Kebutuhan pangan
adalah suatu penggerak esensial roda perekonomian masyarakat dunia sehingga
ketika isu perubahan iklim mencuat, hal tersebut tidak menjadi dan memunculkan
sesuatu kekhawatiran tersendiri pada persoalan ketahanan pangan. Indonesia yang merupakan negara dengan keanekaragaman hayati
(biodiversitas) terbesar ketiga di dunia. Tercatat lebih dari 77 jenis pangan
sumber karbohidrat, 389 jenis buah-buahan, 75 jenis sumber protein, 228 jenis
sayuran, 26 jenis kacang-kacangan, 110 jenis rempah dan bumbuh, serta 40 jenis
bahan minuman. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2001 sekitar 204 juta jiwa dan pada
tahun 2012 diperkirakan akan mencapai 237 juta jiwa, dan saat ini dengan jumlah
pendudk 270 Juta Jiwa serta permasalahan lain seperti kapasitas produksi panan
Nasional yang semakin terbatas karena aktivitas ekonomi dan penciutan lahan
karena alih fungsi. Diversifikasi pangan untuk aneka olahan dari Produk pertanian
akan berjalan efektif apabila industri makanan dan minuman Indonesia telah
mapan untuk mengolah ratusan jenis pangan bermutu tinggi yang dapat di produksi
negeri ini. Upaya diversifikasi pangan sebagai salah satu solusi mencukupi
kebutuhan pangan pun terus dilakukan oleh pemerintah dengan program
pengembangan diversfikasi olahan produk seperti pengembangan produk umbi-umbian
sebagai pengganti beras sebagai makanan pokok, pengembangan produk olahan.
Menurut UU No.7 tahun 1996, Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan
bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam
jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Program untuk
diversifikasi konsumsi pangan telah ada sejak dahulu, namun dalam perjalanannya
menghadapi berbagai kendala baik dalam konsep maupun pelaksanaannya. Beberapa
kelemahan diversifikasi konsumsi pangan masa lalu adalah (1) Distorsi konsep ke
aplikasi, diversifikasi konsumsi pangan bias pada aspek produksi penyediaan;
(2) Penyempitan arti, diversifikasi konsumsi pangan bias pada pangan pokok dan
energi politik untuk komoditas beras sangat dominan; (3) Koordinasi kurang
optimum, tidak ada lembaga yang menangani secara khusus dan berkelanjutan; (4)
Kebijakan antara satu departemen dengan departemen lainnya kontra produktif
terhadap perwujudan diversifikasi konsumsi pangan; (5) Kebijakan yang
sentralistik dan penyeragaman, mengabaikan aspek budaya dan potensi pangan
lokal; (6) Riset diversifikasi konsumsi pangan masih lemah, bias pada beras,
terpusat di Jawa-Bali, pada on-farm, dana hanya dari pemerintah pusat (7)
Ketiadaan alat ukur keberhasilan program, program bersifat partial tidak
berkelanjutan dan tidak memiliki target kuantitatif yang disepakati bersama;
(8) Kurangnya kemitraan dengan swasta/industri dan LSM; (9) Ketidakseimbangan
perbandingan antara biaya pengembangan dan harga produk altematif dengan beras, (Ariani dan Ashari, 2003; Martianto, 2005, Krisnamurthi,
2003). Kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia pada 2011 untuk padi-padian
masih 316 gram, padahal idealnya 275 gram. Untuk Kebijakan diversifikasi pangan
menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan serapan produk dalam negeri oleh
masyarakat. Selain itu, kegiatan riil berupa pameran juga bisa membuka
cakrawala pengetahuan terhadap produk dalam negeri. Jika kita analisa bahwa Diversifikasi pangan dari aspek
konsumsi mencakup perilaku yang didasari pertimbangan ekonomis / pendapatan dan
harga komoditas dan nonekonomis (selera, kebiasaan dan pengetahuan). Produk
agribisnis lokal setiap wilayah perlu dikembangkan dengan potensi setiap daerah
baikm Kabupaten/ kota dalam pengembangan pangan. Diversifikasi pangan dan pola konsumsi ini secara dinamis
mengalami perubahan. Jadi, diversifikasi pangan selain merupakan upaya
mengurangi ketergantungan pada beras, juga penganekaragaman dari beras ke
