8.000- Rp20.000. Jika kita melihat peluang olahan kakao ini memungkinkan untukk pengembangan usaha bagi daerah penghasil kakao. Indonesia yang memiliki lahan potensial yang sangat luas untuk pengembangan kakao. Indonesia memiliki lebih dari 6,2 juta ha lahan yang cocok untuk kakao, terutama di daerah Papua, Sulawesi, Kalimantan, disamping itu kebun yang telah dibangun masih berpeluang untuk ditingkatkan produktivitasnya.Potensi pasar global saat ini sangat menggiurkan dimana beberapa tahun terakir pasar internasional sering mengalami defisit, sehingga harga kakao/coklat dunia stabil pada harga tinggi. Dihaarapkan dimasa mendatang pengembangan kakao mendapat dukungan berbagai pihak, Indonesia merupakan penghasil kakao ketiga dunia dimana Pantai Gading urutan pertama dan Ghana urutan kedua. (sources data: Dishutbun Kab. Luwu Utara, Data sumber terkait)