Indonesia
memiliki 29 Provinsi yang merupakan daerah penghasil cabai merah dengan tingkat produksi yang beragam
yaitu 10 - 172 ton per tahun. Propinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Sumatera Utara merupakan kontributor utama produksi cabai merah nasional. Harga pasar cabai sering
berfluktuasi cukup tajam, seringkali mempengaruhi menurunkan minat petani untuk
membudidayakannya. Pemasaran Cabai industri dan cabai konsumsi, yang tergolong
cabai industri antara lain cabai kering (cabai utuh dengan kadar air sekitar
14%), cabai saus (cabai yang dicampur dengan bahan lain seperti pepaya, pisang,
singkong, dan umbi lainnya), cabai bubuk kasar, dan cabai bubuk halus.
Sedangkan cabai konsumsi umumnya dalam bentuk segar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik/ BPS, produksi cabe
pada 2013 mencapai 1,72 juta ton dimana terdiri dari 1,03 juta ton cabe
keriting dan 689 ribu ton cabe rawit merah dan hijau. minat petani cabai bila
memang terjadi pada musim panen 2014, akan membuat tingkat importasi meningkat
pada tahun depan. HPP cabai yang diusulkan Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia
Jawa Timur, yakni Rp6.000-Rp7.000/kg untuk cabai besar, Rp6.000-Rp7.000/kg
untuk cabai keriting, dan Rp8.000/kg untuk cabai rawit. Produksi dan kualitas
cabai yang naik turun membuat harga di
pasaran harga cabai merah, keriting, dan rawit di tingkat petani saat ini
masing-masing Rp4.000/kg, Rp3.000/kg, dan Rp4.000/kg. Cabai rawit merah
mengalami hal serupa, anjlok Rp 6.000 dari harga normal per kilogramnya.
Penurunan tajam juga dialami cabe hijau besar yang turun Rp 7.000 per kilo,
dari harga normal di kisaran Rp 18.000 sampai Rp 20.000 per kilo.
Cabai
(Capsicum annuum L.) merah adalah salah komoditas perdagangan, sehingga
pengusahaan ditingkat petani bersifat
komersial yang dicirikan hasilnya berdasarkan permintaan pasar. Kenaikan harga
cabe beberapa pekan terakhir, membuat pemerintah kembali mengandalkan pasokan
impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.Berdasarkan data bahwa harga cabe
di pasar domestik pada bulan Agustus 2012 turun sebesar 9 % dibandingkan bulan
Juli 2012. Harga cabe di pasar domestik pada bulan Agustus 2012 naik sebesar 53
% dibandingkan bulan Agustus 2011. Harga cabe secara nasional cenderung
berfluktuasi dengan koefisien keragaman harga bulan Agustus 2011 sampai dengan
bulan Agustus 2012 sebesar 16 %.
Disparitas
harga cabe antar wilayah pada bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Agustus
2012 cukup tinggi dengan koefisien keragaman harga antar wilayah sebesar 33%.
Konsumen pembeli Cabe saat ini banyak beralih membeli cabe impor karena harga
cabe lokal masih sangat tinggi selain itu rasanya pun tidak kalah pedas,
dibanding cabe lokal. Banyaknya pasokan cabe impor dikeluhkan pedagang yang
biasa menjual cabai lokal. Masuknya cabe impor ke dikhawatirkan di Indonesia
pasaran cabe lokal dan ini sangat merugikan pedagang cabai lokal maupun para
petani. (Sources data media terkait, data diolah F. Hero K. Purba).
Beberapa
langkah yang dilakukan oleh para petani juga pedagang mengatasi rendahnya cabai
merah belum ada solusinya karena cabai merah tidak tahan lama, kurang dari
sepekan kualitas sudah berubah menunggu dua pekan membusuk paling dimanfaatkan
oleh pedagang bumbu sebagai bahan cabai merah kering. Harga
cabai merah sebelumnya sempat dikeluhkan oelh konsumen karena para pedagang
menjual dengan harga sekitar Rp 65 ribu-Rp 70 ribu per kg bahkan sampai Rp. 100
ribu. Kenaikan harga cabai merah ketika itu disebabkan harga bahan bakar minyak
(BBM) naik.
Pasar
tradisional di Jakarta membutuhkan cabe merah setiap harinya sebanyak 75 ton,
dan di pasar tradisional Bandung membutuhkan 32 ton per hari, yang semuanya
berasal dari Brebes. Dalam usahatani komoditi cabe merah pada akhirnya untuk
memperoleh pendapatan dan tingkat keuntungan yang layak dari usahataninya.
Kegairahan petani untuk meningkatkan kualitas produksinya akan terjadi selama
harga produk berada di atas biaya produksi. Komoditi cabai merah selain harga juga
menjanjikan memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, juga mempunyai nilai ekonomi
tinggi. Pemanfaatannya sebagai bumbu masak atau sebagai bahan baku berbagai
industri makanan, minuman dan obat-obatan membuat cabai merah semakin menarik
untuk diusahakan sebagai usaha agribisnis yang memiliki prospek.