sumber kalori dan protein lainnya yang lebih berkualitas. Berkembangnya produk-produk pangan lokal di daerah-daerah,
otomatis masyarakat akan melihat peluang usaha dan cenderung akan tergerak
untuk ikut mengembangkan produk lokal yang ada di daerahnya. (Berbagai sumber media terkait, artikel pangan, data diolah
F. Hero K. Purba)
Dear All, Welcome to My Blogger, I hope you can enjoy sharing your experiences in you Business, Politic, Daily life and everything valuable for everybody around the world. God Bless You. Do You need Expert Consultant on Strategic Marketing, Entrepreneurship, Agribusiness, International Trade, Finance
Thursday, December 2, 2021
Pengembangan Potensi Pangan Lokal dalam Upaya Pengembangan Daerah
Sunday, November 14, 2021
Membangun Pangan dan Menjamin Pangan dalam Peningkatan Produk Olahan Pertanian bagi Rakyat
1. Peningkatan nilai tambah (Added Value)
- Peningkatan daya saing (Competitive Product)
- Meningkatkan daya simpan
- Diversifikasi produk (Product Diversification)
- Kemudahan distribusi
- Perluasan pasar produk (Market Product Expansion)
- Pemenuhan nutrisi
- Peningkatan keamanan produk
- Optimalisasi sumber daya alam (Optimalization Resources)
- Peningkatan struktur perekonomian
Kondisi petani saat ini yang masih serba lemah, baik penguasaan lahan, modal maupun teknologi maka diperlukan multi approach yakni pendekatan modernisasi, kemandirian dan partisipatif. Untuk maksud tersebut peran koperasi pertanian yang semakin profesional merupakan kebutuhan petani sehingga mempunyai daya saing dan kemampuan meningkatkan nilai tambah bagi petani. Pembangunan pertanian diarahkan pada pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan yang berbudaya industri, maju dan efisien ditingkatkan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi yang berguna di masyarakat. Diharapkan ke depan bahwa pengembangan sektor agribisnis lebih konkrit lagi hasilnya dan pengembangan teknologi proses dan petani pun akan semakin tahu potensi pasarnya serta dapat meningkat mutu dan kapasitas hasil olahan pertaniannya. (sources data: media terkait, data diolah F. Hero K Purba)
Thursday, October 28, 2021
Potensi Kopi Liberika Tungkal Jambi dalam Peluang Usaha
Potensi Kopi liberika Tungkal komposit berasal dari kopi jenis liberika yang dikembangkan pertama kali oleh Haji Sayuti di Kelurahan Mekar Jaya, Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Sejarah Kopi Liberika adalah kopi yang berasal dari Liberia, Afrika Barat. Kopi ini dibawa oleh Belanda dari Afrika dan ditanam di Indonesia untuk menggantikan kopi jenis Arabica yang rentan terhadap serangan hama. Pohon Kopi liberika lebih besar, bisa mencapai 9 meter. Biji kopi liberika juga lebih besar, terkadang bisa dua kali ukuran dari biji arabika. Hal yang juga membuat liberika unik adalah daunnya. Pada bagian daun, ditemukan lebih banyak kafein dibandingkan pada bijinya. Kopi varietas liberika Tungkal komposit ini tergolong pada tipe pertumbuhan pohon dengan habitus tipe tinggi, diameter tajuk 3,5 – 4 m dan jika dibiarkan tumbuh melancur tinggi tanaman dapat mencapai 5 m. Keunggulan lainnya adalah varietas ini memiliki kriteria tahan – agak tahan terhadap penyakit karat daun dan terhadap serangan penggerek buah kopi. Total produksi kopi ini sebanyak 270 ton dalam setahun dengan areal tanam seluas 3000 ha, dan menjadikan Provinsi Jambi sebagai wilayah penghasil kopi jenis Liberika terbesar di Indonesia. Dari segi citarasa, hasil uji mencapai nilai kesukaan (preferensi) rata-rata 7 atau mutu citarasa bagus. Keunikan kopi Liberika dari kopi ini adalah karena ia tumbuh dan berkembang biak di dataran rendah dan lahan gambut dengan tingkat keasaman yang cukup tinggi, tidak seperti tanaman kopi pada umumnya yang tumbuh subur di dataran tinggi.
