Monday, April 1, 2024

Solusi Adaptif dalam Mengatasi Risiko Pengelolaan dan Pengembangan Usaha

Upaya dalam mengelola risiko dalam suatu bisnis atau usaha sehingga dapat dikendalikan sesuai harapan, dimana risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan. Manajemen Resiko merupakan kegiatan manajemen yang dilakukan pada tingkatan, tingkat pimpinan pelaksana. yaitu kegiatan penemuan dan analisis sistimatis atas kerugian kerugian yang mungkin dihadapi oleh badan usaha,akibat suatu resiko serta metode yang paling tepat untuk menangani kerugian tersebut yang dihubungkan dengan tingkat profitabilitas badan usaha.

Risiko terjadinya serangkaian kondisi yang tidak terduga yang dapat mengurangi kemampuan manajer untuk mengimplementasikan strateginya secara signifikan.Suatu bisnis terjadinya resiko dan akibatnya terhadap bisnis merupakan dua hal mendasar untuk diidentifikasi dan diukur. Melalui pengelolaan resiko terintegrasi, setiap keputusan strategik yang diambil selalu berdasarkan atas informasi yang valid dan reliable. Untuk suatu bisnis (termasuk perbankan), banyak salah kaprah memahami tentang keberadaan risiko seperti, risiko bisnis dianggap sama dengan risiko finansial dan dianggap sama pula dengan kerugian. Padahal risiko finansial hanyalah salah satu komponen dari risiko bisnis, selain risiko proyek, risiko operasional, risiko pasar dan risiko yang berkaitan dengan regulasi. Dalam suatu bisnis ada beberapa resiko bisnis utama yang haru diperhatikan: 1. pembangunan produk atau sistem yg baik sebenarnya tidak, pernah diinginkan oleh setiap orang (resiko pasar) 2. pembangunan sebuah produk yg tidak sesuai dgn keseluruhan strategi bisnis bagi perusahaan (resiko strategi) 3. Pembangunan sebuah produk dimana sebuah bagian pemasaran tidak tahu bagaimana harus menjualnya. 4. Kehilangan dukungan manajemen senior sehubungan dengan perubahan pd fokus atau perubahan pd manusia (resiko manajemen), 5. Kehilangan hal-hal yang berhubungan dengan biaya atau komitmen personal (risiko biaya). Yang terpenting yang patut dipertimbangkan pada risiko-risiko bisnis diantaranya adalah

·       Risiko strategik, sebagai contoh adalah masuknya pesaing ke pasar

·       Risiko complaince, contoihnya pengenalan aturan baru tentang kesehatan dan keamanan produk

·       Risiko finansial, contohnya tidak dibayar oleh pelanggan atau peningkatan bunga pada pinjaman bisnis

Risiko operasional, contohnya adalah kerusakan atau pencurian perlengkapan kunci. Langkah pengurangan resiko diperlukan bagi definisi standar dokuntasi dan mekanisme untuk memastikan bahwa dokumen dikembangkan secara tepat waktu, guna memastikan kontinuitas. Manajemen risiko dan perencanaan kemungkinan mengasumsikan bahwa usaha pengurangan telah gagal dan risiko menjadi statu kenyataan.

Langkah untuk membangun budaya risiko:

  Membentuk Satuan Kerja Manajemen Risiko sebagai pusat untuk membangun dan menyebarluaskan kebijakan dan prosedur risiko keseluruh jenjang organisasi

      Menyusun manual kode etik

      Menjadikan manajemen risiko sebagai syarat untuk menduduki semua posisi manajemen

  Menerapkan seperangkat aturan agar pegawai tidak berani mengambil risiko yang berlebihan

       Menerapkan sanksi bagi pelaksana atau pengambil risiko

    Memasukkan penilaian kinerja mengelola risiko kedalam proses penilaian kinerja pegawai

Contoh, diibaratkan proyek sedang berlangsung dengan baik dan sejumlah orang mengatakan akan keluar dari proyek tersebut maka strategi pengurangan telah dilakukan dengan backup , informasi, dokumentasi dan pengetahuan telah disebar ke semua tim. Manajer proyek akan menyesuaikan lagi jadwal dengan fungsi-fungsi yg telah disusun sepenuhnya dan pendatang baru akan ditambah untuk mengejar dan membagun serta akan ditransfer pengetahuan oleh orang akan keluar. Langkah RMMM (Risk Mitigating Monitoring and Management Plan) menambah biaya proyek. (sources data Rekayasa Perangkat Lunak data collected processing by: Frans Hero K. Purba)

