Aneka ragam keindahan dan keunikan, flora Indonesia mempunyai peluang untuk dibudidayakan sebagai komoditas
komersial yang penting dan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan
pendapatan petani tanaman hias dan devisa negara. Menurut data BPS, produksi anggrek pada 2018 naik sebanyak
23,3 persen dibanding 2017, dengan nilai
ekspor naik hingga 19 persen. Pada 2017, ekspor anggrek sebesar 43 ribu
kilogram dengan nilai Rp4,4 miliar. Sedangkan 2018, naik sebanyak 19 persen
dengan volume mencapai 51 ribu kilogram dengan nilai hingga Rp4,8 miliar.
Potensi untuk mengembangkan usaha Tanaman Hias sangatlah prospek dalam
peluang pasar Internasional. Nilai ekspor tanaman hias pada 2010 mencapai
USD9,042 juta dengan volume 4.293 ton. Sementara itu untuk tahun
2009 mencapai USD7,717 juta dengan volume 5.111 ton, dan 2008 mencapai USD6,717
juta dengan volume 3.225 ton. Berdasarkan data nilai ekspor tanaman hias
nasional masih sangat kecil dibandingkan nilai perdagangan tanaman hias dunia
yang sudah lebih dari US$ 90 miliar. Indonesia memiliki potensi yang cukup
besar mengingat keanekaragaman yang dimiliki. Dari jenis bunga anggrek saja
sekitar 40% dari 25.000 jenis anggrek di dunia terdapat di Indonesia. Selain
itu ditunjang oleh letak geografis Indonesia yang sangat mendukung pemasaran
tanaman hias ke pasar dunia seperti Singapura, Taiwan, Hongkong, Jepang dan
RRC.
Untuk komoditas tanaman hias harus menguasai
perilaku pasar dan trend terhadap tanaman. Ada beberapa hal yang terkait dalam
masalah ini yaitu:
1) Perilaku pasar sangat dinamis sehingga memaksa
kita untuk tetap
proaktif mengikutinya.
2) Data dan Informasi untuk Tanaman Hias, perlu
sosialisasi antar
sesama pelaku pasar sejenis.
3) Trend masyarakat terhadap tanaman cepat
berubah.
4) Channel Distribution didalam pengembangan
pasar Tanaman Hias.
Perilaku pasar terhadap tanaman hias, terbukti cepat berubah karena hal
ini terkait dengan selera konsumen, informasi tentang manfaatnya dan harga
pasaran. Sebagai contoh periode tahun 2004-2005 trend masyarakat terhadap bunga
adenium. Salah satu contoh pada saat sekarang ini adalah bunga adenium karena
keindahan bunganya yang bermacam-macam warna, dapat menarik perhatian
masyarakat hobis dan bunga ini sangat laku dengan harga yang cukup mahal.
Akibatnya banyak pengusaha tanaman hias yang memanfaatkan untuk membuat bibit
adenium secara besar-besaran dengan mendatangkan jenis-jenis baru dari luar
negeri sebagai pohon induk. Selang beberapa saat banyak bermunculan tanaman
hias yang berdaun indah yaitu aglonema, maka trend masyarakat beralih pada
tanaman ini. Aglaonema dapat menarik perhatian para hobis dan harga tiap
daunnya dapat mencapai ratusan ribu rupiah bahkan jutaan rupiah. Tetapi trend
pasar berubah dan mengakibatkan anjloknya untuk tanaman aglonema tersebut. Dan
kemudian untuk informasi tentang sansiviera atau lidah mertua yang berdasarkan
hasil penelitian dapat menyerap palutan di udara maka tanaman ini banyak
diminati masyarakat untuk dijadikan penghias taman ataupun di dalam rumah
sebagai tanaman indoor. Terkait trend masyarakat yang cepat berubah sehingga
perlunya sosialisasi antar sesama pelaku pasar tanaman hias. Budidaya
tanaman hias, menuntut penanganan yang spesifik dan berbeda-beda. Oleh
karena itu usaha agribisnis tanaman hias ini, akan lebih baik bila dikelola dalam suatu lembaga khusus dan secara berkelompok. Untuk keanekaragaman anggrek Indonesia
yang memiliki berbagai jenis dan ragamnya. Salah satu keunikan adalah Anggrek Hitam atau Black
Orchid, karena pada lidahnya terdapat warna hitam. Coelogyne pandurata Lindley
tersebar di Kalimantan, Irian Jaya, Sumatra, Malaysia, dan di Philipina di
Mindanao, Luzondan pulau Samar. Pada umumnya tumbuh pada pohon tua, didekat pantai atau di daerah rawa dataran rendah yang
cukup panas. Prioritas bagi komoditas tanaman hias yang dikembangkan
adalah, tanaman hias unggulan yang dinilai mempunyai prospek pasar dan nilai
ekonomi yang tinggi. (Berbagai sumber terkait, Ditjen Hortukultura,
Kementan, ASBINDO, data diolah oleh: F. Hero K. Purba)