Kopi
Liberika salah satu tanaman perkebunan yang cocok untuk dikembangkan pada lahan
gambut. Kopi liberika dikenal sebagai kopi khas gambut karena kemampuan untuk
bisa beradaptasi dengan baik ditanah gambut sementara kopi jenis lain (Arabica
dan Robusta) tidak bisa tumbuh (Hulupi 2014). Berbeda dengan kopi Arabika dan
kopi Robusta, kopi Liberika memiliki citarasa khas nangka, sehingga di beberapa
daerah menyebut kopi ini sebagai kopi nangka. Kopi Liberika telah menjadi
komoditas unggulan daerah di beberapa kabupaten seperti Tanjung Jabung Barat,
Jambi dan Kepulauan Meranti, Riau. Teknologi yang perlu dipersiapkan untuk
pengembangan kopi Liberika adalah; ameliorasi lahan dengan pemberian kapur dan
penambahan bahan organik untuk meningkatkan kemampuan retensi hara, pemupukan
lengkap untuk meningkatkan ketersediaan hara, perbaikan sistem drainase, dan
pengaturan sistem tata air tanah dan tinggi permukaan air tanah harus di atas
lapisan bahan sulfidik. (sumber data terkait, diolah FHKP)
Sunday, October 3, 2021
Peluang Usaha dan Pengolahan “Kopi Solong Ulee Kareng” Aceh
Pemanfaatan potensi
Kopi Solong merupakan salah satu icon Kota Banda Aceh yang wajib dinikmati oleh
setiap pendatang. Pengembangan budidaya tanaman kopi Aceh berkembang menjadi
komoditas yang bermutu tinggi dan menguntungkan. Pengolahan Kopi ini terbuat
dari jenis kopi robusta dari dataran tinggi Gayo (Aceh Tengah) dan Lamno (Aceh
Jaya), yang diracik oleh orang yang sangat berpengalaman karena kopi ini sudah
turun temurun. Indonesia adalah pengekspor biji kopi terbesar keempat di dunia,
dan Aceh adalah salah satu penghasil kopi terbesarnya yang mampu menghasilkan
sekitar 40% biji kopi jenis Arabica tingkat premium dari total panen kopi di
Indonesia. Kopi Solong Ulee Kareng yang mulai dirintis sejak
tahun 1959, Kopi Ulee Kareng ini menjadi salahsatu bubuk kopi lokal terkenal di
Aceh. Ulee Kareng sejak tahun 1974 telah menjadi ikon makanan khas
Aceh. Cita rasa khas Aceh yang dan keunikan kopi yang
merupakan salah satu khas nusantara. Aceh menghasilkan sekitar 40
persen biji kopi jenis Arabica tingkat premium dari total panen kopi di
Indonesia. Mengenai potensi agribisnis kopi Aceh pasca tsunami, tidak bisa
lepas dari berdatangannya komunitas internasional di bumi Serambi Mekkah
ini. Mayoritas para pendatang menyukai kopi Aceh.
(Wilayah Ulee Kareeng merupakan salah satu Kecamatan di Banda Aceh, Ibu Kota
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Ulee Kareng terkenal dengan kopi Ulee
KarengnyaBiji kopi Ulee Kareng dihasilkan dari biji kopi pilihan berkualitas
yang berasal dari Lamno, Kabupaten Aceh Jaya. Biji-biji kopi tersebut
diproduksi oleh usaha kecil menengah. Selain hal tersebut untuk kopi bubuk Aceh
Ulee Kareng ada dua macam, yaitu kopi Arabica dan jenis kopi Robusta.
