Tumbuhan umbi khas tropis yang dulu
dianggap sebagai hama, kini menjadi incaran para pengusaha di sektor pertanian. Tumbuhan ini enjanjikan untung hingga ratusan
juta bahkan milyaran rupiah. Pasar ekspor, porang banyak dicari sebagai bahan
makanan dan industri obat juga kecantikan. Porang,
tumbuhan yang dulu tidak pernah dianggap ini memiliki nilai jual yang cukup
tinggi di pasar ekspor seperti Jepang, China, Taiwan, dan Korea. Sejak masa
pandemi, bisnis dan budidaya
porang mulai banyak digeluti oleh sebagian petani di pulau Jawa
hingga Sumatra. Mendapatkan hasil pertumbuhan dan produksi yang maksimal, harus
ada perawatan yang intensif. Dilansir dari berbagai sumber, berikut tahapan
perawatannya. keunggulan porang
yakni bisa beradaptasi pada berbagai semua jenis tanah dan ketinggian antara 0
sampai 700 mdpl. Tanaman ini juga relatif bisa bertahan di tanah kering.
Umbinya juga bisa didapatkan dengan mudah, sementara tanamanya hanya
memperlukan perawatan yang minim. Kelebihan lainnya dari tanaman porang bisa
ditanam dengan tumpang sari karena bisa toleran dengan dengan naungan hingga 60
persen. (Data diolah F. Hero K. Purba, data sumber media terkait)
Dear All, Welcome to My Blogger, I hope you can enjoy sharing your experiences in you Business, Politic, Daily life and everything valuable for everybody around the world. God Bless You. Do You need Expert Consultant on Strategic Marketing, Entrepreneurship, Agribusiness, International Trade, Finance
Monday, November 2, 2020
Potensi Ekspor Tanaman Porang dan Olahannya
Porang atau dikenal juga dengan nama iles-iles
adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus muelleri. Manfaat porang
ini banyak digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, selain
juga untuk pembuatan lem dan "jelly" yang beberapa tahun terakhir
kerap diekspor ke negeri Jepang. Tanaman
porang (Amorphophallus Oncophyllus) merupakan tanaman anggota family Aracacea
yang secara umum dikenal dengan nama bunga bangkai karena baunya yang tidak
sedap. Porang sudah dikenal sejak lama. Pada masa penjajahan Jepang, masyarakat
di sekitar hutan dipaksa untuk mendapatkan porang sebagai bahan pangan dan
industri mereka. Di beberapa daerah, porang dikenal dengan nama
iles-iles, iles kuning acung atau acoan. Sekilas, tanaman porang mirip dengan
suweg (Amorphophallus Campanulatus), iles-iles putih (Amorphophallus Spp), dan
walur (Amorphophallus variabilis).
Umbi porang banyak mengandung glucomannan berbentuk tepung.
Glucomannan merupakan serat alami yang larut dalam air biasa digunakan sebagai
aditif makanan sebagai emulsifier dan pengental, bahkan dapat digunakan sebagai
bahan pembuatan lem ramah lingkungan. Berdasarkan data ekspor porang pada tahun 2018 tercatat
sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor yang mencapai Rp 11,31 miliar ke negara
Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain sebagainya. Umbi porang saat ini
masih banyak yang berasal dari hutan dan belum banyak dibudidayakan. Ada
beberapa sentra pengolahan tepung porang saat ini, seperti di daerah Pasuruan,
Madiun, Wonogiri, Bandung serta Maros.
Subscribe to:
Posts (Atom)