Untuk harga
perdagangan internasional komoditi Jagung pipilan kering untuk kontrak
pengiriman bulan Desember 2014 telah ditutup di bulan Oktober 2014 pada level
harga US $3.545 per bushel di pasar Chicago Board Of Trade dan menjadi US
$3.5475 di pasar Singapura. Peningkatan
permintaan komoditas Jagung tidak
terlepas dari semakin meningkatnya permintaan untuk kebutuhan bahan pangan,
sebagai bahan baku industri maupun pakan ternak. Jagung
yang diperdagangkan di pasar dunia sebagian besar berasal dari Amerika Serikat,
kemudian diikuti China, Fiji, Brazil, Mexico dan Argentina. Namun tidak semua
negara produsen jagung menjadi negara pengekspor. Pada bursa CBOT harga
jagung berjangka terpantau mengalami penurunan dimana harga jagung
berjangka untuk pengiriman bulan Juli 2014 turun 0,45% ke tingkat harga 497,4
USD per bushel. Sehingga pergerakan harga untuk perdagangan hari ini akan terus
melemah dalam kisaran 498,2 – 496,5 USD per bushel.Di Indonesia, jagung
merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan
urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke 3 setelah
gandum dan padi. Negara pesaing utama
Indonesia dalam merebut pasar ekspor adalah adalah Amerika Serikat dan
Argentina. Impor jagung bahkan mencapai 182 ribu ton atau US$ 53,7 juta.
Selama Januari-September, total impor tercatat sebesar 2 juta ton atau US$
578,1 juta.Asal dari jagung impor tersebut berbeda-beda. Brasil merupakan
negara terbesar dalam memasok jagung. Tercatat di bulan September volume impor
mencapai 40.080 ton atau US$ 11,6 juta.Kemudian adalah Argentina dengan 34.039
ton atau US$ 10,7 juta, India 36.470 ton atau US$ 11,2 juta, Thailand 82 ton
atau US$ 171 ribu dan negara lainnya sebesar 229 ton atau US$ 163 ribu.Menurut data bahwa harga jagung berjangka
untuk kontrak pengiriman bulan Juli 2012 tampak mengalami kenaikan sebesar 4
sen dan ditutup pada posisi 5.98 dolar per bushel. Sedangkan harga jagung
berjangka untuk kontrak pengiriman bulan September tampak mengalami peningkatan
8 sen dan ditutup pada posisi 5.51 dolar per bushel. Untuk produksi jagung
terbesar di Indonesia terjadi di Pulau Jawa yakni Jawa Timur, Jawa Tengah
masing-masing lima juta ton per tahun, setelah itu menyusul beberapa daerah di
Sumatra antara lain Medan dan Lampung, sehingga produksi jagung Indonesia
mencapai 16 juta ton per tahun.Di Indonesia daerah-daerah penghasil utama
tanaman jagung di Indonesia adalah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Madura, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur
dan Maluku. Khususnya di Daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung
dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung
untuk pertumbuhannya. Di Indonesia pada tahun 2004
produksinya baru 11,225 juta ton, pada 2005 meningkat menjadi 12,52 juta ton.
Dan prediksi untuk tahun 2006 diperkirakan 12,13 Juta ton.
Untuk mewujudkan
suatu sistem pertanian yang terpadu, bahwa perlunya peningkatan produksi
agribinis jagung untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan apabila memungkinkan
dengan kapasitas produksi yang besar dapat membuka jaringan pasar ekspor
Internasional. Apabila dilihat dari kondisi lahan, iklim serta kapasitas
produksinya Indonesia cukup mampu didalam peningkatan agribisnis jagung untuk
memenuhi permintaan daripada konsumen domestik dan Internasional. Dalam hal ini
bagaimana sttrategi dan pelaksanaan pertanian yang digalakkan dengan integritas
dan pemanfaatan lahan serta budidaya dan pertumbuhannya. Menurut survey dan pencatatan USDA,
Departemen Pertanian, USA tahun 2005 stoknya masih 122,6 juta ton. Namun,
sampai Oktober 2006 yang lalu tinggal 88,1 juta ton.
Perkembangan
produksi yang mengakibatkan pergerakannya lambat ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya : (1) kurangnya sarana penunjang berupa modal bagi petani
(2) Belum merata dan meluasnya penggunaan benih jagung unggul /bermutu di
kalangan petani, (3) Masih rendahnya pengetahuan di tingkat petani baik berupa
aspek budidaya maupun pascapanennya, dan terakhir (4) Belum adanya pabrik pakan
ternak standar. Berdasarkan
analisa bahwa produksi jagung dalam negeri memang belum mampu mencukupi
kebutuhan bahan baku industri pakan ternak, untuk itulah dengan berbagai upaya
dalam memenuhi permintaan konsumen agribisnis jagung ini, Pemerintah Indonesia
telah mencanangkan swasembada jagung pada 2007, dengan target produksi 15 juta
ton dikarenakan kebutuhan konsumsi dan industri pakan ternak yang melonjak.
Diharapkan dalam pencanangan swasembada agribisnis jagung 2007 dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan mutu bibit tanaman jagung yang berkualitas didalam
pengembangannya. Dimana dengan terbatasnya persediaan jagung dunia untuk ekspor
dan meningkatnya permintaan etanol baik di Amerika, China dan berbagai negara
berpotensi menciptakan ekspektasi kenaikan harga jagung di pasar dunia untuk
beberapa tahun ke depan, Indonesia diharapkan dapat mampu menangkap peluang
pasar ini menjadi salah satu acuan untuk mencari celah pasar kebutuhan konsumen
di pasar dunia. (Berbagai sumber terkait, vizbiz, data usda, etc, data diolah
F. Hero K Purba)