Potensi Indonesia kaya akan
keanekaragaman komoditas rempah-rempah, beberapa komoditas rempah-rempah yang
diperdagangkan di pasar internasional adalah lada, pala, vanila, kayu manis,
cengkeh, kapulaga, cabe dan jahe. Dari sekian banyak komoditas rempah-rempah,
lada dan pala merupakan komoditas utama dalam perdagangan rempah-rempah dunia,
sekaligus merupakan produk ekspor unggulan Indonesia dibandingkan dengan
komoditas rempah-rempah lainnya. Bahkan pala dijuluki sebagai “King of
Spices“, oleh karena merupakan produk rempah-rempah tertua dan terpenting
dalam perdagangan internasional. Di dunia terdapat
dua tipe minyak pala, yaitu minyak pala Indian Timur (East Indian) dan
minyak pala Indian Barat (West Indian). Minyak pala Indonesia termasuk
minyak pala Indian Timur. Minyak pala Indian Timur memiliki berat jenis 0,885–
0,915 g/ml dan larut dalam alkohol 90% (v/ v) dengan perbandingan 1 bagian
minyak dan 3 bagian alkohol. Produk dari pala (biji, fuli dan minyak
pala) telah diekspor lebih ke 30 negara. Kabupaten Kepulauan Sitaro (Siau
Tagulandang Biaro) rata-rata setahun sebesar 3.485,80 ton, sedangkan Fuli
sebesar 348,58 ton. Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai
penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan,
minuman dan kosmetik. Potensi Pala Lahan terbesar ada di Kecamatan Siau Timur
seluas 692,34 hektare, baik yang sudah menghasilkan seluas 566,54 hektare,
maupun sisanya 124,81 hektare yang belum menghasilkan. Luas penanaman pala
dalam 1 ha dapat meliputi sebanyak 156 pohon. Tanaman pala ini, sudah mulai
berbuah pada usia 7 tahun. Apabila sudah produktif, tanaman pala dapat
menghasilkan sebesar 8 kg / pohon / tahun. (sumber data BPS, media, data diolah
Hero13).
Upaya
memberikan nilai tambah/ added value kepada petani serta berdasarkan berbagai
pertimbangan lain seperti tingginya permintaan pasar dunia, harga yang
menjanjikan, dan peran Indonesia sebagai pemasok utama kebutuhan minyak pala
dunia, sudah sepatutnya minyak pala lebih diutamakan sebagai produk ekspor Sulawesi
Utara. Kualitas
dari pala Sitaro yang terkenal dengan nama Internasional siau nutmeg,
sangat disukai dan merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Menurut data tahun
2011 lalu, volume ekspor biji pala Sulawesi Utara mencapai 1.907 ton dengan
nilai produksi 21,526 juta dolar AS, sedangkan untuk fuli volumenya 238 ton
dengan nilai produksi 2,145 juta dolar AS. Sementara untuk tahun 2010 volume
ekspor biji pala hanya 657 ton dengan nilai produksi 7 juta dolar AS, sedangkan
fuli sekira 238 ton dengan nilai produksi 2,14 juta dolar AS. Kabupaten Kepulauan Sitaro merupakan
salah satu sentra produksi pala di Indonesia. Produksi dan mutu pala Sitaro
tidak kalah saing dengan pala Maluku Utara dan Banda. Kontribusi pala terhadap
pendapatan dari sektor perkebunan Kabupaten Kepulauan Sitaro cukup besar. Diharapkan
prospek masa yang akan datang pala dari Kabupaten Kepulauan Sitaro dapat berkembang
dengan baik melihat potensi dan prospek dari produk olahan pala.
1 comment:
jika kekurangan stock pala buat eksport, kami siap bantu supplai pala dari lampung,bengkulu n aceh..
Post a Comment