Pada kenyataannya sering ditemukan bahwa pengelolaan risiko hanya terfokus pada risiko yang berhubungan dengan kegiatan operasional, yang kemudian dikonversikan ke dalam satuan uang (resiko finansial). Pendekatan ini tentu saja kurang lengkap, karena tidak mengcover keseluruhan risiko yang melekat pada bisnis yang digeluti. Memang, setiap industri memiliki penekanan sendiri-sendiri terhadap resiko yang akan dikendalikannya. Menurut Robert Charette konseptual mengenai risiko yaitu: 1. Risiko berhubungan dengan kejadian di masa yg akan datang. 2. Risiko melibatkan perubahan (spt. perubahan pikiran, pendapat, aksi, atau tempat), 3. Risiko melibatkan pilihan & ketidakpastian bahwa pilihan itu akan dilakukan. Tentunya dalam mengatasi berbagai risiko harus memikirkan win-win solotion dalam pengendalian suatu usaha.

If we trace in a business of risk and implications for business are the two fundamental things to be identified and measured. Through integrated risk management, any strategic decisions taken are always based on valid and reliable information. For a business (including banking), many misguided understanding of the existence of such risks, business risks are considered equal and treated the same financial risks as well with the loss. Though the financial risk is just one component of business risk, in addition to project risk, operational risk, market risk and risks associated with the regulation. In a business there are several major business risk that emotion note: 1. building a good product or system was not, never desired by every person (market risk) 2. development of a product which does not fit with the overall business strategy for the company (risk strategy) 3. Construction of a product where a marketing department does not know how to sell it. 4. Loss of senior management support in relation to changes in focus or change in man (risk management), 5. Losing hal2 pertinent personal cost or commitment (risk costs).Risk reduction measures are necessary for standard definition dokuntasi and mechanisms to ensure that the document was developed in a timely manner, to ensure continuity. Risk management and planning of the possibility of assuming that business has failed and risk reduction into statu reality.
For example, likened the project is going well and some people are saying will be out of the project is the reduction strategy has been done with the backup, information, documentation and knowledge have been distributed to all teams. The project manager will adjust the schedule again with the functions which have been prepared fully and newcomers will be added for the chase and build and want to transfer the knowledge by the people will come out. Step RMMM (mitigating Risk Monitoring and Management Plan) increase the project cost. Often found that risk management is only focused on the risks associated with operational activities, which is then converted into units of money (financial risk). This approach is certainly incomplete, because it does not cover the overall risks inherent to the business they work at. Indeed, every industry has its own emphasis on the risks to be controlled. According to Robert Charette conceptual about the risks, namely: 1. Risks associated with events in the days to come. 2. Risk involving changes (e.g. changes in thoughts, opinions, actions, or places), 3. Involve risks and uncertainties that choice will be made that choice, of course, in addressing a variety of risks have to think win-win solution in control of a business.


Friday, March 8, 2024

Strategi Potensi Pemasaran Ekspor Kunyit (Curcuma)

