Pengembangan untuk model bioindustri akan turut
berperan dalam meningkatkan kemandirian ekonomi petani. Pada prinsipnya sistem
pertanian bioindustri, tidak ada yang terbuang karena output satu sub sistem
menjadi input bagi sub sistem lain, limbah pun dapat diminimalisi. Pemanfatan produk pertanian untuk
konsumsi baik pangan, pakan, bahan baku industri dan energi secara berkelanjutan
hanya dapat terwujud jika pemanfatan tersebut tidak mengabaikan kesehatan lahan
di mana tanaman tersebut berasal. Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memungkinkan keseluruhan komponen biomassa dengan cermat dapat dimanfatakan
untuk konsumsi sementara mineral dan bahan-bahan organik yang esensial bagi
tanaman dapat didaur-ulang merupakan keharusan untuk menjaga pertanian
berkelanjutan. Untuk menjadi suatu bahan evaluasi bahwa pembangunan ekonomi di sektor
industri-industri besar belum cukup kuat sebagai penyangga ketahanan ekonomi
Indonesia. Ketergantungan produk impor dan perlambatan ekspor sebagai penyebab
defisit neraca perdagangan Indonesia dari tahun ke tahun.
Sistem pertanian yang pada
prinsipnya mengelola dan/atau memanfaatan secara optimal seluruh sumberdaya
hayati termasuk biomasa dan/atau limbah pertanian, bagi
kesejahteraan masyarakat dalam suatu ekosistem secara harmonis (Prastowo, 2013).
Relevansinya
bahwa model Bio Industri merupakan pemanfaatan sumberdaya pertanian yang
berbasis teknologi dan dirangakai dengan
Model bio-ekonomi dapat diandalkan karena, pertama model bioekonomi adalah alat
analisis yang mengintegrasikan biologi dan ekonomi secara proporsional dalam
kerangka ilmiah yang lebih utuh, sehingga cukup powerful untuk menangkap
situasi riil karena dapat mengakomodasi dinamika sumber daya ikan dan faktor
manusia (ekonomi), dan dengan pisau ekonomi kita bisa menentukan tingkat
eksploitasi yang paling efisien dan menguntungkan ( Fauzi 2010). Kedua model
bio-ekonomi mempunyai variasi yang cukup kaya sehingga mampu merepresentasikan
kompleksitas sumber daya perikanan dari yang relatif sederhana sampai ke yang
paling kompleks. Ke tiga, dalam model bio-ekonomi, baik aspek-aspek ekonomi
penting seperti maksimisasi profit, dinamika populasi, maupun non-ekonomi
seperti multiple-fleets, multi-species, dan pertumbuhan dengan interaksi
variabel sudah secara eksplisit dipertimbangkan. Ke empat, model bio-ekonomi
dapat mengakomodasi dinamika sumber daya dan sosial ekonomi secara dinamik. Ke
lima, informasi yang diberikan dari hasil analisis dengan pemodelan bio ekonomi
sangat rasional untuk perikanan yang efisien dan optimal, diantaranya dalam
penentuan input dan output yang optimal (yang berguna dalam perencanaan
investasi).
Pertanian
berbasis Bioindustri dan Bioekonomi cenderung berbasis ilmu pengetahuan maju
dan padat modal sehingga tidak mudah diakses oleh usaha pertanian rakyat dan
usaha pertanian skala kecil yang hingga kini masih, bahkan, mendominasi sektor
pertanian dan agribisnis di Indonesia. Bioekonomi mengacu pada aktivitas ekonomi yang melibatkan
penggunaan bioteknologi dalam
produksi barang, jasa, atau energi (berbasis bio) dari bahan biologis (atau biomassa ) sebagai
basis sumber daya utama. Pembangunan berbasis pertanian (agricultural
led Development)
baik Bioindustri dan Bioekonomi perlu dirubah menjadi berorientasi pada dua paradigma baru
yaitu paradigma pertanian untuk pembangunan (agriculture
for development) dan paradigma pertanian bio-industri berkelanjutan. Pembangunan konsep
Bioindustri dan Bioekonomi merupakan strategi konsep yang perlu diterapkan
untuk pembanguan pertanian bagi masyarakat petani yang mandiri dan
berkelanjutan. (Sources data: United Nations. 2012. From Transition to
Transformation: Sustainable and Inclusive Development in Europe and Central
Asia, United Nations Conference on Sustainable Development, Rio +20, New York
and Geneva 2012, data diolah FHKPurba)