Kunyit Indonesia menjadi pilihan yang menarik bagi Amerika Serikat, berdasarkan data Export Potential Map, potensi ekspor kunyit ke Amerika Serikat mencapai $3,4 juta atau sekitar 51 miliar rupiah.Peluang potensi ekspor kunyit ke India mencapai $7,5 juta atau sekitar 113 miliar rupiah. Namun, ekspor aktual yang terjadi saat ini sebesar $7,2 juta atau sekitar 109 miliar rupiah, sehingga terdapat potensi yang belum terealisasi sebesar $307 ribu atau sekitar 4,6 miliar rupiah. Selain itu, India mengimpor kunyit (curcuma) sebesar $33 juta atau sekitar 498 miliar rupiah. Total perdagangan barang antara Indonesia dan India mencapai $14 miliar atau sekitar 211 triliun rupiah. Penggunaan pemakaian kunyit dari cenderung meningkat baik di dalam negeri maupun di berbagai negara di dunia.Kebutuhan kunyit untuk seluruh dunia diperkirakan sekitar 12.000 ton per tahun, namun baru dipenuhi oleh India 1.260 ton dan sebagian kecil dari dari China. Negara pengimpor kunyit antara lain adalah Jepang, Hongkong, negara-negara kawasan Eropa dan Amerika. Kunyit (curcuma domestica) yang digunakan sebagai bahan baku farmasi, produk kunyit mampu bersaing dengan bahan-bahan lain, terutama yang sudah dipatenkan. Misalnya saja produk untuk bahan obat radang sendi (arthiris-rheumatoid), dan osteo-arthritis. Sementara itu, rata - rata kebutuhan bahan baku kunyit untuk industri kosmetik atau jamu tradisional yang ada di Indonesia antara 1,5 - 6 ton per bulan. Untuk tingkat kebutuhan pasar dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan persentase peningkatan 10-25% per tahunnya.Obat penyakit tersebut antara lain berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil butason, yang bisa diganti dengan bahan alternatif dari kunyit. Secara tradisional, kunyit digunakan untuk menghilangkan bau badan, menghilangkan gangguan lambung dan usus, dengan cara meminum secara teratur sari rimpangnya (filtratnya). Di pasar swalayan, sekarang ini sudah banyak beredar ekstrak atau filtrat minuman sari kunyit, serta kunyit asam. Untuk kunyit segar yang ada di pasaran, merupakan rimpang yang setelah dipanen, langsung dijual, tanpa proses pencucian. Sebab panen rimpang selalu terjadi pada musim kemarau, dan ketika itu tanah cukup kering, hingga kondisi rimpang relatif bersih. Namun untuk diolah menjadi irisan rimpang kering, dan filtrat, kunyit perlu dicuci bersih dan dikering anginkan. Setelah itu, satu per satu rimpang kunyit diiris dengan alat perajang manual. Irisan kunyit selanjutrnya dijemur sampai kering, dengan kadar air 15 sd. 11%. Irisan rimpang kering ini disebut sebagai simplisia, dan dikemas dalam karung plastik atau wadah lain untuk dipasarkan ke pelaku industri jamu dan farmasi. (Sources: berbagai sumber media terkait, data BPS, data diolah F. Hero K. Purba)
Berdasarkan data BPS menunjukkan produksi kunyit Indonesia tahun 2020
sebanyak 193.582 ton. Produksi tahun 2019 sebanyak 190.909 ton. Data sementara
menunjukkan produksi nasional hingga September 2021 sebanyak 112.222 ton. Dari
data tersebut, kita tahu bahwa neraca kunyit pada 2020 masih surplus 47.484 ton.
Nilai perdagangan luar negeri dari kunyit selama tahun 2011 adalah sebesar
4,5 juta US$ dengan volume seberat 2.672 ton. Sementara volume
importasinya hanya sebesar 269 ton dengan nilai 332 ribu US$. Sehingga surplus
perdagangan yang diperoleh sebesar 2.402 ton dengan nilai 4,1 juta US$. Negara
tujuan ekspor kunyit Indonesia adalah Asia (Malaysia, Singapura, Hongkong,
Taiwan, dan Jepang), Amerika, dan Eropa (Jerman Barat dan Belanda). Produksi
kunyit tersebar hampir di seluruh provinsi, produksi tertinggi berada di
provinsi Jawa Timur 25.043 ton dengan luas panen 1,215 hektar disusul kemudian
urutan kedua adalah provinsi Jawa Tengah sebesar 18.928 ton dengan luas panen
1.023 hektar. Ekspor Indonesia tahun 2010 sebesar 6,1 ribu ton tersebut
mengalami kenaikan 129,6 % dibanding tahun 2009 sebesar 2,7 ribu
ton. Kenaikan nilai
mencapai 180,2 % dari 2,7 juta pada tahun 2009 menjadi 7,5 juta pada tahun
2010. Volume maupun nilai ekspor Indonesia tahun 2010 merupakan rekor
tertinggi. Bagi India, Indonesia juga merupakan pemasok utama, 54,3 % dari
total impor India berasal dari Indonesia. Pemasok lainnya adalah Myanmar,
Vietnam, China, Nigeria masing-masing dibawah 17 %. Uni Emirat Arab (UEA)
merupakan negara tujuan utama baik bagi India, Indonesia dan Malaysia. India
sebagai salah satu eksportir terbesar berhasil merebut pasar UEA hampir 16 ribu
ton, sedangkan Indonesia hanya bisa merebut 593,7 ton. India juga dapat merebut
pasar Malaysia sebesar 9,4 ribu ton, sedangkan Indonesia hanya bisa memasok ke
Malaysia sebesar 211 ton. India juga dapat merebut pasar AS sebesar 5,8 ribu
ton sedangkan Indonesia hanya merebut 239 ton. Indonesia sebenarnya sudah mulai
mengekspor kunyit. Negara yang dituju antara lain Asia
(Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Jepang), Amerika, dan Eropa (Jerman
Barat dan Belanda).
Kunyit yang sangat bermanfaat dimana
kandungan aktif kunyit mengarah kepada penemuan curcumin. Secara eksperimental
curcumin efektif mencegah dan memperbaiki luka lambung yang diinduksi oleh
phenylbutazone dan aspirin. Curcumin meningkatkan mukus lambung sehingga
aktivitas nyeri lambung dapat dijelaskan melalui stimulasi produksi mukus.
Percobaan klinis efek kunyit pada penderita dilakukan terhadap 10 pasien.
Diharapkan pengembangan budidaya kunyit dalam negeri dapat lebih baik lagi
untuk diolah sebagai bahan baku herbal maupun bahan lainnya untuk kedepannya
dapat juga memenuhi permintaan pasar ekspor.