Dengan berkarya dalam membangun suatu bisnis adalah mengisi waktu-waktu dengan bekerja, berwirausaha, berbisnis, intinya jangan sampai kita membiarkan sedetik pun dalam hari-hari kita tidak terisi dengan karya nyata, tidak terisi dengan kegiatan yang bermanfaat. Ibarat barisan semut dengan Kepedulian diantara semut. Semut akan saling bersentuhan bila mereka bertemu dan berpapasan yang mungkin bila diterjemahkan dalam bahasa hal ini adalah adanya tegur sapa dan bersalaman bila bertemu dan berjumpa dimana saja. ini menyimbolkan bahwa diantara kedua belah pihak terjalin kepedulian dan keakraban yang tinggi. Dimana di situ ada moment atau ruang untuk “ber-share” antara kedua belah pihak untuk menanyakan “uneg-uneg” / keiginan yang belum tercapai dalam diri satu pihak, pihak lainnya jadilah pendengar setia dan kalau mungkin ada masalah, pecahkan problema itu secara bersama-sama, yakinkan di bisnis ini kita adalah sama dan tidak ada kasta yang membentengi pergaulan kita. Kita berjuang bersama-sama untuk meraih tujuan hidup yang lebih baik. Dalam pelajaran kepada semut tersebut merupakan suatu Philosophy Business bagaimana kita saling bersatu padu dalam membangun bisnis dengan taktik dan strategi yang berkesinambungan sesuai dengan era yang ada, serta mengikuti perkembangan yang ada, terutama untuk perusahaan yang bergerak dalam bentuk produk yang dihasilkan untuk dipasarkan kepada konsumen. Dengan meraih kesuksesan karena rantai kerjasamanya yang luar biasa diantara pengikat didalamnya dan saling membangun dan saling menyokong membentuk suatu pencapaian. (source: Philip Kotler, Thomas John Watson, Sr. founder dari IBM, other resources material, related data diolah oleh Frans Hero K. Purba)
Dear All, Welcome to My Blogger, I hope you can enjoy sharing your experiences in you Business, Politic, Daily life and everything valuable for everybody around the world. God Bless You. Do You need Expert Consultant on Strategic Marketing, Entrepreneurship, Agribusiness, International Trade, Finance
Monday, May 31, 2010
Penerapan Philosophy Bisnis “ The Spirit of Entrepreneur” menghadapi tantangan Pasar Global
Dengan berkarya dalam membangun suatu bisnis adalah mengisi waktu-waktu dengan bekerja, berwirausaha, berbisnis, intinya jangan sampai kita membiarkan sedetik pun dalam hari-hari kita tidak terisi dengan karya nyata, tidak terisi dengan kegiatan yang bermanfaat. Ibarat barisan semut dengan Kepedulian diantara semut. Semut akan saling bersentuhan bila mereka bertemu dan berpapasan yang mungkin bila diterjemahkan dalam bahasa hal ini adalah adanya tegur sapa dan bersalaman bila bertemu dan berjumpa dimana saja. ini menyimbolkan bahwa diantara kedua belah pihak terjalin kepedulian dan keakraban yang tinggi. Dimana di situ ada moment atau ruang untuk “ber-share” antara kedua belah pihak untuk menanyakan “uneg-uneg” / keiginan yang belum tercapai dalam diri satu pihak, pihak lainnya jadilah pendengar setia dan kalau mungkin ada masalah, pecahkan problema itu secara bersama-sama, yakinkan di bisnis ini kita adalah sama dan tidak ada kasta yang membentengi pergaulan kita. Kita berjuang bersama-sama untuk meraih tujuan hidup yang lebih baik. Dalam pelajaran kepada semut tersebut merupakan suatu Philosophy Business bagaimana kita saling bersatu padu dalam membangun bisnis dengan taktik dan strategi yang berkesinambungan sesuai dengan era yang ada, serta mengikuti perkembangan yang ada, terutama untuk perusahaan yang bergerak dalam bentuk produk yang dihasilkan untuk dipasarkan kepada konsumen. Dengan meraih kesuksesan karena rantai kerjasamanya yang luar biasa diantara pengikat didalamnya dan saling membangun dan saling menyokong membentuk suatu pencapaian. (source: Philip Kotler, Thomas John Watson, Sr. founder dari IBM, other resources material, related data diolah oleh Frans Hero K. Purba)
