Pada tahun 2007 Bapak Ones telah aktif menanam tanaman bakau di Pulau Sika,
pulau yang tidak memiliki penghuni di
daerah timur laut Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Alor,
Nusa Tenggara Timur. Pertemuan kami dengan Bapak Onesimus Laa (54 tahun) dirumahnya didaerah pesisir Pantai
dekat dengan Bandara Udara Mali Pulau Alor. Kami melakukan perjalannan dengan
mengendarai motor ke pantai untuk
melanjutkan perjalanan dengan
menaikan kapal motor ke tengah laut dekat Pulau Sikka. Seketika itu pada sore
hari Bapak Ones mematikan mesin
kapal kayunya setelah lima belas menit kami didekat perairan pulau sikka dan
memanggil-manggil nama “Mawar”/ Dugong untuk
datang "Datang sini, ini ada tamu datang". Mawar datanglah. Kemudian berapa lama
muncul makhluk laut yang meliukan tubuhnya mengikuti gelombang. Kulitnya tampak
licin berwarna abu-abu pucat. Liuk terakhir makhluk itu memperlihatkan ekornya
yang besar, berukuran sekitar satu meter. Duyung ini yang memiliki nama ilmiah Dugong
dugon. Bapak Ones yang bisa disebut sebagai pawang
dugong tak lantas menjadikan dugong sebagai obyek wisata. One
memperlakukan dugong layaknya rekan dengan mengikuti dasar yang memikirkan
keberlanjutan dugong tersebut.
Bapak Ones pertama kali
bertemu dia duyung dugong pada tahun 2009. Pertama saya pergi dengan kapal dia ikuti
saya. Pulang dari laut dia antar saya, ada sekitar empat kali," cerita
One. Dengan kepercayaan bahwa Bapak Ones percaya
pertemuannya dengan dugong diawali oleh niatnya yang ingin menjaga lingkungan. Pulau
Sika seluas 53,683 hektar ini juga menyimpan potensi sebagai rumah bagi
mangrove atau bakau. Ketika kita berjalan mengitari pulau ini akan terlihat
semacam sabuk hijau di pantai. Sabuk hijau ini adalah kumpulan dari anakan
mangrove yang mulai tumbuh secara rapat. Anakan mangrove yang ditanam umumnya
dari jenis Rhizopora. Ekosistem
mangrove ini tidak tumbuh secara alami, namun hasil dari upaya penanaman yang
diinisiasi oleh para penggiat lingkungan yang ada di Kabupaten Alor. Salah
satunya adalah Bapak Onesimus Laa.
Hidup didalam melestarikan
alam kawasan mangrove atau bakau merupakan jidup mencintai alam. Kita dapat
belajar terhadap alam dan pelestariaannya, sehingga nikmat karunia kekayaan
dari alam itu bisa kita jaga dan lestarikan dari karya pemberian Tuhan dan
tidak kita rusak. Apapun jenis pekerjaan kita, lakukanlah itu untuk kemulian
Tuhan dan menjadi berkat bagi sesame, itulah yang dapat kita petik dalam hal
ini. (Sources: data sumber lainnya, data survey lapang dan wawancara dan cerita
Bapak Ones, data diolah F.HeroK. Purba)