Potensi
pengembangan Talas Beneng besar dan koneng atau kuning (Xanthosoma undipes)
merupakan
jenis talas yang banyak tumbuh di wilayah Pandeglang, terutama di sekitar
Kecamatan Jiput. Talas beneng tersebut diharapkan akan menjadi sumber pangan
lokal yang bisa dimunculkan dari wilayah Banten. Daerah Kelurahan Juhut,
Kabupaten Pandeglang tumbuh tanaman sejenis talas yang masyarakat sekitar menyebutnya
sebagai Talas Beneng. Talas beneng memiliki karakteristik yang berbeda dengan
talas dari daerah lainnya. Talas ini tumbuh liar di lereng gunung, memiliki
batang yang besar dan panjang serta pada bagian akarnya terdapat umbi-umbi
kecil (kimpul) yang bergerombol. Selain kimpul, bagian utama yang dapat dimakan
adalah batang. Tanaman ini memiliki umbi yang dapat mencapai berat lebih dari
30 kg dalam umur 2 tahun.
Pengolahan
talas beneng dapat diolah menjadi beragam produk, seperti keripik, donat, dan
bolu. Talas Beneng sebagai bahan pangan alternative beda dengan pangan lokal
lainnya yang mempunyai kandungan protein sebesar 2,01%, 18,30% Karbohidrat,
15,21% pati, 83, 7 kalori, 0,73% serat kasar dan 0,27% lemak. Talas beneng
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber pangan lokal. Ukurannya yang
besar dengan kadar protein yang tinggi serta warna kuning yang menarik adalah
kelebihan yang dimiliki talas beneng yang menjadi ciri khas yang tidak dimiliki
talas jenis lain. Kearifan
pangan lokal seperti talas beneng asal Kabupaten Pandeglang ini merupakan
potensial ciri khas dari suatu daerah tertentu. Seperti diketahui bahwa talas
merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk dalam suku
talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm
atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas mempunyai
beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan ‘Eddo (e)’. Di
beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba
(Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Jepang), Tayoba (Spanyol) dan
Yu-tao (China). Asal mula tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara,
menyebar ke China dalam abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara
lainnya dan ke beberapa pulau di Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi
penduduk. Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan
tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 meter dpl baik liar
maupun ditanam.
Produk
olahan yang akan dikembangkan sebagai industri rumah tangga adalah keripik
talas beneng. Talas beneng sangat potensial untuk dikembangkan menjadi berbagai
macam produk makanan sebagai substitusi beras dan tepung terigu. Selama ini
masyarakat telah membuat keripik talas beneng, perbaikan mutu diutamakan untuk
mengurangi rasa gatal pada talas atau oksalat dalam produk keripik dan
pengemasan produk. Untuk mengurangi rasa gatal pada produk keripik. (Sumber:
Distan Kab. Pandeglang, media terkait, data diolah hero13)
No comments:
Post a Comment