Peningkatan produksi pangan dalam permasalahannya di dalam negeri ini
sudah sering diserukan banyak pihak sejak beberapa tahun ini. Faktanya, hingga saat ini pemerintah selalu mengambil jalan pintas
membuka keran impor untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. Jika kita sadari
awal pemerintah serius membenahi sektor produksi pertanian, Indonesia tak perlu
terlalu tergantung pada impor pangan seperti sekarang ini. Di sisi lain,
ancaman krisis pangan di Indonesia makin terlihat nyata seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan tidak adanya kebijakan pangan yang kuat.
Selain itu, maraknya alih fungsi lahan-lahan pertanian menjadi peruntukan
selain pertanian, juga menambah semrawutnya masalah. Klaim pemerintah untuk
menjaga tanah pertanian yang subur hanya untuk pangan dan dijamin tidak ada
konversi ke penggunaan lainnya hingga kini realisasinya masih dipertanyakan
publik. Kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia pada 2011 untuk
padi-padian masih 316 gram, padahal idealnya 275 gram. Untuk Kebijakan
diversifikasi pangan menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan serapan produk
dalam negeri oleh masyarakat. Selain itu, kegiatan riil berupa pameran juga
bisa membuka cakrawala pengetahuan terhadap produk dalam negeri. Jika kita
analisa bahwa Diversifikasi pangan dari aspek konsumsi mencakup perilaku
yang didasari pertimbangan ekonomis / pendapatan dan harga komoditas dan
nonekonomis (selera, kebiasaan dan pengetahuan). Produk agribisnis lokal setiap
wilayah perlu dikembangkan dengan potensi setiap daerah baikm Kabupaten/ kota
dalam pengembangan pangan. Diversifikasi pangan dan pola konsumsi ini secara dinamis mengalami
perubahan. Jadi, diversifikasi pangan selain merupakan upaya mengurangi
ketergantungan pada beras, juga penganekaragaman dari beras ke sumber kalori
dan protein lainnya yang lebih berkualitas. (Berbagai sumber media terkait,
artikel pangan, data diolah F. Hero K. Purba)
Dear All, Welcome to My Blogger, I hope you can enjoy sharing your experiences in you Business, Politic, Daily life and everything valuable for everybody around the world. God Bless You. Do You need Expert Consultant on Strategic Marketing, Entrepreneurship, Agribusiness, International Trade, Finance
Tuesday, January 3, 2023
Pengembangan Agribisnis Olahan Lokal dan Diversifikasi Pangan Usaha Hasil Pertanian
Tantangan
dalam Era globalisasi saat ini, permintaan konsumen akan produk pangan terus
berkembang.Dengan
jumlah penduduk pada tahun 2022 sekitar 275 Juta Jiwa, serta permasalahan lain
seperti kapasitas produksi panan Nasional yang semakin terbatas karena
aktivitas ekonomi dan penciutan lahan karena alih fungsi. Diversifikasi pangan untuk aneka olahan dari
Produk pertanian akan berjalan efektif apabila industri makanan dan minuman
Indonesia telah mapan untuk mengolah ratusan jenis pangan bermutu tinggi yang
dapat di produksi negeri ini. Terwujudnya
kemandirian pangan suatu daerah atau negara, dengan sendirinya akan mempercepat
tercapainya ketahanan pangan nasional. Keanekaragaman hayati Indonesia memiliki banyak
varian konsumsi pokok seperti singkong, talas, jagung, sagu dan lain
sebagainya. Diversifikasi pangan memang merupakan salah satu prasyaratan pokok
dalam konsumsi pangan yang cukup mutu dan gizinya. Kualitas konsumsi pangan
masyarakat dinilai masih rendah karena konsumsi karbohidrat masih tinggi,
sedangkan konsumsi protein, kacang-kacangan, dan umbi-umbian
rendah. Indonesia tidak sepenuhnya swasembada pangan, dalam artian tidak
seluruh wilayah dapat memenuhi sendiri kebutuhan pangannya yang beraneka ragam,
sehingga pada saat tertentu memerlukan impor. Upaya diversifikasi pangan
sebagai salah satu solusi mencukupi kebutuhan pangan pun terus dilakukan oleh
pemerintah dengan program pengembangan diversfikasi olahan produk seperti
pengembangan produk umbi-umbian sebagai pengganti beras sebagai makanan pokok,
pengembangan produk olahan. Menurut UU No.7 tahun 1996, Ketahanan pangan adalah
kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan
terjangkau. Program untuk diversifikasi konsumsi pangan telah ada sejak dahulu,
namun dalam perjalanannya menghadapi berbagai kendala baik dalam konsep maupun
pelaksanaannya. Beberapa kelemahan diversifikasi konsumsi pangan masa lalu
adalah (1) Distorsi konsep ke aplikasi, diversifikasi konsumsi pangan bias pada
aspek produksi penyediaan; (2) Penyempitan arti, diversifikasi konsumsi pangan
bias pada pangan pokok dan energi politik untuk komoditas beras sangat dominan;
(3) Koordinasi kurang optimum, tidak ada lembaga yang menangani secara khusus
dan berkelanjutan; (4) Kebijakan antara satu departemen dengan departemen
lainnya kontra produktif terhadap perwujudan diversifikasi konsumsi pangan; (5)
Kebijakan yang sentralistik dan penyeragaman, mengabaikan aspek budaya dan
potensi pangan lokal; (6) Riset diversifikasi konsumsi pangan masih lemah, bias
pada beras, terpusat di Jawa-Bali, pada on-farm, dana hanya dari pemerintah
pusat (7) Ketiadaan alat ukur keberhasilan program, program bersifat partial
tidak berkelanjutan dan tidak memiliki target kuantitatif yang disepakati bersama;
(8) Kurangnya kemitraan dengan swasta/industri dan LSM; (9) Ketidakseimbangan
perbandingan antara biaya pengembangan dan harga produk altematif dengan beras,
(Ariani dan Ashari, 2003; Martianto, 2005, data 2022).
Subscribe to:
Posts (Atom)