Pemanfaatan tanaman
Lontar (Borassus flabellifer) cukup banyak mulai
dipergunakan. Niranya dapat dibuat minuman segar dan makanan penyegar/pencuci
mulut berkalori tinggi, cuka atau kecap, dan gula lontar/gula lempeng/gula
semut. Buahnya untuk manisan atau buah kalengan, kue, selai dan obat kulit
(dermatitis) dan daging buahnya untuk bahan dempul. Bunganya atau abu mayang
untuk obat sakit lever, dan daunnya dapat dimanfaatkan untuk bahan kerajinan
tanganBiji Lontar yang lunak ini
kerap diperdagangkan di tepi jalan sebagai “buah siwalan” (nungu, bahasa
Tamil). Biji siwalan ini dipotong kotak-kotak kecil untuk bahan campuran
minuman es dawet siwalan yang biasa didapati dijual didaerah pesisir Jawa
Timur, Paciran, Tuban.
Untuk daging buah yang tua, yang kekuningan dan berserat, dapat dimakan segar ataupun dimasak terlebih dahulu. Cairan kekuningan darinya diambil pula untuk dijadikan campuran penganan atau kue-kue; atau untuk dibuat menjadi selai. (Sumber: Litbang Pertanian, data diolah FheroPurba). Dalam potensi dari nilai ekonominya cukup tinggi, tanaman lontar merupakan tanaman liar dan pemanfaatannya oleh masyarakat masih bersifat tradisional. Sampai saat ini belum ada upaya budidaya tanaman lontar sehingga populasnya cenderung menurun.
Pohon lontar banyak
tumbuh di pulau Timor, Rote, Sabu dan Raijua. Perkembangannya sejak lama pohon
lontar dijadikan salah satu sumber makanan dan minuman bagi masyarakat NTT,
salah satu produk spesifik dari pohon lontar adalah Gula Air Sabu yg sangat
terkenal. Lontar
dapat beradaptasi di daerah kering dengan curah hujan 500-900 mm/tahun, namun
dapat tumbuh juga di daerah dengan curah hujan sampai 5.000 mm/tahun. Luas
areal pertanaman lontar mencapai 15.000 ha di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Madura dengan populasi 500.000 tanaman. Selain itu, perkebunan lontar terdapat
di Nusa Tenggara Timur (Pulau Rote dan Sabu), Sulawesi, kepulauan Sunda Kecil,
Maluku dan Papua, kDi Asia dan Afrika, lontar tumbuh baik pada tanah berpasir
dan tanah yang kaya bahan organik yaitu pada tanah alluvial subur di tepi
sungai. Untuk strategi dan pengembangannya ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam tantangan dan peluang yang dihadapi dalam pengembangan
lontar untuk bioetanol adalah (1) masa pohon produktif nira yang sangat lama,
sehingga kurang menarik untuk membudidayakan lontar, (2) secara turun–menurun,
masyarakat telah memanfaatkan nira sebagai bahan baku minuman, dan (3) teknik
budidaya lontar belum dikenal masyarakat. Diharapkan dimasa mendatang
pengolahan tanaman lotar dapat dimanfaatkan secara optimal.
No comments:
Post a Comment