Harga kedelai di pasar global tembus
US$15,77 per bushels atau Rp220.780 per bushels pada pekan kedua Februari 2022.
Angka itu melonjak 18,9 persen dibandingkan dengan pekan pertama Januari 2022.
Produksi kedelai petani kita
rata-rata 1,3 ton per hektare lahan, atau relatif lebih rendah dibandingkan
Amerika Serikat yang produktivitasnya 2,7 ton per hektare. Untuk harga kedelai
di tingkat importir saat ini mencapai Rp 7.300-Rp 7.600 per kilogram (kg) yang
kemudian dijual oleh para distributor seharga Rp 7.800 per kg kepada
industri-industri pengrajin tahu tempe yang mengkonsumsi sekitar 84 persen dari
kebutuhan kedelai nasional.Kenaikan harga kacang kedelai yang sudah satu bulan
lebih itu bermula dari tingginya jumlah permintaan pasar dibanding pasokan dari
petaninya sendiri.Sejak perkembangan nilai tukar rupiah melemah, dimana harga
kacang kedelai impor naik cukup tinggi. Produksi kedelai di Indonesia
pernah mencapai puncaknya pada tahun 1992 (1,87juta ton). Namun
setelah itu, produksi terus mengalami penurunan hingga hanya 0,672
juta ton pada tahun 2003. Artinya, dalam 11 tahun produksi kedelai
merosot mencapai 64 persen. Sebaliknya, konsumsi kedelai
cenderung meningkat sehingga impor kedelai juga mengalami peningkatan
mencapai 1,307 juta ton pada tahun 2004.Sekarang,
harga kacang kedelai per kilogram mencapai Rp. 9.000. Untuk memenuhi kebutuhan
impor kedelai sampai akhir tahun diperkirakan 400.000-500.000 ton. Setiap tahun
kebutuhan kedelai nasional 2,5 juta-2,7 juta ton, sedangkan produksi dalam
negeri 700.000 - 800.000 ton.Berdasarkan data kebutuhan kedelai Indonesia
mencapai 2,4-2,6 juta ton sementara produksi lokal hanya mencapai 700-800 ribu
ton. Impor yang dibutuhkan sekitar 1,8 juta ton. Perkembangan harga kedele tahun 2012
yakni Rp 6.700 per kilogram, sementara di tingkat konsumen Rp
7.000-Rp 7.050 per kilogram. Sementara sebelumnya, harga kedelai sempat
menyentuh level Rp 8.300 per kilogram pada Juni-September 2012. Harga kedelai terendah
di dalam negeri sempat terjadi 5 bulan lalu, di harga Rp 5.600 per kg. Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Menurut data dari TradeMap
(2012), impor kedelai telah meningkat secara akselerasi sebesar 85% selama 10
tahun terakhir. Misalnya, pada 2001, impor biji kedelai tercatat 1,14 juta ton,
tetapi pada tahun 2011, impor biji kedelai bisa tembus menjadi 2,09 juta
ton. Sejak tahun 2000, kondisi tersebut
semakin parah, dimana impor kedelai semakin besar. Kenyataannya kita tidak
merasa percaya sebagai negara agraris yang mengandalkan pertanian sebagai
tumpuan kehidupan bagi sebagian besar penduduknya tetapi pengimpor pangan yang
cukup besar.
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2011, produksi
kedelai lokal hanya 851.286 ton atau 29 persen dari total kebutuhan. Karena
itu, Indonesia harus mengimpor kedelai 2.087.986 ton untuk memenuhi 71 persen
kebutuhan kedelai dalam negeri. Pada tahun 2012, total kebutuhan kedelai
nasional 2,2 juta ton. Jumlah tersebut akan diserap untuk pangan atau perajin
83,7 persen, industri kecap, tauco, dan lainnya 14,7 persen, benih 1,2 persen,
dan untuk pakan 0,4 persen. Anomali cuaca yang melanda Amerika Serikat dan
Amerika Selatan, pasokan kedelai pun turun dan harganya melonjak. Harga kedelai
internasional pada minggu ke-3 Juli 2012 mencapai 622 dollar AS per ton atau Rp
8.345 per kilogram untuk harga paritas impornya di dalam negeri. Untuk impor
kedelai terbesar Indonesia berasal dari Amerika Serikat dengan jumlah 1.847.900
ton pada tahun 2011. Menyusul impor dari Malaysia 120.074 ton, Argentina 73.037
ton, Uruguay 16.825 ton, dan Brasil 13.550 ton.Tempe yang merupakan makanan
khas tradisional Indonesia bisa dikelompokkan dalam kategori pangan fungsional
yang mempunyai manfaat kesehatan di luar kandungan gizinya. Selain
lecithin yang merupakan unsur gizi, kedelai juga mengandung genistein (senyawa
nongizi) yang bersifat antikanker. Untuk itu perlu pengembangan kedelai untuk
produksi nasional, konsumsi kedelai penduduk Indonesia seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk serta berkembangnya industri pangan olahan yang
berbahan baku kedelai tidak diimbangi dengan produksi dalam negeri
yang mencukupi sehingga impor kedelai terus dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri. (Sumber: data media terkait,
BPS, data diolah F. Hero K. P).