Perkembangan komoditas Cabe, produksi tahunan
Indonesia sekitar 1.378.000 ton. Kebutuhan dalam negri kita sebesar 800.000
ton, sehingga untuk cabe terjadi surplus 578.000 ton. Untuk bawang merah,
produksi tahunan Indonesia sekitar 1.050.000 ton, kebutuhan konsumsi konsumsi
& pabrikan dalam negri sebesar 935.000 ton, sehingga terjadi surplus 115.000
ton.Perkembangan fluktuasi harga komoditas Cabe yang terjadi di pasar
eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan
juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat
dijelaskan bahwa kadang-kadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah
yang ditawarkan relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang
diminta. Hal inilah yang mengakibatkan harga akan sangat tinggi. Cabai
(Capsicum annuum L.) merah adalah salah komoditas perdagangan, sehingga
pengusahaan ditingkat petani bersifat
komersial yang dicirikan hasilnya berdasarkan permintaan pasar. Jenis
cabe juga cukup bervariasi, beberapa jenis dibedakan berdasarkan ukuran,
bentuk, rasa pedasnya dan warna buahnya. Di Indonesia sendiri jenis cabe yang
banyak dibudidayakan antara lain cabe keriting, cabe besar, cabe rawit, dan
cabe paprika.Kenaikan harga cabe beberapa pekan terakhir,
membuat pemerintah kembali mengandalkan pasokan impor untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri.
Berdasarkan data bahwa harga cabe di pasar domestik
pada bulan Agustus 2012 turun sebesar 9 % dibandingkan bulan Juli 2012. Harga
cabe di pasar domestik pada bulan Agustus 2012 naik sebesar 53 % dibandingkan
bulan Agustus 2011. Harga cabe secara nasional cenderung berfluktuasi dengan
koefisien keragaman harga bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Agustus 2012
sebesar 16 %. Disparitas harga cabe antar wilayah pada bulan Agustus 2011
sampai dengan bulan Agustus 2012 cukup tinggi dengan koefisien keragaman harga
antar wilayah sebesar 33%. Konsumen pembeli Cabe saat ini banyak beralih
membeli cabe impor karena harga cabe lokal masih sangat tinggi selain itu
rasanya pun tak kalah pedas, dibanding cabe lokal. Banyaknya pasokan cabe impor
dikeluhkan pedagang yang biasa menjual cabai lokal. Masuknya cabe impor ke
dikhawatirkan di Indonesia pasaran cabe lokal dan ini sangat merugikan pedagang
cabai lokal maupun para petani. (Sources data media terkait, data diolah F.
Hero K. Purba).
Beberapa langkah yang dilakukan oleh para petani
juga pedagang mengatasi rendahnya cabai merah belum ada solusinya karena cabai
merah tidak tahan lama, kurang dari sepekan kualitas sudah berubah menunggu dua
pekan membusuk paling dimanfaatkan oleh pedagang bumbu sebagai bahan cabai
merah kering. Harga cabai merah sebelumnya sempat dikeluhkan oelh
konsumen karena para pedagang menjual dengan harga sekitar Rp 65 ribu-Rp 70
ribu per kg bahkan sampai Rp. 100 ribu. Kenaikan harga cabai merah ketika itu
disebabkan harga bahan bakar minyak (BBM) naik. Sebagai contoh Cabe
bubuk merupakan olahan lanjut dari cabe merah kering. Pada jenis olahan ini,
setelah kering cabe selanjutnya mengalami proses penggilingan hingga menjadi
bubuk cabe. Bubuk cabe banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industry
macaroni, bihun, industry mie instant dan ikan kaleng, mie, kecap, kerupk,
emping, bumbu masak, pati, dan industry pelumatan buah-buahan serta sayuran.
Bubuk cabai merah dibuat dari cabai merah yang telah dikeringkan. Pasar-pasar
tradisional di Jakarta membutuhkan cabe merah setiap harinya sebanyak 75 ton,
dan di pasar tradisional Bandung membutuhkan 32 ton per hari, yang semuanya
berasal dari Brebes. Dalam usahatani komoditi cabe merah pada akhirnya untuk
memperoleh pendapatan dan tingkat keuntungan yang layak dari usahataninya.
Kegairahan petani untuk meningkatkan kualitas produksinya akan terjadi selama
harga produk berada di atas biaya produksi. Komoditi cabai merah selain harga
juga menjanjikan memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, juga mempunyai nilai
ekonomi tinggi. Pemanfaatannya sebagai bumbu masak atau sebagai bahan baku
berbagai industri makanan, minuman dan obat-obatan membuat cabai merah semakin
menarik untuk diusahakan sebagai usaha agribisnis yang memiliki prospek.