Pembenahan dalam pengembangan sektor ekonomi dibidang
agribisnis peternakan melalui Sentra Peternakan Rakyat. Indonesia
harus segera untuk menciptakan ketahanan
pangan perekonomian rakyat agar mereka tidak semakin menderita didalam pemenuhan pangan untuk konsumsi daging.
Dengan adanya konsep dan implementasi Sekolah
Peternak Rakyat (SPR) yang digagas
Institut
Pertanian Bogor (IPB) sebuah yang ditujukan bagi ketersediaan bibit ataupun
daging sapi di Indonesia dalam jangka panjang. Penggagasan SPR ditujukan
untuk ketersediaan bibit maupun daging sapi di Indonesia dalam jangka
panjang. Prof. Dr. Muladno,
Guru Besar Ilmu Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB), yang menggagas SPR dan beliau sekarang sebagai Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Kementerian Pertanian.
Dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN yang berlaku mulai
Januari 2015 akan membawa tantangan yang semakin berat bagi rakyat. Arus barang
dan jasa dari luar akan semakin bebas masuk ke Indonesia. Untuk pengembangan
peternakan dibutuhkan kesinergian dengan adanya program sekolah peternakan
rakyat dan menjadi suatu sentra peternakan rakyat yang berkelanjutan akan
membangun suatu komunitas perteumbuhan peternakan rakyat. Pertumbuhan
produksi daging sapi pada tahun 2014
sebesar 23 persen. Tahun 2013 produksi daging sapi sebesar 430.000 ton, dan
tahun depan produksinya ditargetkan 530.000 ton. Tahun 2012, pemerintah Indonesia menghitung kebutuhan
daging sebesar 484 ribu ton. ketersediaan daging sapi hanya mampu memenuhi 399
ribu ton, sisanya 85 ribu ton dipenuhi dari impor. Untuk jumlah impor tahun
2012 terbagi atas daging sapi sebesar 34 ribu ton, dan sapi bakalan 283 ribu
ekor. Harga
daging sapi impor berpengaruh negatif terhadap jumlah impor daging sapi, namun
pengaruhnya tidak nyata. Pada umumnya, konsumen daging sapi impor mempunyai
pendapatan yang relatif tinggi, maka kenaikan harga daging sapi impor tidak
memberikan pengaruh berarti terhadap volume impor. Sedangkan tahun lalu, pemerintah Indonesia memberikan
kuota impor daging sapi sekitar 90 ribu ton, dan sapi bakalan 600 ribu ekor. Untuk tingkat konsumsi protein hewani di
Indonesia pada tahun 2011 hanya 4,7 gram per orang per hari. Angkat ini sangat
rendah jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Filipina yang rata-rata
10 gr/orang/hari. Sementara Korea, Brasil, dan China sekitar 20-40
gram/orang/hari. negara-negara maju seperti Amerika Serikat, prancis, Jepang,
Kanada, dan Inggris mencapai 50-80 gr/kapita/hari. Indonesia mampu untuk memenuhi kebutuhan
pangan asal ternak sendiri dan malahan berpotensi menjadi negara pengekspor
produk peternakan. Hal tersebut sangat mungkin diwujudkan karena ketersediaan
sumber daya lahan dengan berbagai jenis tanaman pakan dan keberadaan SDM yang
cukup mendukung.Untuk tingkat konsumsi yang akan menentukan kualitas sumber
daya manusia dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan daging dan produksi ternak
lainnya dan tingkat pendapatan rumahtangga (purchasing
Berdasarkan data BPS, provinsi yang
memiliki populasi sapi potong lebih dari 0,5 juta ekor berturut turut adalah
Provinsi Jawa Timur 4,7 juta ekor;
Jawa Tengah 1,9 juta; Sulawesi Selatan 984 ribu ekor; Provinsi NTT 778,2 ribu
ekor; Lampung 742,8 ribu ekor; NTB 685,8 ribu ekor; Bali 637,5 ribu ekor; dan
Sumatera Utara 541,7 ribu ekor. Sementara
itu untuk sapi perah populasi terbanyak di Jawa Timur 296,3 ribu ekor sedangkan
kerbau di NTT sebanyak 150 ribu ekor. Untuk pengembangan sentra ternak
sapi yang baru harus mempertimbangkan keunggulan komparatif ternak sapi dalam
negeri. Suatu
usaha peternakan sapi di masa depan harus mempunyai daya saing. Peternak perlu melakukan upaya-upaya
untuk bisa memiliki keunggulan kompetitif baik dalam kegiatan utamanya maupun
di kegiatan pendukung termasuk SDM pelaku dari usaha peternakan. Indonesia perlu
membangun Sentra Peternakan Rakyat disetiap Kawasan yang potensial untuk
ternak. Dengan sistem managemen peternakan yang berkelanjutan dan tenaga sdm
yang handal dan kesinergian berbagai pihak dapat memberikan dampak ke arah yang
menjanjikan jika kesungguhan dalam bekerja membangun peternakan yang
berdayasaing. (Sumber: data Litbangnak,data media, data diolah frans hero K.
Purba)
No comments:
Post a Comment