Kunyit Indonesia menjadi pilihan yang menarik bagi Amerika Serikat, berdasarkan data Export Potential Map, potensi ekspor kunyit ke Amerika Serikat mencapai $3,4 juta atau sekitar 51 miliar rupiah.Peluang potensi ekspor kunyit ke India mencapai $7,5 juta atau sekitar 113 miliar rupiah. Namun, ekspor aktual yang terjadi saat ini sebesar $7,2 juta atau sekitar 109 miliar rupiah, sehingga terdapat potensi yang belum terealisasi sebesar $307 ribu atau sekitar 4,6 miliar rupiah. Selain itu, India mengimpor kunyit (curcuma) sebesar $33 juta atau sekitar 498 miliar rupiah. Total perdagangan barang antara Indonesia dan India mencapai $14 miliar atau sekitar 211 triliun rupiah. Penggunaan pemakaian kunyit dari cenderung meningkat baik di dalam negeri maupun di berbagai negara di dunia.Kebutuhan kunyit untuk seluruh dunia diperkirakan sekitar 12.000 ton per tahun, namun baru dipenuhi oleh India 1.260 ton dan sebagian kecil dari dari China. Negara pengimpor kunyit antara lain adalah Jepang, Hongkong, negara-negara kawasan Eropa dan Amerika. Kunyit (curcuma domestica) yang digunakan sebagai bahan baku farmasi, produk kunyit mampu bersaing dengan bahan-bahan lain, terutama yang sudah dipatenkan. Misalnya saja produk untuk bahan obat radang sendi (arthiris-rheumatoid), dan osteo-arthritis. Sementara itu, rata - rata kebutuhan bahan baku kunyit untuk industri kosmetik atau jamu tradisional yang ada di Indonesia antara 1,5 - 6 ton per bulan. Untuk tingkat kebutuhan pasar dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan persentase peningkatan 10-25% per tahunnya.Obat penyakit tersebut antara lain berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil butason, yang bisa diganti dengan bahan alternatif dari kunyit. Secara tradisional, kunyit digunakan untuk menghilangkan bau badan, menghilangkan gangguan lambung dan usus, dengan cara meminum secara teratur sari rimpangnya (filtratnya). Di pasar swalayan, sekarang ini sudah banyak beredar ekstrak atau filtrat minuman sari kunyit, serta kunyit asam. Untuk kunyit segar yang ada di pasaran, merupakan rimpang yang setelah dipanen, langsung dijual, tanpa proses pencucian. Sebab panen rimpang selalu terjadi pada musim kemarau, dan ketika itu tanah cukup kering, hingga kondisi rimpang relatif bersih. Namun untuk diolah menjadi irisan rimpang kering, dan filtrat, kunyit perlu dicuci bersih dan dikering anginkan. Setelah itu, satu per satu rimpang kunyit diiris dengan alat perajang manual. Irisan kunyit selanjutrnya dijemur sampai kering, dengan kadar air 15 sd. 11%. Irisan rimpang kering ini disebut sebagai simplisia, dan dikemas dalam karung plastik atau wadah lain untuk dipasarkan ke pelaku industri jamu dan farmasi. (Sources: berbagai sumber media terkait, data BPS, data diolah F. Hero K. Purba)

Berdasarkan data BPS menunjukkan produksi kunyit Indonesia tahun 2020 sebanyak 193.582 ton. Produksi tahun 2019 sebanyak 190.909 ton. Data sementara menunjukkan produksi nasional hingga September 2021 sebanyak 112.222 ton. Dari data tersebut, kita tahu bahwa neraca kunyit pada 2020 masih surplus 47.484 ton. Nilai perdagangan luar negeri dari kunyit selama tahun 2011 adalah sebesar 4,5 juta US$ dengan volume seberat 2.672 ton.  Sementara volume importasinya hanya sebesar 269 ton dengan nilai 332 ribu US$. Sehingga surplus perdagangan yang diperoleh sebesar 2.402 ton dengan nilai 4,1 juta US$. Negara tujuan ekspor kunyit Indonesia adalah Asia (Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Jepang), Amerika, dan Eropa (Jerman Barat dan Belanda). Produksi kunyit tersebar hampir di seluruh provinsi,  produksi tertinggi berada di provinsi Jawa Timur 25.043 ton dengan luas panen 1,215 hektar disusul kemudian urutan kedua adalah provinsi Jawa Tengah sebesar 18.928 ton dengan luas panen 1.023 hektar. Ekspor Indonesia tahun 2010 sebesar 6,1 ribu ton tersebut  mengalami kenaikan 129,6 % dibanding tahun 2009 sebesar 2,7 ribu ton. Kenaikan nilai mencapai 180,2 % dari 2,7 juta pada tahun 2009 menjadi 7,5 juta pada tahun 2010. Volume maupun nilai ekspor Indonesia tahun 2010 merupakan rekor tertinggi. Bagi India, Indonesia juga merupakan pemasok utama, 54,3 % dari total impor India berasal dari Indonesia. Pemasok lainnya adalah Myanmar, Vietnam, China, Nigeria masing-masing dibawah 17 %. Uni Emirat Arab (UEA) merupakan negara tujuan utama baik bagi India, Indonesia dan Malaysia. India sebagai salah satu eksportir terbesar berhasil merebut pasar UEA hampir 16 ribu ton, sedangkan Indonesia hanya bisa merebut 593,7 ton. India juga dapat merebut pasar Malaysia sebesar 9,4 ribu ton, sedangkan Indonesia hanya bisa memasok ke Malaysia sebesar 211 ton. India juga dapat merebut pasar AS sebesar 5,8 ribu ton sedangkan Indonesia hanya merebut 239 ton. Indonesia sebenarnya sudah mulai mengekspor kunyit. Negara yang dituju antara lain Asia (Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Jepang), Amerika, dan Eropa (Jerman Barat dan Belanda).

