
Pengembangan
komoditas wijen di Indonesia masih
sangat rendah itu karena: Masih banyak petani yang belum mengenal wijen
sehingga tanaman ini tidak sepopuler tanaman palawija (kedelai, jagung
dll).Serta minat petani masih rendah karena kurangnya teknologi budidaya wijen.
Produktivitas masih rendah, ini karena teknik budidaya yang kurang baik pada
umumnya wijen hanya ditanam sebagai tanaman selingan. Dalam hal ini kurangnya
informasi pasar. Biji wijen banyak digunakan sebagai bahan industri
minyak dan makanan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut sampai saat ini
Indonesia masih mengimpor biji wijen dari Vietnam, Thailand dan China serta
mengimpor winyak wijen dari Cina, Singapura, Hongkong. Tapi Indonesia
juga sudah mulai mengekspor wijen ke Jepang, Hongkong, Amerika Serikat dan
Turki. (Sources: Berbagai sumber media tekait, Litbang Kementan, data diolah F.
Hero K. Purba). Perkembangan komoditas wijen dunia pada tahun 1993, adalah 486.000
ton. Jepang adalah importir terbesar mengambil 24% dari impor dunia. Pengimpor terbesar
kedua adalah Amerika Serikat dengan 8% dari impor dunia. Hal ini diperkirakan bahwa
impor biji wijen akan tumbuh antara 6 dan 8% per tahun. Australia diimpor 6400 t
biji wijen pada tahun 1996 (senilai $ A12.7m), dengan China, Meksiko dan India pemasok
utama. Wijen produksi benih Australia berpusat di Northern Territory dan Queensland,
New South Wales dengan menunjukkan minat.Meskipun produksi telah turun dari ton
291 di 1988-1989 sampai 90 t di 1993-94, diantisipasi bahwa perbaikan dalam kultivar
dan teknologi panen akan meningkatkan produksi. Potensi yang jelas untuk
mengembangkan pasar untuk biji wijen Australia, baik di lokal maupun di luar
negeri. Biji wijen saat ini diimpor ke Australia baik sebagai biji utuh dan
produk olahan. Di Indonesia pengembangan wijen di Indonesia setiap tahun
meningkat. Pada tahun 2006 areal wijen mencapai 4.788 hektar, yang tersebar di
Lampung (150 ha), Jawa Tengah (1.426 ha), Yogyakarta (250 ha), Jawa Timur
(1.473 ha), Nusa Tenggara Barat (1.217 ha), dan Sulawesi Selatan (272 ha).
Diharapkan potensi komoditas wijen ini dapat dilkembangkan lagi dengan melihat
pemanfaatannya dan peluang akses pasar lokal dan Internasional.
No comments:
Post a Comment