Wednesday, May 26, 2010
Potensi Ekspor Produk Indonesia ke Italia sebagai Jalur Perdagangan ke Eropa Timur
Tuesday, May 25, 2010
ORIENTASI PELUANG PASAR DAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - PAKISTAN
1.Barang-barang konsumsi : teh, kopi, coklat, minyak kelapa sawit (CPO), pinang, rempah-rempah, kelapa parut (santan), bahan makanan ternak, sapu lidi, keset dari sabut kelapa, pembersih sepatu, pewangi udara (untuk ruangan dan kendaraan bermotor), pembersih toilet, pembersih kaca, lap mobil (semacam kanebo), obat nyamuk bakar dan semprot, sabun mandi dan pencuci tangan, sabun pencuci piring, pasta gigi, pampers bayi, pembalut wanita, tissue, kosmetik, shampo, pakaian anak/remaja dan produk-produk konsumsi lainnya;
2. Produk makanan : mie instan, biskuit, sirup, kopi instant, minuman dalam kemasan kaleng/kotak, teh celup/botol, produk gula/permen, bumbu masak, sambel botol, kecap dan lain sebagainya;
3. Produk industri : kertas dan produknya, pulps, ban mobil/sepeda motor/sepeda, velg mobil, suku cadang mobil, asesori mobil, bahan baku plastik dan produknya, alat-alat tulis sekolah/kantor, produk-produk dari karet, yarn sintetik, sinthetic fabrics, barang pecah belah, alat rumah tangga, obat-obatan, vaksin, alat-alat olah raga, pupuk kimia/TSP, bahan kimia, insektisida, mesin-mesin serta peralatannya dan lain sebagainya.
10 produk utama yang diekspor Indonesia ke Pakistan adalah fixed vegetable fats & oils, coalcoke & briquttes, paper & paperboard, buah dan sayur, vegetable & synthetic Textille fibbers, chemical elements & compounds, machinery, yarn, Chemical Materials & Product, Tea & mate. Khusus untuk teh, peluang pasarnya sangat besar, karena kebiasaan minum teh masyarakat Pakistan menjadikannya sebagai importir terbesar kedua di dunia sesudah Inggris. Komoditi teh hitam (black tea) lebih disukai daripada teh hijau (green tea). Sementara untuk industri plastik plastik, 80-90 % bahan baku plastik masih diimpor Pakistan dari beberapa negara.
Dalam upaya peningkatan hubungan bilateral Indonesia dan Pakistan di bidang ekonomi terus dilakukan baik oleh pejabat pemerintah maupun dari misi dagang/bisnis kedua negara. Dalam kerja sama teknik, Pakistan selalu menyambut positif setiap tawaran pelatihan dari Indonesia dalam kerangka program KTNB. Selama tahun 1995-2004, Pakistan telah mengirim sekitar 100 orang pejabatnya untuk berpartisipasi dalam pelatihan di berbagai bidang. (Sources: KBRI Islamabad, Data BPS, data diolah F. Hero K. Purba)
STRATEGI PENETRASI PASAR PRODUK INDONESIA KE RUSIA
· HS.15 Minyak nabati US$ 5,036 Juta, pangsa 13,5%.
· HS 09 Kopi, teh dan Rempah-rempah US$ 1,677juta, pangsa 7,6 %.
· HS. 18 kakao dan olahannya US$ 0,514 juta, pangsa 1,9 %.
Besarnya peluang tersebut secara indikatif ditunjukan oleh : Perekonomian Rusia semakin baik dan cenderung semakin berkembang. Jumlah penduduk yang cukup besar dan 36% adalah kelas menengah dengan pendapatan yang bisa dibelanjakan perkapita sekitar US$ 1.368. Produk Indonesia yang berpeluang masuk kepasar Rusia antara lain : mesin dan alat listrik, minyak sawit, teh, kopi, kakao, tembakau, alas kaki, pakaian dan barang dari kayu. Adanya kebijakan untuk lebih meningkatkan hubungan bilateral antara kedua negara. Semakin banyak pengusaha Rusia yang berkunjung ke Indoneisa terutama dalam mengikuti pameran dagang yang diselenggarakan di Indonesia. Adanya privilege bea masuk.