Kunyit yang sangat bermanfaat dimana kandungan aktif kunyit mengarah kepada penemuan curcumin. Secara eksperimental curcumin efektif mencegah dan memperbaiki luka lambung yang diinduksi oleh phenylbutazone dan aspirin. Curcumin meningkatkan mukus lambung sehingga aktivitas nyeri lambung dapat dijelaskan melalui stimulasi produksi mukus. Percobaan klinis efek kunyit pada penderita dilakukan terhadap 10 pasien. Diharapkan pengembangan budidaya kunyit dalam negeri dapat lebih baik lagi untuk diolah sebagai bahan baku herbal maupun bahan lainnya untuk kedepannya dapat juga memenuhi permintaan pasar ekspor.

Saturday, February 24, 2024

Kopi Liberika Indonesia dalam Potensi Pemasaran Ekspor

 

Potensi Budidaya Kopi Liberika memiliki potensi untuk dikembangkan baik dari segi citarasa, penunjang pariwisata, maupun pengembangan konservasi. Kopi liberica dapat memberikan rasa kopi yang khas dan banyak jasa terhadap lingkungan dengan menyerap karbon dari udara, selain juga memiliki keunggulan yaitu ketahanan terhadap hama penyakit maupun perubahan iklim. Potensi Ekspor Kopi Indonesia trendnya terus menurun sejak 2010 atau tinggal 352.007 ton pada 2011 di karenakan produksi berkurang dan harga di dalam negeri lebih mahal dibandingkan dengan  ekspor. Meskipun volume ekspor anjlok tinggal 352.007 ton, nilai ekspor jauh lebih besar dari perolehan di 2009 dan 2010. Produksi kopi Indonesia tahun 2012 diperkirakan di kisaran 600.000-an ton dari tahun lalu yang juga tidak sampai sebesar 640.000 ton seperti yang diperhitungkan awalnya. Pada tahun 2011 ekspor kopi tercatat 352.007 ton atau turun 21 persen dibandingkan tahun 2010. Dibandingkan tahun 2009, ekspor kopi tahun 2010 juga tercatat menurun 11,4 persen. Tahun 2009 menjadi puncak ekspor kopi Indonesia selama satu dekade terakhir, dengan volume 505.381 ton. Kopi Liberika merupakan kopi yang berasal dari Liberia, Afrika Barat. Kopi ini dibawa oleh Belanda dari Afrika dan ditanam di Indonesia untuk menggantikan kopi jenis Arabica yang rentan terhadap serangan hama. Kopi ini juga dikenal dengan nama “Kopi Nangka” karena aroma kopi ini mirip dengan aroma buah nangka. Untuk kualitas, Kopi Liberika adalah jenis kopi yang terbaik bila di bandingkan jenis kopi lainnya. Bahkan kualitas kopi liberika mengalahkan kualitas kopi Arabika. Hanya saja kopi jenis liberika tidak sepopuler kopi arabika karena harganya yang sedikit lebih mahal dan produksinya yang terbatas. Untuk harga, Liberika dalam bentuk Green Bean di jual dengan harga Rp 35.000/kg, sedikit lebih mahal bila dibandingkan dengan kopi arabika yang umumnya dijual dengan harga Rp.24.000-Rp.28.000/kg. (Sources: Data Media, Data Litbang, Data diolah Hero13)

