
Untuk keamanan pangan yang merupakan masalah dan dampak penyimpangan mutu, serta
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan sistem mutu
industri pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, industri
dan konsumen, yang saat ini sudah harus memulai mengantisipasinya dengan
implementasi sistem mutu pangan
dalam persaingan pemasaran global. Karena dalam era pasar bebas ini industri pangan
Indonesia mau tidak mau sudah harus mampu bersaing dengan derasnya arus masuk
produk industri pangan negara lain yang telah mapan dalam sistem mutunya. Pada saat ini Indonesia hanya menempati posisi ke-6 dalam peringkat
kesiapan negara-negara ASEAN dalam menghadapi implementasi Pasar Tunggal ASEAN
2015 mendatang. Dalam matrik penilaian yang dirilis Sekretariat ASEAN, skor
yang berhasil dikumpulkan Indonesia baru mencapai 81,3 persen, jauh tertinggal
dibandingkan negara-negara pesaing lainnya seperti Thailand, Malaysia, Laos,
Singapura, dan Kamboja. Pada penilaian tahap ke-3 (2012-2013), Thailand menjadi
negara yang paling siap dalam menghadapi implementasi Pasar Tunggal ASEAN 2015,
dengan tingkat kesiapan 84,6 persen, disusul Malaysia dan Laos yang telah
mengumpulkan poin 84,3 persen. Posisi selanjutnya ditempati Singapura dengan 84
persen, dan Kamboja dengan 82 persen. Meski hanya menempati posisi ke-6, namun
secara proses, peringkat Indonesia terus menunjukan positif di mana pada tahap ke-1
(2008-2009), Indonesia menempati posisi ke-9 dari 10 negara ASEAN. Pada
penilaian tahap ke-2 (2010-2011), bergerak ke posisi 8. Negara-negara anggota
ASEAN menyadari bahwa ada beberapa faktor yang terkait dengan kondisi terkini
pada pasar pangan dan produk pertanian. Dari sisi suplai, kenaikan tajam biaya
produksi pertanian karena kenaikan harga minyak (bensin dan solar) dan pupuk,
jatuhnya produksi karena pola iklim yang tidak beraturan, dan lebih tingginya
biaya penyimpanan komoditi yang mudah rusak seperti bahan pangan, termasuk
beberapa faktor penyebab kenaikan
harga-harga pangan.
Implementasinya
memerlukan teknologi pertanian terkait, baik yang bersifat padat karya, semi
padat karya atau semi padat modal dan padat modal. Hal yang perlu diperhatikan
berupa penciptaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, terutama masyarakat
miskin, namun tentunya harus dilakukan secara bertahap seiring dengan
peningkatan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam menjalankan kegiatan
usaha atau menemukembangkan usaha baru, baik di bidang pertanian maupun di luar
bidang pertanian. Adapun berbagai permasalahan yang terjadi
di sektor pertanian, seperti peningkatan kebutuhan baku berbasis perkebunan,
swasembada pangan, kepemilikan lahan, arah pengembangan bioteknologi, dan
problem pertanian di negeri ini, memerlukan kecerdikan untuk menghadapi
masalah-masalah itu. Keberanian membuat keputusan pengaturan impor bahan pangan Pertanian dengan
mempertimbangkan segala aspek dan dampak dalam mengatasi masalah dan tantangan
di masa mendatang. Pembentukan pasar tunggal
yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya
memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara
lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. Dalam hal ini
bukan hanya dari segi komoditas yang dipersiapkan tetapi juga tenaga ahli /
expert. Untuk sektor komoditas yang berdaya saing juga dipersipakan tenaga ahli
yang bersertifikat untuk dapat bersaing secara global dan berdayasaing untuk
mendorong adanya peningkatan kualitas SDM (Sources: Berbagai
sumber media terkait, data diolah F. Hero K. Purba).
No comments:
Post a Comment