Kopi Arabica dan
Robusta berasal dari dataran tinggi Aceh Selatan dan Gayo Luwes. Gabungan
Kelompok tani kopi mulai dari petani, lembaga pemasaran yang terlibat sampai ke
konsumen industri pengolahan kopi bubuk Ulee Kareng yang ada di kota Banda
Aceh. Kopi solong yang berada di pojok pasar Ulee Kareng sekarang ini
kembali hidup dan menjadi bagian dari denyut nadi perekonomian. Dibalik kepulan
dari asap kopi solong yang aromanya yang sangat menggoda selera itu terbayang
harapan hidup pencinta dan peminat kopi, tergambar pula bangkitnya ekonomi
kerakyatan pembuatan pengolahan kopi secara tradisional. Dalam hal ini
petani membuat pengolahan produk kopi bubuk dan harga jual sehingga didapatkan
pendapatan usahataninya, pada lembaga pemasaran yang terlibat akan dihitung
besarnya keuntungan dan margin pemasarannya sedangkan pada industri pengolahan
kopi bubuk Ulee Kareeng akan dihitung seberapa besar nilai tambah bagi petani.
Industri bubuk kopi Solong Ulee Kareng analisis nilai tambah yang dilakukan
mulai dari pengadaan bahan baku berbentuk biji kopi ose sampai dengan menjadi
produk bubuk kopi yang siap dipasarkan. Untuk pangsa pasar ekspor kemasan
modern dan berkualitas dari kopi Ulee Kareng di kemas dengan baik. (Sumber data
Litbang, data diolah Fhero13).
Monday, September 6, 2021
Potensi Ekspor Kopi Papua dalam Akses Pemasaran
Kopi arabika dari
pegunungan Papua, cukup tren di kalangan penikmat dan pecinta kopi di Indonesia.
Pengembangan
Potensi Pengolahan kopi membahas potensi dan tantangan yang dihadapi di dalam
pengembangan Komoditas kopi arabika organik di Wamena, Kabupaten
Jayawijaya. Lembah Baliem merupakan daerah tempat tinggal Suku Dani dimana
Masyarakat adat yang diperkenalkan ke dunia luar sebagai petani pejuang. Mereka
hidup bertani, namun gemar berperang. Kopi Baliem ini adalah kopi papua jenis
arabika. Petani di wilayah utara Wamena umumnya menjual biji kopi mereka
ke Koperasi Baliem Arabica yang saat Ini membayar sebesar Rp. 25.000 per
kilogram untuk biji kopi yang sudah dikupas Dan dikeringkan. Petani memilih
menjual ke Koperasi karena tidak mampu menanggung biaya angkut biji kopi dari
kampong ke Wamena, walaupun di Wamena terdapat pembeli yang bersedia membeli
hingga Rp.40.000, per kilogram Biji kopi yang belum dikupas tetapiHarus
kering. Kopi yang memiliki ciri khasnya arabika, karakter rebusannya asam,
agak berbeda dengan karakter rebusan kopi robusta yang lebih pahit. Tidak
terlalu pahit karena memang arabika memiliki kadar kafein yang lebih rendah
dibanding robusta. Head of Cooperative KSU Baliem Arabica; Selion Karoba
mengungkapkan, September 2012 mendatang, pihaknya akan mengekspor kopi ke
Amerika 18 ton. Tahun ke tahun hasil produksi kopi di Pegunungan Tengah Papua
terus meningkat, pertama kita ekspor 12 ton, kemudian 14 ton dan 16 ton,
selanjutnya September 2012 ekspor ke Amerika 18 ton. Pada tahun 2001 untuk luas
lahan tanaman kopi di Kabupaten Jayawijaya tercatat 3.076 hektar, yang
merupakan hampir setengah (42,7 persen) dari luas total 6.208 Ha areal
perkebunan kopi Provinsi Papua. Perkebunan yang keseluruhannya milik rakyat ini
tersebar di Kecamatan Tiom, Bokondini, dan Asologaima.
Produksi kopi Jayawijaya yang juga
diekspor ke Singapura, Jepang, dan Australia ini, besarnya 316,30 ton atau
setara dengan hampir setengah produksi kopi provinsi yang besarnya 740,3 ton.