Ekspor terbesar Indonesia ke Rusia di antaranya minyak sawit mentah / CPO, teh, margarin, dan tembakau, Rusia merupakan juga pasar potensial bagi Indonesia. Pada tahun 2005, dari data yang dikumpulkan oleh BPS Indonesia mencatat surplus US$ 126 Juta dari volume perdagangan yang jumlahnya mencapai US$ 574 juta. Beberapa komoditi seperti teh, tekstil, dan CPO ternyata laku di pasaran Rusia. Kerjasama dalam bidang pertanian ini kiranya dapat lebih ditingkatkan lagi dengan peluang pasar yang ada dengan jumlah permintaan produk pertanian yang beraneka ragam tersebut. Mencermati hal ini peluang pasar yang ada dan hubungan yang baik antara Indonesia-Rusia merupakan suatu nilai tambah dalam meningkatkan kerjasama bilateral khususnya di bidang pertanian. (sumber: KBRI Rusia, BPS dan info data sumber terkait, data diolah oleh F. Hero K. Purba, Staf Subdit Promosi dan Pengembangan Pasar)
Wednesday, May 19, 2010
Orientasi Pasar Ekspor Agribisnis Indonesia Ke Tunisia
Dalam rangka pelaksanaan pameran Salon Mediterraneen de I’ Agriculture et des Industries Alimentaires Sfax International Fair yang dilaksanakan pada 26 – 29 Mei 2010 di Tunisia. Mengamati peluang pasar dari negara Tunisia ini merupakan peluang bagi beberapa komoditi agribisnis Indonesia untuk melakukan ekspansi pasar di wilayah Negara magribi ini. Pemerintah Tunisia mengundang resmi Indonesia agar berperan serta dalam kegiatan pameran ini. Khususnya untuk komoditi unggulan Indonesia yakni Kopi, teh coklat, kelapa sawit, karet, rempah dan yang lainnya memilki daya saing yang tinggi dipasar Tunisia. Adapun ekspor utama dari Tunisia adalah gandum, anggur dan minyak zaitun. Industri utama Tunisia adalah fosfat yang ditambang di Tunisia Selatan, di olah menjadi pupuk berkadar tinggi. Industri ringan utama adalah tekstil dan makanan. Tunisia yang luasnya 164.150 Km2, dengan jumlah penduduki 8,4 juta jiwa. Pertambahan penduduk 1,7%, dengan jumlah anak rata-rata 2,8 dan usia harapan hidup 71 tahun. Penghasilan perkapita US$1400. Para ulama Tunisia berpendapat, ijtihad tetap terbuka. Karena itu para ulama mengeluarkan fatwa sesuai dengan kondisi rakyat Tunisia yang hidup diatas lahan pertanian yang terbatas dan kekayaan alam yang terbatas. Tunisia merupakan negara yang termasuk negara magribi, Adapun yang termasuk dalam negara-negara Maghribi adalah Aljazair, Libya, Maroko, Mesir, Sahara Barat, Tunisia, Sudan dan kadangkala juga Mauritania, Ethiopia, dan Eritrea. Namun menurut definisi secara umum, Maghribi hanya mencakup tiga negara “inti” yang terletak di antara Pegunungan Atlas dan Laut Mediterania, yaitu Maroko, Ajazair dan Tunisia. Pelaku usaha Agribisnis Indonesia harus cermat dan menganalisa dalam memanfaatkan peluang bisnis yang besar di kawasan negara Maghribi. Tunisia merupakan gateaway akses pasar guna memasuki pasar Mediterania, Eropa dan negara di Afrika Utara. (Sumber BPEN Kementerian Perdagangan, KBRI Tunisia, BPS dan others data, data diolah F. Hero K. Purba)
Monday, May 17, 2010
Strategi Potensi Peluang Ekspansi Pasar Produk Komoditi Indonesia ke Negara Kawasan Afrika
Untuk pasar Afrika Selatan khususnya merupakan peluang produk Indonesia untuk dikenal lebih luas di negara-negara Afrika bagian selatan lainnya. Afrika Selatan memiliki letak yang strategis di benua Afrika yang sekaligus berfungsi sebagai pintu masuk untuk kawasan Afrika bagian selatan, yaitu Namibia, Botswana, Zimbabwe, Mozambique, Anggola, Zambia dan Malawi. Banyak perusahaan multi nasional dan lembaga keuangan internasional memiliki kantor perwakilan di Afrika Selatan untuk melancarkan kegiatan mereka di benua ini. Peluang khusus, yaitu terdapat sekitar 1.5 juta warga negara Afrika Selatan keturunan Indonesia, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Cape Malay. Mereka umumnya tertarik untuk menggunakan produk buatan Indonesia. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan melalui Cape Malay untuk show-case produk-produk Indonesia.
