Untuk disparitas
harga cabe antar wilayah pada bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Agustus
2012 cukup tinggi dengan koefisien keragaman harga antar wilayah sebesar 33%.
Konsumen pembeli Cabe saat ini banyak beralih membeli cabe impor karena harga
cabe lokal masih sangat tinggi selain itu rasanya pun tak kalah pedas,
dibanding cabe lokal. Banyaknya pasokan cabe impor dikeluhkan pedagang yang
biasa menjual cabai lokal. Masuknya cabe impor ke dikhawatirkan di Indonesia
pasaran cabe lokal dan ini sangat merugikan pedagang cabai lokal maupun para
petani.
Berdasarkan survey tahun 2011 dengan produksi cabai mencapai
1,3-1,9 juta ton/ tahun membuat Indonesia menjadi negara ke-Empat penghasil
cabai terbesar di Dunia. Berikut tabel 6 besar negara penghasil cabai terbesar
di Dunia. Untuk peringkat pertama dunia
produksi Cabai negara China dengan jumlah produksi 13.189.303
ton/tahun, ke 2 Mexico dengan jumlah
produksi 2.335.560 ton/tahun, ke 3 Turki dengan jumlah produksi 1.986.700 ton/tahun dan yang ke 4 Indonesia dengan jumlah produksi 1.332.360 ton/tahun. Produksi
cabai Indonesia menempati posisi ke-empat tetap saja tidak dapat memenuhi
kebutuhan cabai nasional karena produksi yang masih tergolong rendah kalah
telak dari China yang mencapat lebih dari 13,18 juta ton/ tahun dan memang
karena jumlah penduduk yang tinggi mengakibatkan permintaan akan cabai juga
sangat besar. Dengan jumah permintaan cabai mencapau 1,12 juta ton/ tahun
membuat Indonesia melakukan impor cabai segar terutama dari Vietnam.
Menurut data Badan
Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,5 persen pada Mei 2015. Cabai
merah menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi terbesar yakni 0,1
persen.Beberapa
langkah yang dilakukan oleh para petani juga pedagang mengatasi rendahnya cabai
merah belum ada solusinya karena cabai merah tidak tahan lama, kurang dari
sepekan kualitas sudah berubah menunggu dua pekan membusuk paling dimanfaatkan
oleh pedagang bumbu sebagai bahan cabai merah kering. Harga cabai
merah sebelumnya sempat dikeluhkan oelh konsumen karena para pedagang menjual
dengan harga sekitar Rp 65 ribu-Rp 70 ribu per kg bahkan sampai Rp. 100 ribu.
Kenaikan harga cabai merah ketika itu disebabkan harga bahan bakar minyak (BBM)
naik. (Sources data media terkait, data diolah F. Hero K. Purba). Sebagai
contoh Cabe bubuk
merupakan olahan lanjut dari cabe merah kering. Pada jenis olahan ini, setelah
kering cabe selanjutnya mengalami proses penggilingan hingga menjadi bubuk
cabe. Bubuk cabe banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industry macaroni, bihun,
industry mie instant dan ikan kaleng, mie, kecap, kerupk, emping, bumbu masak,
pati, dan industry pelumatan buah-buahan serta sayuran. Bubuk cabai merah
dibuat dari cabai merah yang telah dikeringkan.
Pasar-pasar tradisional di Jakarta membutuhkan cabe
merah setiap harinya sebanyak 75 ton, dan di pasar tradisional Bandung
membutuhkan 32 ton per hari, yang semuanya berasal dari Brebes. Dalam usahatani
komoditi cabe merah pada akhirnya untuk memperoleh pendapatan dan tingkat
keuntungan yang layak dari usahataninya. Kegairahan petani untuk meningkatkan
kualitas produksinya akan terjadi selama harga produk berada di atas biaya
produksi. Komoditi cabai merah selain harga juga menjanjikan memiliki nilai
gizi yang cukup tinggi, juga mempunyai nilai ekonomi tinggi. Untuk pemanfaatannya sebagai bumbu masak atau sebagai bahan baku berbagai industri
makanan, minuman dan obat-obatan membuat cabai merah semakin menarik untuk
diusahakan sebagai usaha agribisnis yang memiliki prospek. (sumber: data terkait media, data diolah F. Hero K. Purba)