Potensi Ekspor Kopi Papua dalam Akses Pemasaran
Kopi arabika dari
pegunungan Papua, cukup tren di kalangan penikmat dan pecinta kopi di Indonesia.
Pengembangan
Potensi Pengolahan kopi membahas potensi dan tantangan yang dihadapi di dalam
pengembangan Komoditas kopi arabika organik di Wamena, Kabupaten
Jayawijaya. Lembah Baliem merupakan daerah tempat tinggal Suku Dani dimana
Masyarakat adat yang diperkenalkan ke dunia luar sebagai petani pejuang. Mereka
hidup bertani, namun gemar berperang. Kopi Baliem ini adalah kopi papua jenis
arabika. Petani di wilayah utara Wamena umumnya menjual biji kopi mereka
ke Koperasi Baliem Arabica yang saat Ini membayar sebesar Rp. 25.000 per
kilogram untuk biji kopi yang sudah dikupas Dan dikeringkan. Petani memilih
menjual ke Koperasi karena tidak mampu menanggung biaya angkut biji kopi dari
kampong ke Wamena, walaupun di Wamena terdapat pembeli yang bersedia membeli
hingga Rp.40.000, per kilogram Biji kopi yang belum dikupas tetapiHarus
kering. Kopi yang memiliki ciri khasnya arabika, karakter rebusannya asam,
agak berbeda dengan karakter rebusan kopi robusta yang lebih pahit. Tidak
terlalu pahit karena memang arabika memiliki kadar kafein yang lebih rendah
dibanding robusta. Head of Cooperative KSU Baliem Arabica; Selion Karoba
mengungkapkan, September 2012 mendatang, pihaknya akan mengekspor kopi ke
Amerika 18 ton. Tahun ke tahun hasil produksi kopi di Pegunungan Tengah Papua
terus meningkat, pertama kita ekspor 12 ton, kemudian 14 ton dan 16 ton,
selanjutnya September 2012 ekspor ke Amerika 18 ton. Pada tahun 2001 untuk luas
lahan tanaman kopi di Kabupaten Jayawijaya tercatat 3.076 hektar, yang
merupakan hampir setengah (42,7 persen) dari luas total 6.208 Ha areal
perkebunan kopi Provinsi Papua. Perkebunan yang keseluruhannya milik rakyat ini
tersebar di Kecamatan Tiom, Bokondini, dan Asologaima.
Produksi kopi Jayawijaya yang juga
diekspor ke Singapura, Jepang, dan Australia ini, besarnya 316,30 ton atau
setara dengan hampir setengah produksi kopi provinsi yang besarnya 740,3 ton.
Selain ke Amerika, pihaknya juga akan mengirim kopi ke sejumlah tempat seperti
Freeport dan Jakarta. Mengenai harga kopi, harga kopi ditentukan dalam Rapat
Umum Anggota (RUA) KSU Baliem Arabica, dimana tahun ini harga pembelian kopi
dari petani Rp 6.000 per liter. “Kita sudah beberapa kali naikkan harga pembelian
kopi, 2010 lalu harga kopi gabah (kopi dengan kulit kering) Rp 5.000 per liter,
tahun ini harganya Rp 6.000 per liter, dan 2013 mendatang harganya kita naikkan
menjadi Rp 7.000 per liter. Kualitas kopi dari Lembah Baliem tidak perlu lagi
diragukan. Dalam berbagai tes uji citarasa yang dilakukan baik di dalam maupun
di luar negeri, sudah terbukti “Baliem Blue Coffee”atau disingkat
“Bebecoffee”memiliki citarasa yang tinggi. Terakhir pada konfrensi Asosiasi
Kopi Spesial Amerika yang diikuti oleh pelaku-pelaku kopi Spesial dari seluruh
dunia, kopi dari daerah ini diikutsertakan oleh Asosiasi Kopi Spesial Indonesia
karena Koperasi Baliem Arabica adalah salah satu anggota organisasi itu.
Berdasarkan data kopi di Kabupaten Yahukimo, Jayawijaya dan Lani Jaya cukup
besar, dengan jumlah petani kopi 2010 orang dan luas lahan 1.102 ha serta
kemampuan produksi 193,25 ton pertahun. Potensi produk kopi terbesar terdapat
di kabupaten Jayawijaya, yaitu sebesar 138,75 ton pertahun, kemudian Lani Jaya.
Pada tahun Rainforest Alliance melakukan audit terhadap Koperasi Baliem
Arabika. Hal ini merupakan bagian dari program Aliansi
Pembangunan Pertanian Papua (PADA) untuk pengembangan kopi di Lembah Baliem,
Papua. Rainforest Alliance memiliki misi untuk melestarikan keanekaragaman
hayati dan menjamin mata pencaharian yang berkesinambungan dengan mengubah
praktek-praktek penggunaan lahan, praktek bisnis dan perilaku konsumen.
Diharapkan potensi pengolahan kopi dibeberapa daerah dapat ditingkatkan dalam
meningkatkan perekonomian masyarapat petani kopi di Papua. (Sumber: data
Litbang, Disbun Papua, data diolah fhk hero13)
No comments:
Post a Comment