Perluasan lahan jagung juga diprediksi akan
menjadi penyumbang penaikan produksi jagung di 2018. Berbagai studi
telah dilakukan oleh para ahli untuk komoditas jagung berdasarkan beberapa permasalahan
dengan mengkaji kesesuaian sebaran sentra
produksi jagung, pabrik pakan, dan populasi ternak di Indonesia; menganalisis kebutuhan
pakan pabrikan untuk ternak. Menganalisis kebutuhan jagung untuk
pakan pabrikan; serta menyusunalternatif kebijakan dalam upaya
memenuhi kebutuhan jagung untuk pakan. Untuk mewujudkan suatu sistem pertanian
yang terpadu, bahwa perlunya peningkatan produksi jagung untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri dan apabila memungkinkan dengan kapasitas produksi yang
besar dapat membuka jaringan pasar ekspor Internasional. Mensukseskan
swasembada pangan, dimana gema swasembada pangan untuk Padi Jagung dan Kedelai,
salah satu komoditasnya yaitu jagung, realisasi target dan pencapaian yang
perlu dipertimbangkan. Pemenuhan untuk kebutuhan jagung yang
mengandalkan impor akan berisiko menghambat indutri peternakan dan
pakan dalam negeri. Sebab sebagian besar produksi jagung dikonsumsi oleh
negara produsennya.Dalam hal ini produktivitas jagung yang
merupakan memang sangat dipengaruhi faktor benih,
tanah, irigasi, pemupukan, pengendalian hama, hingga panen dan pascapanen.
Selain itu faktor alam, kondisi geografis, dan agroklimat juga sangat
berpengaruh terhadap produktivitas. Hal-hal yang bisa dilakukan pemerintah
adalah menjalankan kebijakan untuk menunjang peningkatan produktivitas pangan
di Indonesia baik benih, pupuk, infrastruktur, termasuk irigasi, hingga
permodalan dan jaminan pasar bagi produk pangan. Indonesia harus meningkatkan
prioritas peningkatan produksi jagung. Komoditas jagung yang diperdagangkan di
pasar dunia sebagian besar berasal dari Amerika Serikat, kemudian diikuti
China, Fiji, Brazil, Mexico dan Argentina. Namun tidak semua negara produsen
jagung menjadi negara pengekspor. Pemerintah memutuskan untuk mengimpor jagung
sebanyak 2,4 juta ton untuk kebutuhan pakan ternak pada 2016. Impor itu akan
direalisasikan secara bertahap sebanyak 200 ribu ton setiap bulan. Impor tahun
depan hanya mencapai 30% dari total kebutuhan jagung nasional yang mencapai 8,6
juta ton per tahun atau sekitar 665 ribu ton per bulan.Di Indonesia, jagung
merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan
urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke 3 setelah
gandum dan padi. Negara pesaing utama Indonesia dalam merebut pasar ekspor
adalah adalah Amerika Serikat dan Argentina. Impor jagung bahkan mencapai 182
ribu ton atau US$ 53,7 juta. Selama Januari-September, total impor tercatat
sebesar 2 juta ton atau US$ 578,1 juta.Asal dari jagung impor tersebut
berbeda-beda. Brasil merupakan negara terbesar dalam memasok jagung. Tercatat
di bulan September volume impor mencapai 40.080 ton atau US$ 11,6 juta.Kemudian
adalah Argentina dengan 34.039 ton atau US$ 10,7 juta, India 36.470 ton atau
US$ 11,2 juta, Thailand 82 ton atau US$ 171 ribu dan negara lainnya sebesar 229
ton atau US$ 163 ribu.Menurut data bahwa harga jagung berjangka untuk kontrak
pengiriman bulan Juli 2012 tampak mengalami kenaikan sebesar 4 sen dan ditutup
pada posisi 5.98 dolar per bushel. Sedangkan harga jagung berjangka untuk kontrak
pengiriman bulan September tampak mengalami peningkatan 8 sen dan ditutup pada
posisi 5.51 dolar per bushel. Untuk produksi jagung terbesar di Indonesia
terjadi di Pulau Jawa yakni Jawa Timur, Jawa Tengah masing-masing lima juta ton
per tahun, setelah itu menyusul beberapa daerah di Sumatra antara lain Medan
dan Lampung, sehingga produksi jagung Indonesia mencapai 16 juta ton per
tahun.Di Indonesia daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung di Indonesia
adalah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Sulawesi
Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Khususnya di Daerah
Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena
kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya. Di Indonesia
pada tahun 2004 produksinya baru 11,225 juta ton,
pada 2005 meningkat menjadi 12,52 juta ton. Dan prediksi untuk tahun 2006
diperkirakan 12,13 Juta ton.
Apabila dilihat
dari kondisi lahan, iklim serta kapasitas produksinya Indonesia cukup mampu
didalam peningkatan agribisnis jagung untuk memenuhi permintaan daripada
konsumen domestik dan Internasional. Dalam hal ini bagaimana sttrategi dan
pelaksanaan pertanian yang digalakkan dengan integritas dan pemanfaatan lahan
serta budidaya dan pertumbuhannya. Menurut survey dan pencatatan USDA, Departemen Pertanian, USA tahun 2005
stoknya masih 122,6 juta ton. Namun, sampai Oktober 2006 yang lalu tinggal 88,1
juta ton. Berdasarkan data analisa bahwa produksi jagung
dalam negeri memang belum mampu mencukupi kebutuhan bahan baku industri pakan
ternak, untuk itulah dengan berbagai upaya dalam memenuhi permintaan konsumen
agribisnis jagung ini, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan swasembada
jagung pada 2007, dengan target produksi 15 juta ton dikarenakan kebutuhan
konsumsi dan industri pakan ternak yang melonjak. Diharapkan dalam pencanangan
swasembada agribisnis jagung 2007 dapat berjalan dengan baik sesuai dengan mutu
bibit tanaman jagung yang berkualitas didalam pengembangannya. Dimana dengan
terbatasnya persediaan jagung dunia untuk ekspor dan meningkatnya permintaan
etanol baik di Amerika, China dan berbagai negara berpotensi menciptakan
ekspektasi kenaikan harga jagung di pasar dunia untuk beberapa tahun ke depan,
Indonesia diharapkan dapat mampu menangkap peluang pasar ini menjadi salah satu
acuan untuk mencari celah pasar kebutuhan konsumen di pasar dunia. (Berbagai sumber
terkait, vizbiz, data diolah F. Hero K P)
No comments:
Post a Comment