Pengembangan luas areal tanaman kakao di
Kabupaten Luwu Utara pada
tahun 2008 sebesar 56.187,69 Ha dengan produksi 20.175,77 ton kemudian luas
areal meningkat pada tahun 2009 dan 2010
sebesar 56.238,69 Ha dengan produksi tahun 2009 sebesar
21.324,99 ton dan tahun 2010 sebesar 32.648,75 ton. Pada tahun 2011 dan 2012
luas lahan kakao mengalami penurunan yang
cukup drastis menjadi 51.246,74 ha dengan produksi 33.185,89 dan tahun 2012 menjadi
46.184,92 ha dengan produksi 32.691,51 ton. Kabupaten Luwu Utara yang merupakan
salah satu sentra penghasil kakao terbesar di Sulawesi
Selatan dengan luas areal 56,939 hektar, produksi rata-rata lima tahun terakhir
mencapai 20.175 ton atau 250-500 kg per hektar per tahun.Potensi klon kakao Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan yaitu MCC 01 yang di masyarakat dikenal dengan nama
M01. Dalam hal ini Klon
istimewa ini konon ditemukan oleh Alm Muktar pada tahun 2001, yang tinggal di
Desa Lara, Kecamatan Baebunta. Klon ini sudah digunakan di Kabupaten Luwu Utara
karena berbagai keunggulannya. Yang kedua adalah MCC 02 yang di kalangan
pekebun kakao dikenal dengan nama M45. Andi Mulyadi dan M. Nasir menemukan klon
ini dengan kode 45 di Desa Tingkara, Kecamatan Malangke. Klon ini dikenal
sebagai tanaman kakao penghasil buah berbiji besar.
Adapun dalam sumber dana berbagai program
yang dilaksanakan di Kabupaten Luwu Utara berasal dari
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk program yang sumber dananya
berasal dari pemerintah pusat dinamakan Program
Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao.
Selain kegiatan gernas, pengembangan
kakao di Kabupaten Luwu Utara juga dilakukan oleh pemerintah daerah melalui
program dan kegiatan yang di danai oleh APBDKabupaten.Program pengembangan
kakao yang telah dilaksanakan menunjukkan beberapa kelebihan dan kelemahan.
Salah satu contoh Coklat Chalado yang berlokasi
berada di Jl Jend Ahmad Yani, Kelurahan Kappuna, Kecamatan Masamba,
tepat di depan Bandar Udara Andi Djemma Masamba, yang mengolah kakao menjadi aneka minuman olahan
yang sajikan
kafe ini, hasil produksi Kelompok Usaha Bersama (KUB) Sibali Resoe, Kabupaten Luwu Utara. Untuk harga
makanan dan minuman cukup terjangkau, mulai dari Rp 8.000- Rp20.000. Jika kita melihat peluang olahan kakao ini
memungkinkan untukk pengembangan usaha bagi daerah penghasil kakao. Indonesia yang memiliki lahan potensial yang
sangat luas untuk pengembangan kakao. Indonesia memiliki lebih dari 6,2 juta ha lahan yang cocok untuk kakao, terutama di daerah Papua,
Sulawesi, Kalimantan, disamping itu kebun yang telah dibangun masih berpeluang
untuk ditingkatkan produktivitasnya.Potensi pasar
global saat ini sangat menggiurkan dimana beberapa tahun terakir pasar internasional
sering mengalami defisit, sehingga
harga kakao/coklat dunia stabil pada harga tinggi. Dihaarapkan dimasa mendatang pengembangan kakao mendapat dukungan berbagai
pihak, Indonesia merupakan penghasil kakao ketiga dunia dimana Pantai Gading
urutan pertama dan Ghana urutan kedua. (sources data: Dishutbun Kab. Luwu Utara, Data sumber terkait)