Produksi gelondong mete Indonesia saat ini sekitar 146.000 ton pertahun. Sekitar 42% dari produksi tersebut diekspor dalam bentuk gelondong mete, 10% diekspor setelah dikacip menjadi kacang mete, dan 48% dikonsumsi di dalam negeri. Nilai ekspor mete Indonesia pada tahun 2007 sekitar US$ 83 juta yang berasal dari ekspor gelondong mete sebesar US$ 58 juta dan dari ekspor kacang mete US$ 25 juta. Dengan tingkat produksi gelondong mete seperti di atas, Indonesia masih tergolong sebagai negara kecil dalam industri mete dunia. Produksi gelondong mete dunia saat ini sekitar 2.400.000 ton, lebih dari setengahnya dihasilkan oleh dua negara produsen utama yaitu Vietnam (35%) dan India (20%). Kacang mete organik produksi UD Nusa Permai di Kabupaten Ende mampu menembus pasar AS dan Eropa, sebab perusahaan keluarga itu telah memiliki sertifikat organik sejak tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Institute for Marketecology (IMO) Switzerland, lembaga sertifikasi internasional.UD Nusa Permai mulai melakukan ekspor kacang mete organik tahun 2007. Di kawasan Flores sejauh ini UD Nusa Permai mendapatkan pasokan bahan baku mete khusus hanya dari petani jambu mete organik, yaitu di Desa Ile Padung, Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur, dan Desa Rowa, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo. Pasalnya, di kawasan Flores hingga Lembata dan Alor, petani jambu mete sampai saat ini yang bersertifikat organik dengan standar internasional baru di Flores Timur, Nagekeo, dan Sikka.
Kunjungan ke UPH Nusa Permai Kacang Mete Organik khas NTT lebih alami dan sehat dikonsumsi. Oleh karena itu konsumen mancanegara seperti swiss, Amerika Serikat dan Jepang menggemarinya dan dalam waktu dekat akan bekerjasama ekspor ke Jerman. Sampai dengan saat ini perusahaan mempunyai 112 karyawan dan 95% diantaranya adalah perempuan. Seluruh karyawan ini berasal dari desa-desa di wilayah Kecamatan Wolowaru dengan penghasilan rata-rata Rp. 600.000 - 900.000,- per-bulan. Oleh karna sumberdaya manusia industri di NTT relatif kurang trampil, Pemda NTT melakukkan pelatihan, bantuan produksi dan kerap mengajak berpromosi di berbagai pameran. Unit Usaha Pengolahan Mete Nusa Permai berdiri sejak tahun 2007. Fokus usaha ini adalah pada pengolahan gelondong mete, menjadi biji/kernel mete organik atau yang lazim disebut kacang mete organik atau yang lazim disebut kacang mete organik. Selain unit pengolah mete, Nusa permai juga berdagang hasil bumi sejak tahun 1986. Sejak tahun 2007 telah mendapat sertifikat organik intenasional dari IMO (Institute for Marketecologi), sebuah lembaga sertifikasi bertaraf internasional yang berkedudukan di Swiss (Switzerland), jenis sertifikat adalah : USDA/NOP untuk pasar Amerika dan EU reg. 2092/91 untuk pasar Uni Eropa.
Peningkatan produksi gelondong mete tersebut diolah terlebih dahulu menjadi kacang mete sebelum diekspor maka akan menambah devisa sekitar US$ 358 juta. Belum termasuk nilai tambah dari pengolahan kulit gelondong menjadi CNSL. Untuk mengetahui secara rinci, berikut hasil wawancaranya: Menurut anda, bagaimana kondisi jambu mete Indonesia saat ini di kancah dunia? Produksi gelondong mete Indonesia saat ini sekitar 146.000 ton pertahun. Sekitar 42% dari produksi tersebut diekspor dalam bentuk gelondong mete, 10% diekspor setelah dikacip menjadi kacang mete, dan 48% dikonsumsi di dalam negeri. Nilai ekspor mete Indonesia pada tahun 2007 sekitar US$ 83 juta yang berasal dari ekspor gelondong mete sebesar US$ 58 juta dan dari ekspor kacang mete US$ 25 juta. Dengan tingkat produksi gelondong mete seperti di atas, Indonesia masih tergolong sebagai negara kecil dalam industri mete dunia. Produksi gelondong mete dunia saat ini sekitar 2.400.000 ton, lebih dari setengahnya dihasilkan oleh dua negara produsen utama yaitu Vietnam (35%) dan India (20%). Produsen lain adalah Brazil (11%), Nigeria (9%) dan Indonesia (5%). Bagaimana perkembangan produk mete di perdagangan internasional? Komoditas produk intermediate mete di pasar internasional adalah gelondong mete dengan harga sekitar US$ 700/ton, kacang mete yaitu gelondong mete yang telah dibuka kulitnya dengan harga sekitar US$ 3500/ton, dan minyak CNSL yaitu minyak yang diekstrak dari kulit gelondong mete. Sucahyo Lukito telah memetik hasil dari kerja kerasnya merintis usaha mete organic asal Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Flores merupakan daerah yang memiliki potensi yang besar untuk dapat memanfaatkan peluang pasar tersebut. Lahan pertanian di Flores, juga masih cukup besar, bagi pengembangan mete organik karena kebanyakan pertanian di Flores masih dikelola secara tradisionil. (Sumber: data hasil kunjungan dan data data dari media terkait dan diolah oleh Frans Hero. K. Purba)