Daya saing ekspor nenas
segar Indonesia berdasarkan pangsa pasarnya relatif masih kecil dibandingkan
produsen dan eksportir nenas segar lainnya.Komoditi nenas telah lama
dibudidayakan di Indonesia, dan di pasar domestik banyak dijual dan
dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi untuk preferensi konsumen internasional
sendiri adalah nenas olahan. Nenas (Ananas comusus) merupakan salah satu
menjadi komoditas andalan ekspor Indonesia. Walaupun didalam peran
Indonesia sebagai produsen maupun eksportir nenas segar di pasar
internasional masih sangat kecil. Indonesia menempati posisi yang ketiga dari
negara-negara penghasil nenas olahan dan segar setelah negara Thailand dan
Philippines. Produksi nanas di tahun
2016 sebesar 1,39 juta ton naik 22,3 persen tahun 2017 menjadi 1,79 juta ton. ata
BPS, Indonesia ekspor nanas segar 2017 sebesar 9.586 ton, naik 17,5 persen dan
periode Januari-Oktober 2018 ekspor menjadi 11.247 ton. Negara tujuan ekspor ke
Uni Emirat Arab, Jepang, Hongkong, Singapura, Saudi Arabia, Oman, Canada,
Kuwait, Korea. Total ekspor nenas (yang terbagi dalam
nenas segar dan nenas olahan), ekspor terbesar untuk nenas segar ditujukan ke
negara Malaysia dengan share 74 %, sementara ke Jepang 24,54 %. Sementara untuk
nenas olahan share terbesar berturut-turut adalah ke negara Amerika Serikat
(22,62 %), Belanda (15,19 %), Singapura (13,94 %), Jerman (13,86 %), dan
Spanyol (10,58 %). Rata- rata volume ekspor ke Amerika sejak tahun 1999 –
2005 sebesar 52.054 ton dan relatif stabil setiap tahunnya, tetapi ekspor ke
negara Belanda, Singapura dan Jerman serta Spanyol terus menunjukkan trend yang
meningkat. Buah nanas juga memiliki banyak manfaat, seperti vitamin B,
vitamin C, fosfor, magnesium, natrium, dekstrosa, sukrosa, serta enzim
bromelain. Selain itu, beberapa negara mengonsumsi nanas untuk mencegah
serangan jantung, beri-beri, stroke dan masih banyak lagi penyakit
lainnya. Tujuan ekspor adalah Perancis, Jerman, dan Amerika Serikat.
Walaupun daerah penghasil nanas sudah menyebar merata, Indonesia hingga saat ini
hanya mampu mengekspor sebagian kecil saja dari kebutuhan dunia, 5%. Untuk
memenuhi kebutuhan ini diperlukan pasokan nanas yang sangat besar. Tentu saja
hal ini akan menjadi prospek dan peluang pasar yang baik bagi Indonesia.
(Sumber: Media Terkait, data BPS, Litbang, data diolah F. Hero K. Puba)