Peningkatan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan merupakan perkembangan yang positif dan perlu dipertahankan dengan lebih giat melakukan upaya-upaya terobosan. Pihak konsumer Afrika Selatan masih melihat negara-negara produser besar seperti Jepang, China, Korea Selatan, Jerman, Inggris, Amerika Serikat dan India. Peningkatan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan merupakan perkembangan yang positif dan perlu dipertahankan dengan lebih giat melakukan upaya-upaya terobosan. Pihak konsumer Afrika Selatan masih melihat negara-negara produser besar seperti Jepang, China, Korea Selatan, Jerman, Inggris, Amerika Serikat dan India. Dalam Pembagian Afrika secara politis: Stabil & demokratis (11), Cape Verde, Ghana, Zambia, Mauritius, Benin, Botswana, Mali, Namibia, Sao Tome Principe, South Africa, Senegal, Mozambique, Cenderung Stabil – Menuju demokratis (22): Angola, Kenya, Niger, Seychelles, Comoros, Liberia, Lesotho, Malawi, Sierra Leone, Tanzania, Burkina Faso, Burundi, Gambia, Guniea Bissau, Nigeria, Central African Republic, Uganda, Djibouti, Ethiopia, Gabon, Bermasalah/konflik dan belum demokratis (12); Chad, Congo (Democratic Republic), Republic of Congo, Madagascar, Guinea, Rwanda, Togo, Cameroon, Cote D’Ivoire, Mauritania, Swaziland, Somalia, Zimbabwe.
Pembagian negara Afrika secara ekonomis yaitu: Maju (8), (GDP Per Kapita Diatas USD 5000), Seychelles, Botswana, Gabon, Mauritius, Afrika Selatan, Cape Verde, Angola, dan Namibia.Sedang Membangun/Potensial (23);(GDP Per Kapita Antara USD 1000 – USD 4999);Swaziland, Congo, Rep. , Cameroon, Nigeria, Cote D’Ivoire, Mauritania, Senegal, Chad, Kenya, Benin, Lesotho, Ghana, Zambia, Burkina Faso, Mali, Sao Tome Principe, Tanzania, Uganda, Djibouti, Eritrea, Guinea, Madagascar, Rwanda.;Belum berpotensi (15);(GDP Per Kapita Dibawah USD 1000 );Mozambique, Togo, Burundi, The Gambia, Malawi, Sierra Leone, Central African Republic, Ethiopia, Niger, Comoros, Guinea-Bissau, Somalia, Liberia, Zimbabwe, Democratic Republic of Congo.
