Pertanian yang senantiasa
memikirkan rakyat perlu diperhatikan dengan melihat potensi yang ada dalam
setiap wilayah potensi. Globalisasi ekonomi terutama bidang agribsinis dan
tantangan ekonomi dalam supply dan demand merupakan suatu proses yang
menyebabkan semakin terintegrasinya berbagai aspek perekonomian suatu negara
dengan perekonomian dunia. Misalnya, pembentukan harga komoditas di setiap
negara semakin terintegrasi dengan dinamika pasar dunia dan preferensi konsumen
di seluruh negara dalam aspek tertentu semakin mengarah kepada preferensi yang
bersifat universal akibat globalisasi informasi.Sistem dalam pertanian
berkelanjutan dipandang sebagai suatu paradigma ilmu. Sistem pertanian
berkelanjutan sebagai paradigma ilmu membuat khalayak yang mempercayainya
hendaknya (a) mengetahui apa yang harus dipelajarinya, (b) apa saja
pernyataan-pernyataan yang harus diungkapkan, dan (c) kaidah-kaidah apa saja
yang harus dipakai dalam menafsirkan semua jawaban atas fenomena pertanian
berkelanjutan.Pembangunan pertanian tidak dapat dilaksanakan hanya oleh petani
sendiri. Pertanian tidak dapat berkembang tanpa adanya perkembangan yang sesuai
pada bidang kehidupan lain. Ada 5 macam fasilitas yang harus ada bagi petani
jika pertanian hendak dimajukan (syarat pokoknya) :1. Pasar untuk hasil
usahatani;2. Teknologi yang slalu berubah;3. Tersedianya sarana produksi dan
peralatan secara lokal; 4. Perangsang produksi bagi petani; 5. PengangkutanPembangunan
pertanian adalah meningkatakan hasil produksi usahatani.
Untuk hasil-hasil ini perlu adanya pasar serta
harga yang cukup tinggi guna membayar kembali biaya-biaya dan pengorbanan
sewaktu memproduksi. Agar pembagunan pertanian dapat berjalan terus haruslah
selelu terjadi perubahan, bila perubahan ini terhenti maka pembagunan itupun
terhenti.Faktor Pelancar pembagunan pertanian: 1. Pendidikan pembangunan;2.
Kredit Produksi;3. Kegiatan bersama oleh petani;4. Perbaikan dan perluasan
tanah pertanian;5. Perencanaan nasional pembagunan.
Menurut data Indonesia saat ini hanya menempati
posisi ke-6 dalam peringkat kesiapan negara-negara ASEAN dalam menghadapi
implementasi Pasar Tunggal ASEAN 2015 mendatang. Dalam matrik penilaian yang
dirilis Sekretariat ASEAN, skor yang berhasil dikumpulkan Indonesia baru
mencapai 81,3 persen, jauh tertinggal dibandingkan negara-negara pesaing
lainnya seperti Thailand, Malaysia, Laos, Singapura, dan Kamboja. Pada
penilaian tahap ke-3 (2012-2013), Thailand menjadi negara yang paling siap
dalam menghadapi implementasi Pasar Tunggal ASEAN 2015, dengan tingkat kesiapan
84,6 persen, disusul Malaysia dan Laos yang telah mengumpulkan poin 84,3
persen. Posisi selanjutnya ditempati Singapura dengan 84 persen, dan Kamboja
dengan 82 persen. Meski hanya menempati posisi ke-6, namun secara proses,
peringkat Indonesia terus menunjukan positif di mana pada tahap ke-1
(2008-2009), Indonesia menempati posisi ke-9 dari 10 negara ASEAN. Pada
penilaian tahap ke-2 (2010-2011), bergerak ke posisi 8. Negara-negara anggota
ASEAN menyadari bahwa ada beberapa faktor yang terkait dengan kondisi terkini
pada pasar pangan dan produk pertanian. Dari sisi suplai, kenaikan tajam biaya
produksi pertanian karena kenaikan harga minyak (bensin dan solar) dan pupuk,
jatuhnya produksi karena pola iklim yang tidak beraturan, dan lebih tingginya
biaya penyimpanan komoditi yang mudah rusak seperti bahan pangan, termasuk
beberapa faktor penyebab kenaikan
harga-harga pangan. pertanian. permasalahan yang terjadi di sektor pertanian,
seperti peningkatan kebutuhan baku berbasis perkebunan, swasembada pangan,
kepemilikan lahan, arah pengembangan bioteknologi, dan problem pertanian di
negeri ini, memerlukan kecerdikan untuk menghadapi masalah-masalah itu dan
solusi yang tepat. (Sources: Berbagai sumber media terkait, data media,
data diolah F. Hero K. Purba).
No comments:
Post a Comment