Selain ke Amerika, pihaknya juga akan mengirim kopi ke sejumlah tempat seperti
Freeport dan Jakarta. Mengenai harga kopi, harga kopi ditentukan dalam Rapat
Umum Anggota (RUA) KSU Baliem Arabica, dimana tahun ini harga pembelian kopi
dari petani Rp 6.000 per liter. “Kita sudah beberapa kali naikkan harga pembelian
kopi, 2010 lalu harga kopi gabah (kopi dengan kulit kering) Rp 5.000 per liter,
tahun ini harganya Rp 6.000 per liter, dan 2013 mendatang harganya kita naikkan
menjadi Rp 7.000 per liter. Kualitas kopi dari Lembah Baliem tidak perlu lagi
diragukan. Dalam berbagai tes uji citarasa yang dilakukan baik di dalam maupun
di luar negeri, sudah terbukti “Baliem Blue Coffee”atau disingkat
“Bebecoffee”memiliki citarasa yang tinggi. Terakhir pada konfrensi Asosiasi
Kopi Spesial Amerika yang diikuti oleh pelaku-pelaku kopi Spesial dari seluruh
dunia, kopi dari daerah ini diikutsertakan oleh Asosiasi Kopi Spesial Indonesia
karena Koperasi Baliem Arabica adalah salah satu anggota organisasi itu.
Berdasarkan data kopi di Kabupaten Yahukimo, Jayawijaya dan Lani Jaya cukup
besar, dengan jumlah petani kopi 2010 orang dan luas lahan 1.102 ha serta
kemampuan produksi 193,25 ton pertahun. Potensi produk kopi terbesar terdapat
di kabupaten Jayawijaya, yaitu sebesar 138,75 ton pertahun, kemudian Lani Jaya.
Pada tahun Rainforest Alliance melakukan audit terhadap Koperasi Baliem
Arabika. Hal ini merupakan bagian dari program Aliansi
Pembangunan Pertanian Papua (PADA) untuk pengembangan kopi di Lembah Baliem,
Papua. Rainforest Alliance memiliki misi untuk melestarikan keanekaragaman
hayati dan menjamin mata pencaharian yang berkesinambungan dengan mengubah
praktek-praktek penggunaan lahan, praktek bisnis dan perilaku konsumen.
Diharapkan potensi pengolahan kopi dibeberapa daerah dapat ditingkatkan dalam
meningkatkan perekonomian masyarapat petani kopi di Papua. (Sumber: data
Litbang, Disbun Papua, data diolah fhk hero13)
Wednesday, September 1, 2021
Potensi Kopi Arabica Humbanghasundutan , Kopi Doloksanggul dalam pengembangan pasar Ekspor
Peluang potensi Kopi di daerah Sumatera Utara yang berada di daerah khatulistiwa sangatlah cocok untuk budidaya tanaman kopi. Salah satu Kabupaten Humbang Hasundutan sudah lama menjadi sentra produsen kopi di Indonesia, bahkan sebelum mekar dari kabupaten induk Tapanuli Utara. Bangsa Indonesia terdiri atas banyak pulau sehingga membuat kopinya begitu kaya rasa dan aroma. Penggemar kopi Indonesia tidak hanya para orang tua tetapi juga disukai oleh kalangan usia muda, laki-laki maupun perempuan. Pengembangan Penanaman kopi di daerah ini dikelola oleh anggota keluarga atau sanak famili hingga proses penjualannya.
