Pemanfaat Tumbuhan Langka Papua Menjadi Sumber Diversifikasi Pangan

Papua yang kaya akan keanekaragaman hayati secara keseluruhan belum banyak disentuh oleh aktivitas manusia dan kaya akan sumber daya alam yang menyajikan peluang untuk berbisnis dan berkembang, meskipun rakyat Papua asli belum bisa menikmati kekayaan alam mereka di tanah mereka sendiri.Daerah Papua dengan keanekaragamanan jenis flora diduga berkisar antara 20.000-25.000 jenis merupakan daerah yang memiliki keanekaragaman jenis flora tertinggi di Indonesia. Tumbuhan asli Papua yaitu Taer (Anisoptera thurifera ssp.polyandra), Waribo (Borassus heineanusBeccarii), Piarawi (Haplolobus cf.monticola Husson), Gayang (inocarpus fagifer), Selre (Sararanga sinuosa), Woton (Sterculia shillinglawi). Buah Taer dimanfaatkan bijinya oleh masyarakat suku wondama di pulau yop meos kabupaten Teluk Wondama sebagai pengganti kacang hijau. (Sources data: antara, subagiyio, data botani, Litbang Kehutanan Papua, data diolah F. Hero K. Purba).

Selain hal tersebut cirri makanan khas papua yakni sagu dimana Masyarakat Papua secara tradisional membedakan pohon sagu sampai dua belas jenis, masing-masing sesuai dengan batang dan durinya yang terdapat di pelepah. Di antaranya makbon, yang di Ambon disebut sagu nona. Entah kenapa dinamai sagu nona, yang jelas durinya banyak dan rapat. Lalu amber yang durinya besar-besar dan banyak. Yang pelepahnya polos, tanpa duri sama sekali, namanya Snaafe. Yang berbatang dan berpelepah besar disebut sworu, dan masih dibedakan lagi menjadi tiga macam. Ada lagi jenis ronggu, yang berbatang dan berpelepah besar. Di Pulau Biak ada jenis sagu ini biasa ditanam sebagai pembatas kepemilikan lahan sagu antara satu klan dengan klan lain. Daerah Papua ada juga jenis buah matoa yang dikenal dua jenis Matoa, yang pertama adalah matoa kelapa dan yang lainya adalah matoa pepeda. Ciri yang membedakan keduanya adalah pada buahnya, matoa kelapa buahnya memiliki cirri daging buah yang kenyal sedangkan matoa pepeda memiliki ciri buahnya lembek dan lengket. Sebagai tantangan dan kendala kompleksitas persoalan dan tantangan yang dihadapi dalam upaya pemantapan ketahanan pangan berbasis kemandirian dan kearifan lokal, tambahnya, memerlukan adanya sinergi dan harmonisasi antar stakeholders.

Diversifikasi pangan dalam pemanfaatan sumber pangan yang berasal dari keanekaragaman flora di bumi Papua oleh masyarakat lokal perlu dilakukan. pangan pokok lokal tersebut dapat dikembangkan menjadi produk pangan unggulan dengan memanfaatkan rekayasa teknologi.  Rekayasa teknologi ini mampu memperbaiki produk pangan, baik meliputi nilai gizi, organoleptik, keamanan, kegunaan, keawetan dan kepraktisan. 

Untuk itu dalam mengatasi krisis pangan adalah bukti anomali negeri ini dan merupakan masalah klasik negeri ini. Krisis pangan saat ini terjadi dimana kebutuhan pangan Indonesia telah tergantung kepada impor, dan harganya naik tak terkendali. Krisis pangan menjadi ancaman Indonesia semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi. Perlunya kesinergian antara petani, pelaku usaha, pemerintah setempat dan pemerintah pusat dalam membangun Papua pada khususnya serta seluruh wilayah Indonesia yang memilki potensi lokal.