Sumber
Pemanfaatan bioetanol
dapat berupa singkong, ubi jalar, tebu, jagung, sorgum biji, sorgum manis,
sagu, aren, nipah, lontar, kelapa dan padi. Sumber bioetanol yang cukup potensial
dikembangkan di Indonesia
adalah singkong (Manihot esculenta). Bioetanol yang berasal singkong (cassava) dipilih
sebagai energi alternatif yang cukup potensial karena pada dasarnya tumbuhan
singkong (ketela pohon) memiliki kandungan pati, gula atau selulosa yang bisa
dimanfaatkan dalam proses pembuatan bahan bakar alternatif. Melimpahnya bahan
baku singkong dan mudahnya proses pembuatan bahan bakar tersebut, menjadikan
bioetanol singkong sebagai alternatif tepat bagi masyarakat. Ketika kondisi
harga BBM merangkak naik, bioetanol singkong dipilih masyarakat sebagai salah
satu energi pengganti yang diharapkan bisa dimanfaatkan dengan baik. Bahan baku
untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang
secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum
manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn),
singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya.
Persiapan bahan baku beragam bergantung pada jenis bahan bakunya, sebagai
contoh kami menggunakan bahan baku
Singkong (ubi kayu). (Berbagai sumber terkait, media, artikel surat khabar,
data diolah F. Hero K. Purba).
Bioethanol merupakan ethanol yang bahan utamanya
dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses fermentasi. Ethanol atau ethyl
alkohol C2H5OH berupa cairan bening tak berwarna, terurai secara biologis
(biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi udara yg besar
bila bocor. Ethanol yg terbakar menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air. Singkong (Manihot esculenta)
yang dibudidayakan untuk akar berbonggol nya tepung
dan tumbuh secara
eksklusif di negara berkembang yaitu
Afrika, Amerika Latin dan Asia, dan Oseania (FAOSTAT,13 November 2009). Singkong merupakan sumber karbohidrat terbesar ketiga di daerah tropis setelah padi dan jagung, dan
merupakan pokok bagi lebih dari
600 juta orang (FAO, 2002). Ada dua jenis
ubi kayu, manis dan
pahit varietas. Singkong
manis biasanya dikonsumsi
sebagai makanan manusia, singkong
pahit digunakan sebagai pakan ternak atau diolah lebih lanjut menjadi tepung atau pati sebagai masukan industri menengah. Tanaman ini memiliki ciri-ciri perkembangan intrinsik.
Budidaya ubi kayu memerlukan input rendah dalam hal pupuk, air,
dan tenaga kerja pertanian. Tanaman tumbuh subur bahkan
ketika di miskin hara tanah, dan sering dipilih
oleh para petani marjinal dan modal-miskin. Akar
bisa disimpan di bawah tanah tanpa kehilangan nilai gizi sampai dua tahun, menjadikannya
sebagai keamanan tanaman pangan
penting (Vessia, 2007).Adapun dampak positif penggunaan bioethanol berbahan
singkong sebagai bahan bakar terhadap perekonomian nasional dan lingkungan
adalah Subsidi BBM akan berkurang secara signifikan sehingga bisa dialokasikan
ke sektor lain, dan akan mengurangi polusi udara mengingat bioethanol yang
ramah lingkungan.
Memastikan rantai pasokan yang
berkelanjutan untuk etanol dari
singkong, kenaikan harga singkong untuk keperluan makanan harus dihindari. Ini bisa
mengambil tempat untuk permintaan untuk pakan akan menurun, tetapi hal ini tidak mungkin terjadi.
Produksi etanol bisa membuat volume
singkong tambahan yang tersedia dengan mengeringkan volume yang sekarang hilang karena masalah penyimpanan. Peningkatan hasil yang penanaman singkong
pada lahan tidur dapat
memberikan volume singkong
tambahan yang tujukan untuk menjadi etanol. Untuk rantai pasokan benar-benar
berkelanjutan kriteria ekologis harus
ditangani, seperti penyimpanan karbon
dalam system penggunaan lahan sebelumnya,
penurunan keanekaragaman - hayati, kualitas tanah, penggunaan air dan polusi. Kriteria sosial,
seperti kondisi kerja dan
penghormatan untuk mendarat tepat,
harus diperhitungkan dengan baik. Adanya usaha produksi bioetanol dari
Singkong berskala kemasyarakatan dan industri besar, diharapkan banyak singkong
yang akan terserap sehingga harganya akan lebih kompetitif
No comments:
Post a Comment