Masyarakat Tanjung Jabung Barat, Khususnya Kecamatan Bram Itam, Betara, Pengabuan dan Senyerang yang merupakan daerah dataran rendah, berkebun kopi merupakan sumber pendapatan utama. Kondisi tanah gambut dengan tingkat keasaman cukup tinggi, namun tanaman kopi yang dikenal dengan nama “kopi excelsa” justru tumbuh subur. Berdasarkan pengajuan perlindungan produk yang diajukan oleh Masyarakat Perindungan Indikasi Geografis, Mentrian Pertanian Republik Indonesia menetapkan varietas kopi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan nama “kopi liberika tungkal komposit.Menurut data pada akhir tahun 2013 lalu, pemerintah Jambi mengumumkan bahwa produksi kopi Liberika sepanjang tahun 2013 berhasil mencapai angka produksi sebesar 270 ton. Dengan perolehan tersebut, Provinsi Jambi telah berhasil menempatkan namanya di tangga teratas sebagai daerah penghasil kopi Liberika terbesar di Indonesia. Kopi Liberika Tungkal Spesifik Khas Jambi  pada tahun yang sama pemerintah Provinsi Jambi juga mengenalkan kopi Liberika jenis baru. Kopi tersebut dinamakan dengan Kopi Liberika Tungkal Komposit atau disingkat menjadi Kopi Litbtukom. Jenis Kopi tersebut merupakan kopi spesifik Jambi yang mampu tumbuh di dataran rendah, meski di lahan gambut sekalipun. Kopi ini memiliki cita rsa, daun, dan buah yang berbeda dengan kopi Robusta atau Arabica. Jenis kopi Liberika ini berbeda dengan kopi Liberika asli Afrika. harga kopi Liberika memang cukup tinggi. Jika kopi Robusta dipatok mulai dari harga Rp18.000 –Rp20.000/Kg, dan kopi Arabika dengan harga Rp24.000 hingga Rp28.000/Kg, sementara kopi Liberika dibanderol di harga Rp35.000 per kilonya.

 

Wednesday, January 31, 2024

Potensi Kopi Bajawa Flores Peluang Pemasaran

Potensi Kopi arabika Flores berasal dari dataran tinggi kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Komoditas Kopi AFB (Arabika from Bajawa) makin diminati oleh para konsumen di beberapa negara di Amerika dan Eropa. Kopi arabika ini berasal dari Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Ngada dan Kabupaten Manggarai serta Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur yang terdapat di Kepulauan Flores merupakan salah satu daerah penghasil kopi yang dikunjungi dimana Komoditi unggulan yaitu Kopi Bajawa Flores dan Manggarai merupakan Kopi Specialty Indonesia serta pelaku usaha kopi yang ingin bermitra dengan pelaku usaha agribisnis kopi Indonesia khususnya dalam menjalin pengembangan pangsa ekspor Indonesia ke wilayah Asia, Eropa dan Amerika.

Berdasarkan perkebunan kopi di Bajawa adalah perkebunan kopi rakyat yang diusahakan secara turun-temurun oleh sekitar 9.063 petani. Data nilai ekspor kopi AFB pada 2015 mencapai Rp8,2 miliar dan meningkat menjadi Rp10,5 miliar pada 2016. Didaerah ini Unit Usaha Kopi Pengolahan Hasil (UPH) di Bajawa, Kab. Ngada telah menunjukkan hasil yang signifikan dari binaan UPH oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, Kabupaten Ngada. Pada tanggal 13 Juli 2009 yang lalu Direktur Coffee Amerika Serikat, Nicholous Fullmer dengan eksportir asal Indonesia PT. Indokom Citra Persada, Asnawi melakukan kemitraan dalam pengembangan pangsa pasar ekspor Kopi Bajawa Flores ke Amerika. Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan hasil perkebunan Indonesia memiliki cita rasa yang khas yang tidak dimiliki oleh negara lain, meskipun volume ekspor kopi Indonesia berada di urutan ke-4 setelah Brazil, Vietnam, dan Colombia, masih banyak peluang untuk meningkatkannya, karena tidak ada negara yang memiliki varian produk unggulan sebanyak negeri ini.

Sejarah perkopian berawal pada tahun 1696, ketika untuk kali pertama kopi berjenis Arabika. Salah satu propinsi di Indonesia yakni, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Khususnya Kabupaten Ngada dan Kab. Manggarai dan Manggarai Timur memiliki potensi wilayah yang besar dalam pengembangan agribisnis dan ketahanan pangan terutama untuk komoditi tanaman perkebunan. Kabupaten Ngada dan Kab. Manggarai serta Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur yang terdapat di Kepulauan Flores merupakan salah satu daerah yang dikunjungi pada kesempatan ini dimana Komoditi unggulan seperti Kopi Bajawa Flores dan Manggarai merupakan Kopi Specialty Indonesia serta pelaku usaha kopi yang ingin bermitra dengan pelaku usaha agribisnis kopi Indonesia khususnya dalam menjalin pengembangan pangsa ekspor Indonesia ke wilayah Asia, Eropa dan Amerika.