Salah satu potensi
Kopi di Sumatera Utara untuk pengembangan kopi yang tersebar di Kecamatan
Lintongnihuta, Doloksanggul, Paranginan, Pollung dan Onan Ganjang. Kopi Lintong
Dolok Sanggul ini pada umumnya ditanam pada ketinggian 1400 meter dpl. Kopi
arabika Lintong Dolok Sanggul ini berasal dari onan ganjang dan catimor
diproses dengan metode basah.Setelah dikeringkan, green bean Lintong Dolok
Sanggul beraroma floral atau bunga-bungaan. Dry aroma dari
kopi ini sewaktu di roast di city plus adalah spicy sedikit herbal dan karamel,
cukup unik dibandingkan dengan kopi Lintong lainnya yang pada umumnya lebih
beraroma herbal. Aroma spices dan karamel kali ini lebih intenssaat disajikan
sebagai milkbased drinks dan jika diresapi lebih dalam akan muncul aroma
sarsaparilla. Diantara berbagai varian kopi
dari Sumatera Utara, adalah kopi arabika Dolok Sanggul. Sesuai namanya, kopi
ini berasal dari Kecamatan Dolok Sanggul, ibu kota Kabupaten Humbang
Hasundutan, Sumatera Utara. Kabupaten Humbang Hasundutan sudah lama menjadi
sentra produsen kopi di Indonesia, bahkan sebelum mekar dari kabupaten induk Tapanuli
Utara. Jenis tanaman arabika mulai dikembangkan sejak 1970-an dan terus
berkembang hingga saat ini. "Perkebunan kopi bertebaran di
punggung-punggung bukit, Dolok Sanggul berada di ketinggian 900 sampai 1.400
mdpl. Kopi arabika Dolok Sanggul menggambarkan karakter kopi Sumatera yang
klasik menjadi sangat fokus dan jelas dari kopi Lintong. Dimulai dengan aroma
tetes tebu manis, kelapa, dan wangi cedar (sejenis cemara), lebih banyak buah
dan kualitas kaya aroma karamel muncul saat diseduh.
Monday, August 2, 2021
Peluang dan Potensi Ekspor Kopi Bajawa Flores
Kopi arabika Flores berasal dari dataran tinggi kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Komoditas Kopi AFB (Arabika from Bajawa) makin diminati oleh para konsumen di beberapa negara di Amerika dan Eropa. Kopi arabika ini berasal dari Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Ngada dan Kabupaten Manggarai serta Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur yang terdapat di Kepulauan Flores merupakan salah satu daerah penghasil kopi yang dikunjungi dimana Komoditi unggulan yaitu Kopi Bajawa Flores dan Manggarai merupakan Kopi Specialty Indonesia serta pelaku usaha kopi yang ingin bermitra dengan pelaku usaha agribisnis kopi Indonesia khususnya dalam menjalin pengembangan pangsa ekspor Indonesia ke wilayah Asia, Eropa dan Amerika.
Berdasarkan data nilai ekspor kopi
AFB pada 2015 mencapai Rp8,2 miliar dan meningkat menjadi Rp10,5 miliar pada
2016. Didaerah ini Unit Usaha Kopi Pengolahan Hasil (UPH) di Bajawa,
Kab. Ngada
telah menunjukkan hasil yang signifikan dari binaan UPH oleh Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Peternakan, Kabupaten Ngada. Pada tanggal 13 Juli 2009 yang lalu
Direktur Coffee Amerika Serikat, Nicholous Fullmer dengan eksportir asal
Indonesia PT. Indokom Citra Persada, Asnawi melakukan
kemitraan dalam pengembangan pangsa pasar ekspor Kopi Bajawa Flores ke Amerika.
Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan hasil perkebunan Indonesia memiliki
cita rasa yang khas yang tidak dimiliki oleh negara lain, meskipun volume
ekspor kopi Indonesia berada di urutan ke-4 setelah Brazil, Vietnam, dan Colombia,
masih banyak peluang untuk meningkatkannya, karena tidak ada negara yang
memiliki varian produk unggulan sebanyak negeri ini.
Sejarah perkopian berawal pada tahun 1696,
ketika untuk kali pertama kopi berjenis Arabika. Salah satu propinsi di
Indonesia yakni, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Khususnya Kabupaten Ngada dan
Kab. Manggarai
dan Manggarai Timur memiliki potensi wilayah yang besar dalam pengembangan
agribisnis dan ketahanan pangan terutama untuk komoditi tanaman perkebunan.