Expansion for Market Opportunities Dynamics of Indonesian Agricultural Products by Country Region of Africa To penetrate the market for agricultural commodities to the region of Africa has a potential market large enough to absorb the increase in Indonesia's export products. Challenges into opportunities Indonesian Agricultural commodity market expansion into the continent of Africa is a dynamic that we need an analysis of various aspects of the economy. More than 50 countries in Africa and most of them did not face such problems as bad as it had been portrayed by the media, television several years ago. Potential of Indonesia's export commodities to Africa Agro industries (coffee, tea, soap, etc..) Crude Palm Oil, Canned Food Products / Dairy, Beef Corned beef, Tuna Fish, Mushrooms, Biscuits, Candies, Noodles, Spices, Sambal Sauce / Tomato. South African market in particular is an opportunity for Indonesian products more widely known in countries other southern Africa. South Africa has a strategic location on the African continent which also serves as the entrance to the southern African region, namely Namibia, Botswana, Zimbabwe, Mozambique, Anggola, Zambia and Malawi. Many multi-national companies and international financial institutions have offices in South Africa to launch their activities in this continent. Special opportunities, there are approximately 1.5 million South African citizens of Indonesian descent, or better known as Cape Malays. They are generally interested in using products made in Indonesia. This opportunity can be exploited through the Cape Malay show-case for Indonesian products. Improving Indonesia's exports to South Africa is a positive development and should be maintained with more active in conducting groundbreaking efforts. Consumer Party of South Africa still see the big producer countries such as Japan, China, South Korea, Germany, UK, USA and India. Improving Indonesia's exports to South Africa is a positive development and should be maintained with more active in conducting groundbreaking efforts. Consumer Party of South Africa still see the big producer countries such as Japan, China, South Korea, Germany, UK, USA and India. In the political division of Africa: Stable & democracy (11), Cape Verde, Ghana, Zambia, Mauritius, Benin, Botswana, Mali, Namibia, Sao Tome Principe, South Africa, Senegal, Mozambique, Tend Stable - Towards a democratic (22): Angola, Kenya, Niger, Seychelles, Comoros, Liberia, Lesotho, Malawi, Sierra Leone, Tanzania, Burkina Faso, Burundi, Gambia, Guniea Bissau, Nigeria, Central African Republic, Uganda, Djibouti, Ethiopia, Gabon, Troubled / conflict and yet democratic (12); Chad, Congo (Democratic Republic), Republic of Congo, Madagascar, Guinea, Rwanda, Togo, Cameroon, Cote D'Ivoire, Mauritania, Swaziland, Somalia, Zimbabwe. Distribution of African countries are economically are: Forward (8), (GDP per capita above U.S. $ 5000), Seychelles, Botswana, Gabon, Mauritius, South Africa, Cape Verde, Angola, and Namibia. , Medium Build / Potential (23); (GDP Per Capita Between USD 1000 - USD 4999), Swaziland, Congo, Rep.. , Cameroon, Nigeria, Cote D'Ivoire, Mauritania, Senegal, Chad, Kenya, Benin, Lesotho, Ghana, Zambia, Burkina Faso, Mali, Sao Tome Principe, Tanzania, Uganda, Djibouti, Eritrea, Guinea, Madagascar, Rwanda.; Not yet the potential (15); (GDP Per Capita Under EUR 1000); Mozambique, Togo, Burundi, The Gambia, Malawi, Sierra Leone, Central African Republic, Ethiopia, Niger, Comoros, Guinea-Bissau, Somalia, Liberia, Zimbabwe, Democratic Republic of Congo. Preparation for 2010 FIFA WORLD CUP, which is a world soccer championship in 2010, South Africa, the middle has taken various infrastructure development, including infrastructure development streets, football stadiums, improvement of air and sea ports, the addition of electrical energy generation and the Gautrain rapid rail contact Johannesburg with surrounding towns. Based on data from South African Embassy and the BPS that the bilateral trade value of the Indonesia-South Africa in the first quarter of 2007 amounted to 1276 billion Rand (182.28 million USD) or an increase of 54.19 percent compared to the previous year period. South African exports to Indonesia amounted to 390,575 million Rand (55.79 million USD) or an increase of 5.1 percent over the previous year (table 5). Meanwhile, Indonesia's exports amounted to 885,947 million rand (126.56 million USD) or an increase of 17.9 percent over the previous year. When viewed from the side of the price development and market development opportunities of agricultural commodities are also promising. Opportunities and market potential in terms of export market channels that must be considered in detail the financing.