Unit Usaha Kopi pengolahan Hasil (UPH) di Bajawa, Kab. Ngada telah menunjukkan hasil yang signifikan dari binaan UPH oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, Kabupaten Ngada. Pada tanggal 13 Juli 2009 yang lalu Direktur Coffee Amerika Serikat, Nicholous Fullmer dengan eksportir asal Indonesia PT. Indokom Citra Persada, Asnawi melakukan kemitraan dalam pengembangan pangsa pasar ekspor kopi Bajawa Flores ke Amerika. Dengan adanya pembentukan suatu Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis untuk memproteksi dan mempromosikan suatu hak paten dari wilayah tertentu. Pata tanggal 26 Mei 2009 yang lalu telah dirancang dalam pembentukan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, Kabupaten Ngada dari 12 UPH Kopi Arabica. Adapun beberapa UPH aktif yang merupaka unggulan untuk pengembangan Kopi Arabica Bajawa Flores: UPH Wongo Wali, UPH Lobo Wutu di Wawohae, UPH Famasa di Beiwali, UPH Papataki di Langa, UPH Sukamaju di Ubedomulo. Untuk areal Kopi Arabica di Bajawa dengan luas kurang lebih 6000 Ha. Tahun 2009 yang lalu sebanyak 50 Ton Arabica Bajawa Flores di kirim ke Amerika. Dan 12 Unit UPH ini memproduksi 150 ton/ tahun. Arabica Bajawa Higland original dari Flores pada tahun 2009 dengan harga ekspor kopi yakni Rp. 26.800,/kg. Tahun 2011 harga gelondong merah (buah kopi masak dipetik dari pohon) yang dijual petani ke UPH sekitar Rp 6.000 per kg, dan kopi biji kering yang dijual ke eksportir Rp 51.000 per kg.

Kopi Bajawa yang produksinya secara keseluruhan dibuat secara tradisional dan sederhana, mulai dari pengeringan, penggilingan, hingga cara memasukkan ke dalam kemasan. Selain itu Kabupaten Manggarai Propivinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki Unit Pengolahan Hasil (UPH) salah satunya Pocoranaka merupakan UPH percontohan demikian juga UPH Wela Waso, Kelurahan Waso, Kec. Langke Lembong dan UPH Kopi Lo’o poco, desa Cumbi, Kec. Ruteng, Kabupaten Manggarai, dengan luas Hektaran kurang lebih 12.000 Ha. Untuk daerah Kabupaten Manggarai produksi per tahun 486 Ton dari UPH Lleda, P. Ranaka, Borong, K.Komba, Elar, S. Rampas. Indikasi Geografis (IG) untuk Kopi Bajawa akan membantu Kelompok Tani, Pelaku Usaha adalah nama suatu daerah atau kekhasan lokal tertentu, dan mencirikan suatu produk yang dihasilkan dari daerah tersebut atau kekhasan lokal tertentu.  IG dapat memberikan nilai tambah dan memberikan perlindungan terhadap hal-hal yang telah diadopsi oleh para produsen dalam hal persyaratan yang diperlukan dan pendekatan yang telah ditentukan. Mereka dapat memberikan informasi yang lebih rinci kepada para konsumen mengenai hal ihwal asal dan mutu produk (tempat, proses, pelaksanaan verifikasi, dll). Untuk pasar global sekarang ini peran Perlindungan Indikasi Geografis dirasa begitu penting, dimana masyarakat produser lokal membutuhkan perlindungan hukum terhadap nama asal produk agar tidak dipergunakan oleh pihak lain untuk melakukan persaingan curang, selain itu Indikasi Geografis memegang peranan penting dalam memberikan daya tarik kepada para konsumen nasional maupun Internasional. Mereka menjamin bahwa produk dapat dirunut asal muasalnya (traceability). Kegiatan pengembangan industri kopi dengan latar indikasi geografis sangat bermanfaat bagi kelompok tani di Kabupaten Ngada dan Kabupaten Manggarai untuk mempatenkan produk suatu daerah yang nantinya juga sangat bermanfaat dalam suatu brand image suatu daerah. Petani masih membutuhkan bantuan untuk mesin pengolahan kopi dan bantuan penguatan modal. Petani juga perlu informasi untuk harga pasaran kopi domestik dan luar negeri tentunya untuk menjaga kestabilan harga dipasaran serta juga untuk lebih meningkatkan mutu kopi olahan yang dihasilkan. Diharapkan potensi pengembangan kopi daerah ini dapat dikembangkan dengan kerjasama diberbagai pihak didalam pengembangannya. Diharapkan dan dianjurkan kerjasama instasi setempat terus membina petani / kelompok tani dan memanfaatkan semaksimal mungkin demi kesejahteraan petani kopi. (Sumber: sumber terkait data Disbun NTT hasil survey lapangan, data diolah FHero Purba)