Kabupaten Ngada dan Kab. Manggarai serta Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur
yang terdapat di Kepulauan Flores merupakan salah satu daerah yang dikunjungi
pada kesempatan ini dimana Komoditi unggulan seperti Kopi Bajawa Flores dan
Manggarai merupakan Kopi Specialty Indonesia serta pelaku usaha kopi yang ingin
bermitra dengan pelaku usaha agribisnis kopi Indonesia khususnya dalam menjalin
pengembangan pangsa ekspor Indonesia ke wilayah Asia, Eropa dan Amerika.
Unit Usaha Kopi pengolahan Hasil (UPH) di Bajawa, Kab. Ngada telah
menunjukkan hasil yang signifikan dari binaan UPH oleh Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Peternakan, Kabupaten Ngada. Pada tanggal 13 Juli 2009 yang lalu
Direktur Coffee Amerika Serikat, Nicholous Fullmer dengan eksportir asal
Indonesia PT. Indokom Citra Persada, Asnawi melakukan
kemitraan dalam pengembangan pangsa pasar ekspor kopi Bajawa Flores ke Amerika.
Dengan adanya pembentukan suatu Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis
untuk memproteksi dan mempromosikan suatu hak paten dari wilayah tertentu. Pata
tanggal 26 Mei 2009 yang lalu telah dirancang dalam pembentukan Masyarakat
Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Peternakan, Kabupaten Ngada dari 12 UPH Kopi Arabica. Adapun beberapa UPH aktif
yang merupaka unggulan untuk pengembangan Kopi Arabica Bajawa Flores: UPH Wongo
Wali, UPH Lobo Wutu di Wawohae, UPH Famasa di Beiwali, UPH Papataki di Langa,
UPH Sukamaju di Ubedomulo. Untuk areal Kopi Arabica di Bajawa dengan luas
kurang lebih 6000 Ha. Tahun 2009 yang lalu sebanyak 50 Ton Arabica Bajawa
Flores di kirim ke Amerika. Dan 12 Unit UPH ini memproduksi 150 ton/ tahun.
Arabica Bajawa Higland original dari Flores pada tahun 2009 dengan harga ekspor
kopi yakni Rp. 26.800,/kg. Tahun 2011 harga gelondong merah (buah kopi masak dipetik
dari pohon) yang dijual petani ke UPH sekitar Rp 6.000 per kg, dan kopi biji
kering yang dijual ke eksportir Rp 51.000 per kg.
Kopi Bajawa yang produksinya secara keseluruhan dibuat secara
tradisional dan sederhana, mulai dari pengeringan, penggilingan, hingga cara
memasukkan ke dalam kemasan. Selain itu Kabupaten Manggarai Propivinsi Nusa
Tenggara Timur yang memiliki Unit Pengolahan Hasil (UPH) salah satunya
Pocoranaka merupakan UPH percontohan demikian juga UPH Wela Waso, Kelurahan
Waso, Kec. Langke Lembong dan UPH Kopi Lo’o poco, desa Cumbi, Kec. Ruteng,
Kabupaten Manggarai, dengan luas Hektaran kurang lebih 12.000 Ha. Untuk daerah
Kabupaten Manggarai produksi per tahun 486 Ton dari UPH Lleda, P. Ranaka,
Borong, K.Komba, Elar, S. Rampas. Indikasi Geografis (IG) untuk Kopi Bajawa
akan membantu Kelompok Tani, Pelaku Usaha adalah nama suatu daerah atau
kekhasan lokal tertentu, dan mencirikan suatu produk yang dihasilkan dari
daerah tersebut atau kekhasan lokal tertentu. IG dapat memberikan nilai
tambah dan memberikan perlindungan terhadap hal-hal yang telah diadopsi oleh
para produsen dalam hal persyaratan yang diperlukan dan pendekatan yang telah
ditentukan. Mereka dapat memberikan informasi yang lebih rinci kepada para
konsumen mengenai hal ihwal asal dan mutu produk (tempat, proses, pelaksanaan
verifikasi, dll). Untuk pasar global sekarang ini peran Perlindungan Indikasi
Geografis dirasa begitu penting, dimana masyarakat produser lokal membutuhkan
perlindungan hukum terhadap nama asal produk agar tidak dipergunakan oleh pihak
lain untuk melakukan persaingan curang, selain itu Indikasi Geografis memegang
peranan penting dalam memberikan daya tarik kepada para konsumen nasional
maupun Internasional. Mereka menjamin bahwa produk dapat dirunut asal muasalnya (traceability). Kegiatan
pengembangan industri kopi dengan latar indikasi geografis sangat bermanfaat
bagi kelompok tani di Kabupaten Ngada dan Kabupaten Manggarai untuk mempatenkan
produk suatu daerah yang nantinya juga sangat bermanfaat dalam suatu brand
image suatu daerah. Petani masih membutuhkan bantuan untuk mesin pengolahan
kopi dan bantuan penguatan modal. Petani juga perlu informasi untuk harga
pasaran kopi domestik dan luar negeri tentunya untuk menjaga kestabilan harga
dipasaran serta juga untuk lebih meningkatkan mutu kopi olahan yang dihasilkan.
