Potensi
pengembangan pohon pisang abaca di Indonesia sebenarnya sangat potensial,
tetapi kecenderungan untuk budidaya jenis pohon pisang ini tidak begitu
kelihatan kecenderungan dalam kancah dunia agibisnis beberapa dekade ini. Pohon
Pisang Abaca kembali mendapat perhatian para pelaku bisnis. Membaiknya harga
serat Abaca berlangsung seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan serat
berkualitas tinggi untuk bahan baku kertas uang, kertas chaque dan berbagai
kertas yang termasuk dalam sequrity papers lainnya, memiograph,
kantong teh celup, tissue, dan lain-lain juga untuk tekstil, geotekstil, dan
karpet.Peluang pasar serat Abaca di pasar global cenderung terbuka luas. Permintaan
dari Jerman, Belanda, Prancis, Jepang, Spanyol, Denmark, Amerika, Inggris, dan
Kanada terus meningkat.
Pisang Abaka (Abaca, Musa textilis), memang jenis pisang asli Filipina. Abaka
juga disebut Manila hemp, Cebu hemp, dan Davao hemp. Istilah hemp sendiri, berasal dari bahasa
Inggris kuno hænep, hingga di sekolah kita sering diberi tahu pak guru tentang
pohon pisang penghasil “manila henep”. Hemp adalah istilah untuk komoditas
serat dari tanaman ganja (Cannabis sativa L. subsp. sativa var. sativa). Hingga
serat abaca pun diberi sebutan manila hemp, untuk membedakannya dengan hemp
asli yang berasal dari tanaman Canabis. Abaka adalah komoditas penghasil serat
nabati yang cukup penting. Itulah sebabnya tahun 1925, pemerintah Kolonial
Belanda pernah mengembangkan abaka secara besar-besaran di Sumatera Utara.
Tahun 1930, pemerintah Inggris juga menanam komoditas ini di Sabah
dan Serawak, Kalimantan Utara. Pada tahun-tahun itu, Departemen Pertanian AS
(USDA), juga menyeponsori usaha pengembangan abaka di Amerika Tengah. Di
Filipina sendiri, abaka sudah dikebunkan secara komersial sejak tahun 1800an.
(Sources: Foragri, data media artikel majalah,Wikipedia, data diolah F. Hero K.
Purba).
Pada pisang abaka
yang diambil adalah serat abaka diambil terutama dari bagian batang. Batang
pisang, sebenarnya merupakan batang semu, yang terdiri dari lembaran pelepah
daun yang menyatu. Batang aslinya pisang beruba bonggol yang berada dalam
tanah. Lembaran-lembaran pelepah daun inilah yang selanjutnya akan diproses
untuk diambil seratya. Dalam satu batang abaka berdimeter 30 – 40 cm, bisa
diperoleh antara 12 sd. 25 lembar pelepah daun. Selain terdiri dari serat
selulosa, pelepah abaka juga mengandung lignin, dan pektin. Setelah
lignin dan pektin, dihilangkan, serat abaka disebut sebagai manila, atau manila
hemp.
Apabila dianalisa
secara agronomis bahwa dalam budidaya penanaman pisang abaca di Indonesia
sangat sesuai, mengingat tanaman pisang abaca adalah tanaman yang berasal dari
daerah tropis. Selain itu pisang ini sudah pernah dikembangkan secara komersial
dalam areal yang besar. Sedangkan dukungan ketersediaan lahan sangat
memungkinkan untuk di kembangkan misalnya di daerah Kalimantan, Sulawesi,
Maluku Utara (terutama Halmahera), Irian Jaya sebagian Sumatera dan Jawa,
tentunya untuk lokasi-lokasi yang memiliki agroklimat yang sesuai untuk tanaman
ini. Diharapkan pembudidayaan pisang abaca ini dapat menjadi para perhatian
dalam pengembangan potensi usaha agribisnis.
No comments:
Post a Comment