Wednesday, December 20, 2023

Potensi dan Peluang Bisnis Kopi Arabika Kintamani Bali

 

Mengenal ciri khas asal dari Kopi Kintamani yang ditanam di ketinggian 900-1000 mdpl di dekat Gunung Batur.Untuk produktivitas kopi Arabika Kintamani tentunya terjadi perubahan dari waktu ke waktu karena beberapa faktor. Menurut sejarah yang berkembang, wilayah penanaman kopi Arabika Kintamani Bali mengalami penyusutan akibat meletusnya Gunung Batur sebanyak beberapa kali pada tahun 1917, 1948 dan 1977 serta meletusnya Gunung Agung pada tahun 1963 sehingga tingkat produktivitasnya juga menurun. Sekitar tahun 1979 pada Dinas Perkebunan Provinsi Bali mulai berupaya untuk meningkatkan produktivitas serta budidaya kopi di wilayah Kintamani.

Jenis Kopi arabika yang tumbuh di kawasan wisata Kintamani, memiliki keunggulan yang diakui konsumennya mancanegara, di antaranya citarasa yang khas, tahan hama penyakit, berbuah lebat serta produktivitas tinggi. Gelondong merah dipetik secara manual dan dipilih dengan cara seksama dengan persentase gelondong merahnya 95%. Kopi gelondong merah selanjutnya diolah secara basah. Karakteristik Kopi Kintamani Bali (biji kopi dan citarasa) telah diteliti secara mendalam sejak 2003. Pada tahun 2003-2004 dan 2006 telah diambil ratusan sample yang dianalisis oleh para ahli kopi di-PPKKI (Jember) dan cirad (montpelllier, Perancis). (Sumber data: Berbagai data Perkebunan dan Infomedia, data diolah FHKP). kopi Kintamani memiliki potensi tanam pada luas wilayah 14.000 ha. Saat ini hanya dimanfaatkan sekitar 7.000 ha dan sekitar 3.000 sampai dengan 4.000 ha yang murni ditanani pohon kopi. Beberapa petani beralih ke tanaman lain seperti jeruk ataupun sayur mayur, saat harga biji kopi yang baru dipetik dengan harga relatif murah yaitu Rp, 5.000 sampai dengan Rp. 6.000 per kilogram. Namun, sebagai sebuah komoditi yang strategis. Potensi pasar ekspor kemasan modern dan berkualitas dari kopi arabika Kintamani di kemas dengan baik. (Sumber: Data Disbun, media terkait, data diolah F. Hero Purba)

Thursday, November 30, 2023

Potensi Pengembangan Akses Pasar Ekspor Excelsa Jawa Timur

Varietas Kopi Excelsa merupakan salah satu varietas kopi yang populer dan paling dikenal di dunia yakni Robusta, Arabika, Liberica, dan Excelsa. Kopi Excelsa dihasilkan dari perkebunan di lereng Gunung Anjasmoro Wonosalam Jombang.Penghasil kopi Excelsa terbesar di Indonesia. Hamparan tanaman kopinya terbentang di kaki Gunung Anjasmoro yang berbatasan dengan Kabupaten Kediri, Malang, dan Mojokerto. Dusun Pucangrejo, Desa Wonosalam, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang mengatakan sebagai kawasan penghasil kopi  petani kopi Wonosalam terus berjuang menembus pasar nasional dan dunia. kapasitas produksi petani kopi Wonosalam mencapai 20 ton per tahun. Untuk harga jual biji (green bean) Excelsa juga lebih murah dibanding Robusta dan Arabica, yakni sekitar Rp 85.000 per kilogram di tingkat petani.

