Indonesia merupakan negara penghasil rumput laut ketiga di dunia, yakni
sebesar 2,6 juta ton per tahun pada 2013. Pada Tahun 2011 untuk
produksi rumput laut secara keseluruhan mencapai 4.305.027 ton. Sebanyak 95.200
ton merupakan produksi rumput laut jenis glacillaria kering mencapai
95.200 ton, utamanya berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan, sedangkan Provinsi
Jawa Barat baru memberikan kontribusi sebesar 2,4 persen atau sebesar 2.300
ton. Sebagai catatan, tahun 2011 Indonesia juga telah mengekspor agar-agar
sebesar 1.827 ton dengan nilai total 12,6 juta dolar. Untuk menunjang optimalisasi rumput laut tersebut. Dengan
begitu setiap daerah memiliki kemampuan untuk membudidayakan rumput laut Beberapa
negara, seperti Jepang, rumput laut merupakan bagian integral dari masakan.
Begitu banyak jenis sayuran laut diidentifikasi dengan nama jepang mereka.
Rumput laut juga tinggi zat yang disebut polisakarida sulfat, yang ditujukan
untuk antikoagulan, antimikroa, antioksidan, dan aktivitas antikanker.
Polisakarida termasuk fukoidans di ganggang coklat, carrageenans dalam alga
merah, dan ulvans di ganggang hijau. (Sources, photo.SH News.Co, Tribune, KKP,
artikel, data diolah F. Hero K. Purba)
Berdasarkan jenisnya, ada 34 jenis
algae merah yang ditemukan di perairan Indonesia yang mempunyai nilai ekonomis
yaitu Acanthophora, Actinotrichia, Amansia, Amphiroa, Chondrococcus,
Corallina, Eucheuma, Galacaura, Galidiella, Gigartina, Gracilaria, Halymenia,
Hypnea, Laurencia, Rhodymenia, Titanophora, dan Porphyra.Di
Indonesia jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan di antaranya adalah
Euchema Cottonii dan Gracilaria spp. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia
yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya rumput laut ini di
antaranya berada di wilayah pesisir Kepulauan Seribu, Provinsi Kepulauan Riau,
Pulau Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua. Rumput laut Eucheuma Cottonii
mempunyai ciri-ciri yaitu thallus silindris, percabangan thallus berujung
runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan- tonjolan), berwarna cokelat
kemerahan, cartilageneus (menyerupai tulang rawan atau muda), percabangan
bersifat alternates (berseling), tidak teratur serta dapat bersifat dichotomus
(percabangan dua-dua) atau trichotomus (system percabangan tiga-tiga) Rumput
laut Eucheuma Cottonii memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesa. Oleh
karena itu, rumput laut jenis ini hanya mungkin dapat hidup pada lapisan fotik,
yaitu pada kedalaman sejauh sinar matahari masih mampu mencapainya. Pemerintah
selama ini berusaha mengembangkan industri rumput laut nasional yang sejalan
dengan program pembangunan sektor dan pengembangan komoditi lainnya, terutama
dalam hal pro-job, pro-poor dan pro-growth.
Menurut informasi bahwa Jenis ganggang
coklat yang berpotensi mengobat kanker tersebut adalah Turbinaria decurrens.
Lewat pengujian, peneliti dari kedua lembaga tersebut mengetahui bahwa Turbinaria decurrens mampu membunuh sel
tumor mulut rahim. Informasi bahwa golongan ganggang atau rumput laut bisa
mengobati ini sel kanker bukan pertama kalinya. Sebelumnya, ganggang merah
jenis Rhodymenia palmata dan ganggang hijau jenis Ulva fasciata juga dilaporkan
bisa membunuh sel tumor payudara. Sementara itu untuk nilai ekspor komoditas
rumput laut pada 2010 naik 40,70% menjadi US$ 8 juta dibanding 2009 sebesar US$
98,08 juta. Volume ekspor rumput laut juga naik dari 95.797 ton pada 2009
menjadi 114.000 ton pada 2010. Badan Pusat Statistik mencatat volume impor
karaginan dan agar-agar hasil olahan rumput laut Indonesia terus meningkat
yaitu mencapai 1.320.818 ton untuk karaginan, dan 903.860 ton untuk agar-agar
pada 2011. Impor karaginan pada 2009 mencapai 735.260 ton, dan pada 2010
mencapai 1.257.499 ton. Sementara impor agar-agar baru mencapai 490.576 ton
2009 dan mencapai 750.164 ton pada 2010. Dengan demikian rumput laut dapat
dibudidayakan dengan baik, jika memiliki akses pasar yang sustainable dan
rantai pasok yang cukup, dimana cukup banyak permintaan untuk pangsa pasar
Internasional.
No comments:
Post a Comment