Potensi tanaman Cabai merah (Capsicum annuum L.)
merupakan komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak
diusahakan oleh petani di dataran rendah sampai dataran tinggi.Aneka jenis
cabai/Cabe yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia antara lain cabe
keriting, cabe besar, cabe rawit, dan cabe paprika.Kenaikan
harga cabe beberapa pekan terakhir, membuat pemerintah kembali mengandalkan
pasokan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.Penanganan
Cabe dikarenakan sulitnya masalah karena belum ada teknologi yang mampu
menyimpan cabai untuk waktu yang lama. Perkembangan
fluktuasi harga komoditas Cabe yang terjadi di pasar eceran, selain disebabkan
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan juga disebabkan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat dijelaskan bahwa kadang-kadang
keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah yang ditawarkan relatif jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Hal inilah yang
mengakibatkan harga akan sangat tinggi. Cabai (Capsicum annuum L.) merah
adalah salah komoditas perdagangan, sehingga pengusahaan ditingkat petani bersifat komersial yang
dicirikan hasilnya berdasarkan permintaan pasar. Jenis cabe juga cukup bervariasi,
beberapa jenis dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk, rasa pedasnya dan warna
buahnya.
Berdasarkan data bahwa harga cabe di pasar domestik
pada bulan Agustus 2012 turun sebesar 9 % dibandingkan bulan Juli 2012. Harga
cabe di pasar domestik pada bulan Agustus 2012 naik sebesar 53 % dibandingkan
bulan Agustus 2011. Harga cabe secara nasional cenderung berfluktuasi dengan
koefisien keragaman harga bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Agustus 2012
sebesar 16 %.
Untuk disparitas harga cabe antar wilayah pada bulan
Agustus 2011 sampai dengan bulan Agustus 2012 cukup tinggi dengan koefisien
keragaman harga antar wilayah sebesar 33%. Konsumen pembeli Cabe saat ini
banyak beralih membeli cabe impor karena harga cabe lokal masih sangat tinggi
selain itu rasanya pun tak kalah pedas, dibanding cabe lokal. Banyaknya pasokan
cabe impor dikeluhkan pedagang yang biasa menjual cabai lokal. Masuknya cabe
impor ke dikhawatirkan di Indonesia pasaran cabe lokal dan ini sangat merugikan
pedagang cabai lokal maupun para petani.
Berdasarkan
survey tahun 2011 dengan produksi cabai
mencapai 1,3-1,9 juta ton/ tahun membuat Indonesia menjadi negara ke-Empat
penghasil cabai terbesar di Dunia. Berikut tabel 6 besar negara penghasil cabai
terbesar di Dunia. Untuk peringkat pertama dunia produksi Cabai negara China
dengan jumlah produksi 13.189.303 ton/tahun, ke 2 Mexico dengan jumlah produksi
2.335.560 ton/tahun, ke 3 Turki dengan jumlah produksi 1.986.700 ton/tahun dan
yang ke 4 Indonesia dengan jumlah produksi 1.332.360 ton/tahun. Produksi cabai Indonesia menempati posisi
ke-empat tetap saja tidak dapat memenuhi kebutuhan cabai nasional karena
produksi yang masih tergolong rendah kalah telak dari China yang mencapat lebih
dari 13,18 juta ton/ tahun dan memang karena jumlah penduduk yang tinggi
mengakibatkan permintaan akan cabai juga sangat besar. Dengan jumah permintaan
cabai mencapau 1,12 juta ton/ tahun membuat Indonesia melakukan impor cabai
segar terutama dari Vietnam.
Melonjaknya luas tanam komoditi cabai yang berdampak
terjadinya over product
cabai, mulai dikeluhkan oleh para petani. Dengan harga jual seperti saat ini,
para petani nyaris tidak mampu menutup modal atau biaya produksi yang sudah
dikeluarkannya, karena untuk melakukan usaha tani cabai, modal yang dibutuhkan
cukup besar, mulai dari biaya pengolahan lahan, pembelian bibit, pupuk dan
obat-obatan serta mulsa, biaya perawatan sampai pengendalian hama dan penyakit
tanaman membutuhkan dana yang tidak sedikit. Berdasakan data Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,5 persen pada Mei 2015. Cabai merah
menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi terbesar yakni 0,1 persen.Beberapa
langkah yang dilakukan oleh para petani juga pedagang mengatasi rendahnya cabai
merah belum ada solusinya karena cabai merah tidak tahan lama, kurang dari
sepekan kualitas sudah berubah menunggu dua pekan membusuk paling dimanfaatkan
oleh pedagang bumbu sebagai bahan cabai merah kering. Harga cabai
merah sebelumnya sempat dikeluhkan oelh konsumen karena para pedagang menjual
dengan harga sekitar Rp 65 ribu-Rp 70 ribu per kg bahkan sampai Rp. 100 ribu.
Kenaikan harga cabai merah ketika itu disebabkan harga bahan bakar minyak (BBM)
naik. (Sources data media terkait, data diolah F. Hero K. Purba). Sebagai
contoh Cabe bubuk
merupakan olahan lanjut dari cabe merah kering. Pada jenis olahan ini, setelah
kering cabe selanjutnya mengalami proses penggilingan hingga menjadi bubuk
cabe. Bubuk cabe banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industry macaroni,
bihun, industry mie instant dan ikan kaleng, mie, kecap, kerupk, emping, bumbu
masak, pati, dan industry pelumatan buah-buahan serta sayuran. Bubuk cabai
merah dibuat dari cabai merah yang telah dikeringkan. (sumber data: data BPS,
Media, data diolah F.hero K. Purba)
Pasar-pasar tradisional di Jakarta membutuhkan cabe
merah setiap harinya sebanyak 75 ton, dan di pasar tradisional Bandung membutuhkan
32 ton per hari, yang semuanya berasal dari Brebes. Usahatani komoditi
cabe merah pada akhirnya untuk memperoleh pendapatan dan tingkat keuntungan
yang layak dari usahataninya. Kegairahan petani untuk meningkatkan kualitas
produksinya akan terjadi selama harga produk berada di atas biaya produksi.
Komoditi cabai merah selain harga juga menjanjikan memiliki nilai gizi yang
cukup tinggi, juga mempunyai nilai ekonomi tinggi. Untuk pemanfaatannya sebagai
bumbu masak atau sebagai bahan baku berbagai industri makanan, minuman dan
obat-obatan membuat cabai merah semakin menarik untuk diusahakan sebagai usaha
agribisnis yang memiliki prospek.