Potensi sektor pertanian pada produk kopi excelsa di Desa Sumberjo, Kecamatan Wonosalam perlu dioptimalkan dan diharapkan mampu didorong menjadi daya saing daerah, dan berimplikasi pada akselerasi dalam mewujudkan model pembangunan yang inklusif. Kopi Excelsa masuk pada Penetapan dan pengembangan Produk Unggulan Daerah Jombang. Kopi Excelsa merupakan jenis kopi yang memiliki rasa buah Nangka yang cenderung asam dan aromanya tajam. Sehingga rasa kopi Excelsa cukup otentik, perpaduan rasa asam, manis, asin dan juga sepat dan juga gurih menjadi ciri khas rasanya. Cita rasa kopi Excelsa lembut dan memiliki kadar kafein dibawah robusta. Bentuk biji kopi Excelsa ini cukup unik mirip dengan tetesan air dan berukuran kecil. Kopi Excelsa (Coffea liberica var. dewevrei) secara taksonomi tergolong dalam sub-seksi Pachycoffea, satu kelompok dengan kopi Liberika (Coffea liberica Bull ex Hiern) dan masuk dalam kelompok Liberoid, namun berbeda kelompok dengan kopi Arabika (Arabikoid) maupun kelompok kopi Robusta (Robustoid) (Udarno & Setiyono, 2015). Harapan petani kopi liberika di Excelsa Jombang untuk terus maju dan meningkatkan kemampuan produktivitas kopi Excelsa sehingga bisa terkenal lebih luas di mancanegara. (Sumber: Data Disbun, media terkait, data diolah F. Hero Purba)

Wednesday, November 8, 2023

Potensi dan Peluang Kopi Semendo, Sumatera Selatan dalam Pengembangannya

Potensi pengembangan agribisnis Kopi yang diusahakan oleh rakyat di Sumatera Selatan adalah jenis kopi robusta. Kopi robusta Semendo memang cukup terkenal di Provinsi Sumatera Selatan. Mutu kopi yang dihasilkan petani relatif masih rendah. Rendahnya mutu produksi kopi robusta terutama disebabkan oleh pengelolaan kebun, panen dan penanganan pasca panen yang kurang memadai karena hampir seluruhnya kopi robusta diproduksi oleh perkebunan rakyat. Disamping itu, pasar kopi masih menyerap seluruh produk kopi dan belum memberikan insentif harga yang memadai untuk kopi bermutu baik. Kopi khas Provinsi Sumatera Selatan tersebar di lahan sekitar 276.864 Ha atau 11,98% dari total luas areal perkebunan di Sumatera Selatan, dengan produksi sekitar 160.665 ton pada tahun 2011 (Disbun Sumsel, 2012). Pada tahun 2008 produksi kopi di Sumatera Selatan telah mencapai 155.372 ton terbagi dalam beberapa daerah penghasil kopi.  Sebagian besar perkebunan kopi tersebut diusahakan oleh petani secara tradisional. Kopi yang diusahakan rakyat di Sumatera Selatan adalah jenis kopi robusta. 

Gabungan Kelompok Tani /Gapoktan Semende Coffee "Tunggu Tubang" Kopi Bubuk Asli Semende yang di Produksi oleh Kelompok Tani Tunggu Tubang Muara Enim,  Provinsi Sumatera Selatan. kopi robusta yang terbuat dari biji kopi pilihan terbaik dari tanaman kopi yang berasal dari perbukitan tertinggi daerah Semendo, yang terletak di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Kopi Semendo merupakan salah satu produk kopi yang tergolong spesial dan asli Sumatera Selatan. Kopi semendo ini diminati oleh banyak orang. Kopi semendo mempunyai bau yang khas dan harum mungkin karena diolah secara tradisional, diambil dari buah yang matang, bijinya dijemur hingga kering, disanggrai hingga masak dan ditumbuk halus oleh masyarakat setempat. pada umumnya masyarakat setempat menjual biji kering kepada pengumpul, dan dari pengumpul di bawa ke pabrik. Kopi bubuk Semendo dengan harga beli premium, yakni 7 dollar AS (sekitar Rp.125.000) per kilogram.  Saat ini ulai bibit, olah tanam, naungan, proses panen, proses penjemuran, proses pengolahan. Lain semua, termasuk harga. Jauh berbeda, dua kali lipat lah. Kalau arabika kan dari menjual untuk buah ceri kopi saja sudah lumayan. Petani nggak perlu jemur lagi. Rp 6.000 per kg.  Pangsa pasar ekspor kemasan modern dan berkualitas dari kopi Semendo di kemas dengan baik. (Sumber: Data Disbun, media terkait, data diolah F. Hero Purba)