
Tahun 2012, pemerintah Indonesia
menghitung kebutuhan daging sebesar 484 ribu ton. ketersediaan daging sapi
hanya mampu memenuhi 399 ribu ton, sisanya 85 ribu ton dipenuhi dari impor.
Untuk jumlah impor tahun 2012 terbagi atas daging sapi sebesar 34 ribu ton, dan
sapi bakalan 283 ribu ekor. Harga daging sapi impor berpengaruh negatif terhadap
jumlah impor daging sapi, namun pengaruhnya tidak nyata. Pada umumnya, konsumen
daging sapi impor mempunyai pendapatan yang relatif tinggi, maka kenaikan harga
daging sapi impor tidak memberikan pengaruh berarti terhadap volume impor. Sedangkan tahun lalu, pemerintah Indonesia memberikan kuota impor daging
sapi sekitar 90 ribu ton, dan sapi bakalan 600 ribu ekor. Untuk tingkat konsumsi protein hewani di
Indonesia pada tahun 2011 hanya 4,7 gram per orang per hari. Angkat ini sangat
rendah jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Filipina yang rata-rata
10 gr/orang/hari. Sementara Korea, Brasil, dan China sekitar 20-40
gram/orang/hari. negara-negara maju seperti Amerika Serikat, prancis, Jepang,
Kanada, dan Inggris mencapai 50-80 gr/kapita/hari. Indonesia mampu untuk memenuhi kebutuhan
pangan asal ternak sendiri dan malahan berpotensi menjadi negara pengekspor
produk peternakan. Hal tersebut sangat mungkin diwujudkan karena ketersediaan
sumber daya lahan dengan berbagai jenis tanaman pakan dan keberadaan SDM yang
cukup mendukung.Untuk tingkat konsumsi yang akan menentukan kualitas sumber
daya manusia dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan daging dan produksi ternak
lainnya dan tingkat pendapatan rumahtangga (purchasing Berdasarkan data BPS, provinsi yang memiliki populasi
sapi potong lebih dari 0,5 juta ekor berturut turut adalah Provinsi Jawa
Timur 4,7 juta ekor; Jawa Tengah 1,9
juta; Sulawesi Selatan 984 ribu ekor; Provinsi NTT 778,2 ribu ekor; Lampung
742,8 ribu ekor; NTB 685,8 ribu ekor; Bali 637,5 ribu ekor; dan Sumatera Utara
541,7 ribu ekor. Sementara itu untuk sapi
perah populasi terbanyak di Jawa Timur 296,3 ribu ekor sedangkan kerbau di NTT
sebanyak 150 ribu ekor. Peterrnak merupakan hewan peliharaan yang produknya
diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan atau
hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian. Dalam kegiatan ini, ternak yang
dimaksudkan adalah Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau. Segala urusan yang
berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit dan atau bakalan, pakan, alat
dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pascapanen, pengolahan,
pemasaran, dan pengusahaannya.
Untuk wilayah yang merupakan sumber utama ternak sapi
potong adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, NAD, Sumatera Barat,
Bali, NTT, Sumsel, NTB, dan Lampung. Kemudian wilayah yang mempunyai potensi
cukup besar untuk ternak kambing dan domba adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa
Barat, Lampung, Sumut, NAD, Banten, dan Sulsel. Sedangkan wilayah yang
potensial untuk perkembangan ternak domba adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, dan Banten. Untuk itu , Peternak berskala kecil dan menengah diberi
prioritas untuk melakukan usaha budidaya dan pengembangbiakan ternak Indonesia
yang kehidupannya masih alami dan belum tersentuh teknologi namun berpotensi
ekonomi, misalnya ternak ayam Indonesia (baik asli maupun lokal).
Praktisi bidang peternakan,
maupun masyarakat luas harus difasilitasi dan dibina dalam upaya meningkatkan
mutu genetik ternaknya melalui program persilangan yang secara ekonomis memang
dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternaknya. Indonesia, dengan
penduduk yang hampir mencapai 237 juta jiwa ternyata mengkonsumsi telur dan
daging ayam yang relatif rendah dibanding di negara-negara tetangga. Rata rata
konsumsi telur nasional 87 butir/ kapita/tahun dan daging ayam 7
kg/kapita/tahun, bandingkan dengan konsumsi telur di Malaysia yang mencapai 311
butir/kapita/tahun (hampir 1 butir/kapita/hari) dan daging ayam mencapai 36
kg/kapita/tahun. Dalam hal ini perlu upaya serius harus dilakukan oleh berbagai
pihak dalam meningkatkan konsumsi protein hewani tersebut. (Berbagai sumber
terkait, data BPS, Litbangnak, data diolah F. Hero K. Purba)
No comments:
Post a Comment