Target untuk
mensukseskan swasembada pangan, dimana gaung swasembada pangan untuk Padi
Jagung dan Kedelai, salah satu komoditasnya yaitu jagung, realisasi target dan
pencapaian yang perlu dipertimbangkan. Pemenuhan untuk kebutuhan jagung yang mengandalkanimpor akan
berisiko menghambat indutri peternakan dan pakan dalam negeri. Sebab
sebagian besar produksi jagung dikonsumsi oleh negara produsennya. Dalam hal ini produktivitas jagung yang merupakan memang sangat dipengaruhi faktor benih, tanah,
irigasi, pemupukan, pengendalian hama, hingga panen dan pascapanen. Selain itu
faktor alam, kondisi geografis, dan agroklimat juga sangat berpengaruh terhadap
produktivitas. Hal-hal yang bisa dilakukan pemerintah adalah menjalankan
kebijakan untuk menunjang peningkatan produktivitas pangan di Indonesia baik
benih, pupuk, infrastruktur, termasuk irigasi, hingga permodalan dan jaminan
pasar bagi produk pangan. Indonesia harus meningkatkan prioritas
peningkatan produksi jagung. Komoditas jagung yang diperdagangkan di pasar dunia sebagian besar berasal
dari Amerika Serikat, kemudian diikuti China, Fiji, Brazil, Mexico dan
Argentina. Namun tidak semua negara produsen jagung menjadi negara pengekspor.
Pemerintah memutuskan untuk mengimpor jagung sebanyak 2,4 juta ton untuk kebutuhan
pakan ternak pada 2016. Impor itu akan direalisasikan secara bertahap sebanyak
200 ribu ton setiap bulan. Impor tahun depan hanya mencapai 30% dari total
kebutuhan jagung nasional yang mencapai 8,6 juta ton per tahun atau sekitar 665
ribu ton per bulan.Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua
terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia,
jagung menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi. Negara pesaing utama
Indonesia dalam merebut pasar ekspor adalah adalah Amerika Serikat dan
Argentina. Impor jagung bahkan mencapai 182 ribu ton atau US$ 53,7 juta. Selama
Januari-September, total impor tercatat sebesar 2 juta ton atau US$ 578,1
juta.Asal dari jagung impor tersebut berbeda-beda. Brasil merupakan negara
terbesar dalam memasok jagung. Tercatat di bulan September volume impor
mencapai 40.080 ton atau US$ 11,6 juta.Kemudian adalah Argentina dengan 34.039
ton atau US$ 10,7 juta, India 36.470 ton atau US$ 11,2 juta, Thailand 82 ton
atau US$ 171 ribu dan negara lainnya sebesar 229 ton atau US$ 163 ribu.Menurut
data bahwa harga jagung berjangka untuk kontrak pengiriman bulan Juli 2012
tampak mengalami kenaikan sebesar 4 sen dan ditutup pada posisi 5.98 dolar per
bushel. Sedangkan harga jagung berjangka untuk kontrak pengiriman bulan
September tampak mengalami peningkatan 8 sen dan ditutup pada posisi 5.51 dolar
per bushel. Untuk produksi jagung terbesar di Indonesia terjadi di Pulau Jawa
yakni Jawa Timur, Jawa Tengah masing-masing lima juta ton per tahun, setelah
itu menyusul beberapa daerah di Sumatra antara lain Medan dan Lampung, sehingga
produksi jagung Indonesia mencapai 16 juta ton per tahun.Di Indonesia
daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung di Indonesia adalah, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Khususnya di Daerah Jawa Timur dan
Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah
dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya. Di Indonesia pada
tahun 2004 produksinya baru 11,225 juta ton, pada 2005 meningkat menjadi
12,52 juta ton. Prediksi untuk tahun
2006 diperkirakan 12,13 Juta ton. Berbagai studi telah dilakukan oleh para ahli untuk komoditas jagung berdasarkan beberapa permasalahan dengan mengkaji kesesuaian sebaran sentra produksi
jagung, pabrik pakan, dan populasi ternak di Indonesia; menganalisis kebutuhan pakan pabrikan untuk ternak; Menganalisis kebutuhan jagung untuk pakan
pabrikan; serta menyusun alternatif
kebijakan dalam upaya memenuhi kebutuhan jagung untuk pakan. Untuk mewujudkan suatu sistem pertanian yang terpadu,
bahwa perlunya peningkatan produksi jagung untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri dan apabila memungkinkan dengan kapasitas produksi yang besar dapat
membuka jaringan pasar ekspor Internasional. Apabila dilihat dari kondisi
lahan, iklim serta kapasitas produksinya Indonesia cukup mampu didalam
peningkatan agribisnis jagung untuk memenuhi permintaan daripada konsumen
domestik dan Internasional. Dalam hal ini bagaimana sttrategi dan pelaksanaan
pertanian yang digalakkan dengan integritas dan pemanfaatan lahan serta
budidaya dan pertumbuhannya. Menurut survey dan pencatatan USDA,
Departemen Pertanian, USA tahun 2005 stoknya masih 122,6 juta ton. Namun,
sampai Oktober 2006 yang lalu tinggal 88,1 juta ton.
Data analisa
bahwa produksi jagung dalam negeri memang belum mampu mencukupi kebutuhan bahan
baku industri pakan ternak, untuk itulah dengan berbagai upaya dalam memenuhi
permintaan konsumen agribisnis jagung ini, Pemerintah Indonesia telah
mencanangkan swasembada jagung pada 2007, dengan target produksi 15 juta ton
dikarenakan kebutuhan konsumsi dan industri pakan ternak yang melonjak.
Diharapkan dalam pencanangan swasembada agribisnis jagung 2007 dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan mutu bibit tanaman jagung yang berkualitas didalam
pengembangannya. Dimana dengan terbatasnya persediaan jagung dunia untuk ekspor
dan meningkatnya permintaan etanol baik di Amerika, China dan berbagai negara
berpotensi menciptakan ekspektasi kenaikan harga jagung di pasar dunia untuk
beberapa tahun ke depan, Indonesia diharapkan dapat mampu menangkap peluang
pasar ini menjadi salah satu acuan untuk mencari celah pasar kebutuhan konsumen
di pasar dunia. (Berbagai sumber terkait, vizbiz, data diolah
F. Hero K Purba)