Indonesia
harus meningkatkan prioritas peningkatan
produksi jagung. Pemenuhan untuk kebutuhan jagung yang mengandalkan impor akan berisiko menghambat indutri
peternakan dan
pakan dalam negeri. Sebab sebagian besar produksi
jagung dikonsumsi oleh negara produsennya.Komoditas jagung yang diperdagangkan di pasar dunia sebagian besar berasal
dari Amerika Serikat, kemudian diikuti China, Fiji, Brazil, Mexico dan
Argentina. Namun tidak semua negara produsen jagung menjadi negara pengekspor. Pemerintah memutuskan untuk mengimpor jagung
sebanyak 2,4 juta ton untuk kebutuhan pakan ternak pada 2016. Impor itu akan
direalisasikan secara bertahap sebanyak 200 ribu ton setiap bulan. Impor tahun
depan hanya mencapai 30% dari total kebutuhan jagung nasional yang mencapai 8,6
juta ton per tahun atau sekitar 665 ribu ton per bulan.Di Indonesia, jagung
merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan
urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke 3 setelah
gandum dan padi. Negara pesaing utama
Indonesia dalam merebut pasar ekspor adalah adalah Amerika Serikat dan
Argentina. Impor jagung bahkan mencapai 182 ribu ton atau US$ 53,7 juta.
Selama Januari-September, total impor tercatat sebesar 2 juta ton atau US$
578,1 juta.Asal dari jagung impor tersebut berbeda-beda. Brasil merupakan
negara terbesar dalam memasok jagung. Tercatat di bulan September volume impor
mencapai 40.080 ton atau US$ 11,6 juta.Kemudian adalah Argentina dengan 34.039
ton atau US$ 10,7 juta, India 36.470 ton atau US$ 11,2 juta, Thailand 82 ton
atau US$ 171 ribu dan negara lainnya sebesar 229 ton atau US$ 163 ribu.Menurut data bahwa harga jagung berjangka
untuk kontrak pengiriman bulan Juli 2012 tampak mengalami kenaikan sebesar 4
sen dan ditutup pada posisi 5.98 dolar per bushel. Sedangkan harga jagung
berjangka untuk kontrak pengiriman bulan September tampak mengalami peningkatan
8 sen dan ditutup pada posisi 5.51 dolar per bushel. Untuk produksi jagung
terbesar di Indonesia terjadi di Pulau Jawa yakni Jawa Timur, Jawa Tengah
masing-masing lima juta ton per tahun, setelah itu menyusul beberapa daerah di
Sumatra antara lain Medan dan Lampung, sehingga produksi jagung Indonesia
mencapai 16 juta ton per tahun.Di Indonesia daerah-daerah penghasil utama
tanaman jagung di Indonesia adalah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Madura, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur
dan Maluku. Khususnya di Daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung
dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung
untuk pertumbuhannya. Di Indonesia pada tahun 2004
produksinya baru 11,225 juta ton, pada 2005 meningkat menjadi 12,52 juta ton.
Dan prediksi untuk tahun 2006 diperkirakan 12,13 Juta ton.
Berbagai studi
telah dilakukan oleh para ahli untuk komoditas jagung berdasarkan
beberapa
permasalahan dengan mengkaji kesesuaian sebaran sentra produksi jagung, pabrik pakan,
dan populasi ternak
di Indonesia; menganalisis
kebutuhan pakan pabrikan
untuk ternak; Menganalisis kebutuhan jagung untuk pakan pabrikan; serta menyusun alternatif
kebijakan dalam upaya memenuhi kebutuhan jagung
untuk pakan. Untuk mewujudkan suatu sistem pertanian yang
terpadu, bahwa perlunya peningkatan produksi agribinis jagung untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri dan apabila memungkinkan dengan kapasitas produksi yang
besar dapat membuka jaringan pasar ekspor Internasional. Apabila dilihat dari
kondisi lahan, iklim serta kapasitas produksinya Indonesia cukup mampu didalam
peningkatan agribisnis jagung untuk memenuhi permintaan daripada konsumen
domestik dan Internasional. Dalam hal ini bagaimana sttrategi dan pelaksanaan
pertanian yang digalakkan dengan integritas dan pemanfaatan lahan serta
budidaya dan pertumbuhannya. Menurut survey dan
pencatatan USDA, Departemen Pertanian, USA tahun 2005 stoknya masih 122,6 juta
ton. Namun, sampai Oktober 2006 yang lalu tinggal 88,1 juta ton.
Berdasarkan analisa bahwa produksi jagung dalam negeri memang
belum mampu mencukupi kebutuhan bahan baku industri pakan ternak, untuk itulah
dengan berbagai upaya dalam memenuhi permintaan konsumen agribisnis jagung ini,
Pemerintah Indonesia telah mencanangkan swasembada jagung pada 2007, dengan
target produksi 15 juta ton dikarenakan kebutuhan konsumsi dan industri pakan
ternak yang melonjak. Diharapkan dalam pencanangan swasembada agribisnis jagung
2007 dapat berjalan dengan baik sesuai dengan mutu bibit tanaman jagung yang
berkualitas didalam pengembangannya. Dimana dengan terbatasnya persediaan
jagung dunia untuk ekspor dan meningkatnya permintaan etanol baik di Amerika,
China dan berbagai negara berpotensi menciptakan ekspektasi kenaikan harga
jagung di pasar dunia untuk beberapa tahun ke depan, Indonesia diharapkan dapat
mampu menangkap peluang pasar ini menjadi salah satu acuan untuk mencari celah
pasar kebutuhan konsumen di pasar dunia. (Berbagai sumber terkait, vizbiz, data
usda, etc, data diolah F. Hero K Purba)