Friday, May 14, 2010
Pengembangan Akses Peluang Pasar Bisnis Produk Organik
Untuk produk pangan / pertanian organic harus memenuhi standar yang ditetapkan, antara lain: mulai dari bibit tanaman bebas rekayasa genetic, tanaman bebas bahan kimia, proses penanaman bebas penggunaan bahan kimia dan hormone, hingga ke tingkat aman dari kontaminasi pertanian konvesional yang pakai bahan kimia, seperti pupuk anorganik dan pestisida. Pangsa pasar dunia produk organik dalam 10 tahun mendatang akan mencapai sekitar US $ 100 milyar. Sementara di Amerika Serikat saja, pada tahun 1997 dilaporkan bahwa pangsa pasar produk organik sekitar US $ 3.5 milyar per tahun dan dalam tahun 2000 meningkat sekitar dua kali lipatnya. Produk organik yang beredar di seluruh Jepang diperkirakan hanya meliputi sekitar 2% - 3 % dari seluruh jumlah produksi sayuran. Pertanian dan pangan organik dapat menjadi potensi besar bagi pemulihan ekonomi Indonesia yang telah terperosok selama hampir 5 tahun terakhir. Pendapatan ekspor bahan pangan organik yang dihasilkan dari lahan 17 juta hektar tersebut diperkirakan mencapai US $ 100 milyar per tahun. Secara umum, pendapatan rata-rata yang akan diperoleh dari budidaya pertanian organik adalah sekitar US $ 6.000 per hektar. Produksi pangan organik organic harus memiliki standart sesuai dengan sertifikasi dari beberapa Badan sertifikasi dunia International maupun lokal. Untuk peluang produk organik untuk pasar dunia semakin menjadi trend yang sangat significant tetapi standart permberlakuan organik harus benar-benar di terapkan from farm to the table use for eat. Jika benar-benar produk organik memiliki aturan yang jelas dari Kelompok Tani nya, distributornya sampai kepada pemasar harus diregistrasi dan tahu alurnya secara benar untuk memastikan kepastian pasar yang real organic. (Berbagai sumber terkait, media, data diolah F. Hero K. Purba)
Wednesday, May 12, 2010
Penetrasi Pasar Peluang Ekspor Indonesia ke Amerika Latin
Indonesia menjalin hubungan dagang dengan hampir semua negara di kawasan Amerika Latin, namun untuk menyebutkan Tiga Besar urutannya adalah sbb: (1)Brazil dengan volume perdagangan sebesar USD1,1 miliar/tahun(2) Mexico dengan volume perdagangan USD900 juta. Mexico layak untuk digarisbawahi karena Indonesia pernah mencatat surplus perdagangan dengan Mexico. Di tahun 2007 ekspor Indonesia ke Mexico tercatat sebesar USD870 juta, sementara impor dari Mexico hanya USD40 juta. (3)Chilli dan Argentina, masing-masing sekitar UDD400 juta. Untuk negara Bolivia, Equador, Kolumbia, Peru, dan Venezuela, dengan volume pedagangan rata-rata tidak lebih dari USD100 juta. Chilli, meskipun peringkatnya hanya nomor tiga dalam perdagangan dengan Indonesia, cukup penting karena memiliki sisi positif, yaitu memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi di kawasan Amerika Latin (Per kapita USD8.853: 2009). Diversifikasi ekspansi pasar Amerika latin merupakan peluang besar dalam Nich market komposisi pasar ekspor.(Sumber data Kementerian Luar Negeri, Data BPS, sumber terkait lainnya, data diolah F. Hero K. Purba)
Tuesday, May 11, 2010
Potensi Pasar Dunia untuk Komoditi Kopi Indonesia
Di Indonesia berbagai jenis daerah penghasil kopi seperti Kopi Gayo, Aceh, Kopi Toraja, Kopi, Kintamani, Kopi Bajawa Flores, Kopi Lintong, Kopi Mandeheling dan berbagai daerah lainnya.Lintong diambil dari nama daerah Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, di Tapanuli Utara. Kopi ini termasuk jenis arabika. Yang menjadi ciri khas kopi arabika adalah rasanya yang lebih lembut (mild) tetapi terasa kental, memiliki aroma wangi, dan rasa asam yang khas. Kopi ini cocok bagi anda yang gemar meminum kopi tubruk atau espresso.Untuk mengurangi rasa asam, kita bisa mencampurkan dengan jenis kopi robusta. Untuk masalah kualitas, kita tidak perlu khawatir. Kopi lintong adalah salah satu kopi terbaik yang telah diakui dunia. Salah satu produk yang memanfaatkan kopi ini adalah Starbuck: Black Apron Exclusives. Di Indonesia berbagai jenis daerah penghasil kopi seperti Kopi Gayo, Aceh, Kopi Toraja, Kopi, Kintamani, Kopi Bajawa Flores, Kopi Lintong, Kopi Mandeheling dan berbagai daerah lainnya.
