Dengan adanya dampak dari kredit macet di negara Asia jauh lebih kecil dari negara Eropa dan AS namun demikian negara Asia belum bisa bernapas lega, karena sejak tahun 1997 yakni sejak krisis Asia, perusahaan keuangan Asia beralih ke tangan AS maupun Eropa sehingga dengan terpuruknya perekonomian AS maka dengan sendirinya perusahaan AS di Asia akan terkena imbasnya. Pengaruh krisis keuangan yang bermuara dari subprime mortgages di Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia belum ter - lalu dirasakan. Dampak yang ada sebatas gejolak di pasar uang domestik, seperti melemahnya indeks harga saham gabungan (IHSG) dan kurs rupiah, yang itu pun temporer. Selama Mei-September 2007, IHSG dan kurs rupiah sempat melemah dan mengalami rebound menjelang akhir tahun. Namun, beberapa minggu terakhir, baik IHSG maupun kurs ru piah, kembali melemah. gejala globalisasi pasar dunia yang dipengaruhi langsung oleh berbagai kebijakan liberalisasi perdagangan dan investasi di Asia Pasifik, banyak membuka kesempatan berusaha bagi produsen domestik dan investor modal asing. Meluasnya jaringan organisasi dan komunikasi perusahaan global beberapa tahun sebelum terjadinya krisis perekonomian dunia, terbukti telah memberikan berbagai kesempatan berusaha bagi perusahaan-perusahaan swasta domestik di Indonesia dalam bentuk kerjasama usaha patungan (joint ventures) dan waralaba (franchising).Tetapi sebaliknya kita saksikan bagaimana perubahan lingkungan eksternal yang berjalan dengan sangat cepatnya, seperti kejadian penyerangan gedung kembar World Trade Center dan serbuan militer Amerika Serikat ke Irak, kemudian dalam sekejap memporak-porandakan keunggulan bersaing satu negara dalam pola perdagangan antar bangsa di dunia. Pengaruh buruk dampak lingkungan eksternal kadang-kadang bersifat terselubung, dan dengan kejamnya merenggut kedudukan keunggulan persaingan beberapa perusahaan domestik yang berskala kecil dan menengah.
Dengan melihat kondisi pasar Indoneis, Sentimen negatif yang melanda pasar keuangan Indonesia sebagai dampak dari krisis ekonomi global, membuat investor asing buru-buru menarik dananya dari berbagai portofolio surat berharga di Indonesia. Inilah yang menyebabkan rupiah mengalami depresiasi yang sangat tinggi dalam beberapa minggu terakhir. Bahkan beberapa hari lalu, rupiah sempat menembus level Rp 10.000.
Dengan melihat kondisi pasar Indoneis, Sentimen negatif yang melanda pasar keuangan Indonesia sebagai dampak dari krisis ekonomi global, membuat investor asing buru-buru menarik dananya dari berbagai portofolio surat berharga di Indonesia. Inilah yang menyebabkan rupiah mengalami depresiasi yang sangat tinggi dalam beberapa minggu terakhir. Bahkan beberapa hari lalu, rupiah sempat menembus level Rp 10.000.
Data Bank Indonesia memperlihatkan, pembalikan dana atau net outflows dari pasar keuangan Indonesia baik melalui SBI, SUN dan pasar saham mencapai US$ 1,9 miliar. Ini menunjukkan bahwa net beli asing pada SBI, SUN dan pasar saham lebih kecil dibandingkan dengan dana-dana yang dibawa ke luar negeri.Kebanyakan investor asing lebih suka mengoleksi SUN daripada SBI dan saham, karena yield yang ditawarkan lebih tinggi serta tanpa risiko. Selama kuartal ketiga, arus dana asing yang masuk ke SUN meningkat sebesar Rp 10,13 triliun atau setara dengan US$ 1,11 miliar.Dengan demikian, total kepemilikan asing pada SUN naik menjadi sebesar Rp 104,23 triliun atau setara dengan US$ 11,15 miliar. Bila ditotal dengan kepemilikan asing pada SBI, maka penempatan asing mencapai Rp 124,6 triliun atau US$ 13,33 miliar. Sedangkan kepemilikan asing pada saham atau net beli, perlahan-lahan menunjukkan penurunan juga menjadi Rp 2,16 triliun atau sebesar US$ 230,35 juta.
Pembalikan dana tersebut, secara tidak langsung menurunkan posisi cadangan devisa menjadi sebesar US$ 57,1 miliar atau setara dengan 4,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah pada akhir September 2008. Padahal pada akhir kuartal dua yang lalu masih ada sekitar US$ 59,45 miliar. itu artinya, selama satu kuartal terjadi penurunan cadangan devisa sebesar US$ 2,35 miliar. (Sumber Kontan Newpaper, Other Resources Material, Data process by, Frans Hero K. Purba)