Pada umumnya sekarang sangat memperhatikan kopi organik dan bersertifikasi fair trade, dan hal ini mempunyai peluang pasar yang sangat baik. Pengertian kopi organik antara lain adalah kopi yang tidak dimodifikasi genetiknya dan tidak menggunakan pupuk kimia atau pestisida, sistim pertanian kopi telah menjaga keseimbangan alam dan keaneka produk pertanian ragaman, serta yang terjamin akan kesehatan. Jenis kopi yang terdapat dipasar dunia terutama di Uni Eropa pada umumnya antara lain adalah :
Green coffee; kurang lebih 80% diperdagangkan dalam kondisi belum diproses/kopi biji (unroasted), dimana negara-negara berkembang memegang peran penting. Roasted coffee; merupakan kopi yang mayoritas dikonsumsi (sudah diolah/diproses) dan diproduksi sendiri. Decaffeinated coffee; kopi yang diolah sedemikian rupa sehingga tidak mengandung kafein) dan diproduksi sendiri. Jenis kopi tersebut akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan konsumsi karena sangat terkait dengan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan. Kopi instant, Ready to drink coffee; jenis ini konsumennya sedikit dan lebih banyak digunakan pada sektor jasa catering sebagai iced coffee,Out of home; dikonsumsi di luar rumah antara lain di bar, restoran, coffee shop dll. Berdasarkan perhitungan kasar jika konsumsi kopi Indonesia sekarang ini 0,5 kg ditingkatkan menjadi 2 kg per tahun, maka akan menyerap 400.000 ton kopi dalam negeri tanpa harus susah-susah mengekspor dengan risiko fluktuasi harga. Produksi kopi Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan totalnya 689,14 ribu ton, terdiri dari kopi Robusta 557,19 ribu ton atau 81%, dan Arabika sebanyak 131,95 ribu ton atau 19%. Potensi dan peluang pasar ekspor komoditi kopi Indonesia merupakan kekayaan alami Indonesia dan berpeluang untuk ekspor kopi dibergaia negara, dan diharapkan juga lebih terus maju dalam hasil produk olahannya. (Berbagai sumber terkait, Data BPS, data diolah: Frans Hero K. Purba)
Monday, May 10, 2010
Potensi Peluang Pasar Ekspor Pertanian Indonesia ke Suriah
Berdasarkan data untuk total volume perdagangan Indonesia – Syria tahun 2007 mencapai US$.79,9 juta dengan surplus di pihak Indonesia, yang terdiri dari dari ekspor Indonesia sebesar US$.79,4 juta dan impornya dari Syria sebesar US$.489.200 Komoditi ekspor non migas Indonesia terpenting ke Suriah antara lain produk ban dan asesori kendaraan, kakao, karet, kertas, palm oil, dan kayu lapis. Sedangkan impor Indonesia dari Suriah meliputi kapas, produk pertanian dan buah-buahan. Sedangkan untuk Total perdagangan Syria tahun 2008 mencapai USD29,94 miliar, dengan nilai ekspor USD13,97 miliar dan nilai impor USD15,97 miliar. Ekspor Indonesia ke Syria cenderung meningkat antara tahun 2004-2009. Total ekspor Indonesia tahun 2008 mencapai USD98,8 juta. Nilai ekspor ini meningkat sebesar 19,5% dari tahun 2007 senilai USD79,5 juta. Selama periode Januari-Oktober 2009 ekspor Indonesia ke Syria mencapai USD78,2 juta.
Arus kunjungan bisnis pengusaha Syria ke Indonesia mengalami kenaikan 50%, baik dalam rangka transaksi dagang maupun menghadiri pameran untuk products sourcing dan pengembangan hubungan dagang. Pelaku usaha Syria berupaya memanfaatkan hubungan bisnis dan perdagangan dengan negara-negara Asia, termasuk negara Indonesia. Pada tahun 2010 ini pemerintah Syria melalui KBRI Damascus, mengundang Indonesia untuk berpartisipasi dalam kegiatan pameran The 37th International Flower Exhibition 2010, Damascus, Syria. Kesempatan dan peluang ini merupakan suatu nich market untuk ekspansi pangsa ekspor berbagai komoditi dalam peningkatan nilai ekspor Indonesia (Sumber KBRI Syria, data BPS, data diolah Frans Hero K. Purba)
Maroko merupakan Negara yang potensial dan peluang bagi agribisnis dan industri Indonesia
Pemanfaatan peluang pasar untuk Negara Maroko bagi Indonesia merupakan pasar yang potensial untuk beberapa komoditi. Berdasarkan data neraca perdagangan kedua negara selalu surplus untuk Indonesia, dan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sebagai misal, pada tahun 2005, nilai perdagangan RI _Maroko tercatat mencapai angka US$76,28 juta. Dari jumlah tersebut, impor RI adalah sebesar US$25,20 juta). Angka di tahun 2005 ini menunjukkan peningkatan 26% dibanding tahun 2004 yang baru mencapai angka US$60,54 juta.
Partisipasi Indonesia keikutsertaan Kemenerian Pertanian RI c.q Ditjen PPHP pada kegiatan pameran Salon Internasional de I’Agriculture au Maroc (SIAM 2010) pada tanggal 28 April – 2 Mei 2010 di Meknes – Maroko, dimana pada event pameran SIAM Meknes 2010 merupakan pameran tahunan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian dan Perikanan Maroko dan dibuka secara resmi oleh Raja Maroko Mohammad VI. Keduataan Besar Republik Indonesia di Rabat memfasilitasi booth seluas 30 m2. Area pameran seluas 100.000 m2 dengan kapasitas stand seluas 65.000 m2, yang dapat menampung sebanyak 700 peserta dan 500.000 pengunjung. Peserta dari internasional pada pameran tahun ini terdiri atas 34 negara. Area pameran terbagi menjadi 9 sektor yang disediakan bagi 16 pemerintah propinsi Maroko, sponsor dan institusi serta anjungan internasional. Produk yang dipamerkan terdiri dari produk pertanian, alat dan mesin pertanian, hasil riset dan pengembangan pembangunan berkesinambungan dan pasar lelang produk peternakan.
Keikutsertaan Indonesia pada pameran SIAM Meknes 2010 tersebut merupakan yang pertama kali dengan menampilkan produk kopi, teh, buah-buahan, rempah, herbal, veterinery medicine, healthy driinks dan snacks. Penampilan paviliun Indonesia banyak menarik perhatian pengunjung untuk melihat atau ingin mencari berbagai produk yang ditampilkan yaitu herbal, rempah seperti kayu manis (cassiavera), jahe, temu lawak, clove, black pepper, gum benyamin, produk kopi, teh dan healthy drink. Pameran tersebut diharapkan dapat meningkatkan hubungan ekonomi dan industri antara penghasil dan pelaku bisnis pertanian terkait dan memberikan peluang yang lebih besar bagi produk pertanian Indonesia memasuki negara Maroko dan negara sekitarnya.Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan pameran tersebut, dengan koordinasi dan dukungan dari KBRI – Rabat kami mengusulkan agar kiranya Indonesia dapat berpartisipasi kembali pada pameran SIAM Meknes tahun depan dengan menampilkan produk-produk potensial lainnya. Kesempatan ini merupakan peluang pasar bagi agribisnis Indonesia dalam ekspansi peluang Salon Internasional de I’Agriculture au Maroc ekspor untuk wilayah kawasan afrika sebagai gateway dalam perluasan pasar. (Sources Pameran MEKNES, BPS dan sumber terkait, data diolah Frans Hero K. Purba )