Diharapkan potensi pengembangan kopi daerah ini dapat dikembangkan dengan
kerjasama diberbagai pihak didalam pengembangannya. Diharapkan dan dianjurkan
kerjasama instasi setempat terus membina petani / kelompok tani dan
memanfaatkan semaksimal mungkin demi kesejahteraan petani kopi. (Sumber: sumber
terkait data Disbun NTT hasil survey lapangan, data diolah FHero Purba)
Tuesday, July 27, 2021
Pengolahan dan Peluang Ekspor Kakao Indonesia
Menurut periode Januari-Juni 2020, ekspor produk kakao olahan mencapai 549 juta dolar AS atau sekitar Rp 8 triliun. Angka ini naik 5,13 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Pandemi Covid-19 ini menimpa semua negara di dunia, termasuk negara-negara besar seperti China, AS, dan negara-negara Uni Eropa yang menguasai perekonomian dunia, maka dampaknya juga akan mempengaruhi perekonomian global, nilai tukar mata uang, dan arus impor bagi negara-negara yang ketergantungannya terhadap impor tinggi. Turunnya nilai mata uang Rupiah terhadap USD diduga juga disebabkan oleh adanya Covid-19. Jika dilihat trend jangka menengah, baik itu produksi, konsumsi, dan harga; bisnis kakao tetap kelihatan prospektif. Data BPS, sepanjang tahun 2018, nilai ekspor lemak dan minyak kakao mencapai USD824,05 juta. Indonesia telah menjadi penyuplai bahan baku kakao terbesar ketiga di dunia. Untuk konsumsi kakao dunia pada tahun 2017 sebesar 4,5 juta Metriks Ton (MT). Sementara, ekspor kakao Indonesia sempat mengalami penurunan 9,59% menjadi USD1,12 juta pada 2017. Pada capaian nilai ekspor produk kakao olahan sebesar USD549 juta pada Januari – Juni 2020 atau meningkat sebesar 5,13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. “Dari produksi industri pengolahan kakao, sebanyak 80% hasilnya ditujukan untuk pasar ekspor. Pada tahun 2019, produk kakao olahan menyumbang nilai ekspor lebih dari USD1,01 miliar. Menurut laporan International Cocoa Organization (ICCO) tahun 2018/2019, produksi biji kakao Indonesia sebesar 220 ribu ton. Capaian ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-6 sebagai negara produsen biji kakao terbesar di dunia setelah Pantai Gading, Ghana, Equador, Nigeria dan Kamerun Wilayah Eropa sangat membutuhkan pasokan kakao yang sangat tinggi. Negara tujuan ekspor untuk kakao (Theobroma Cacao L ) dan produk kakao ini terbesar untuk Uni Eropa adalah Jerman, Perancis, Belgia, Italia, Austria dan Spanyol..Ekspor biji kakao pada September 2012 mencapai 21.024,56 metrik ton (MT), naik 64% dibandingkan Agustus 2012 sebesar 4.568,42 MT. Bila dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, ekspor biji kakao pada September 2012 naik 37%.Menurut Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, volume ekspor kakao olahan pada Januari-Juli 2012 mencapai 121.000 ton, naik 37,5% bandingkan periode sama 2011 sebesar 88.000 ton. Nilai ekspor kakao tahun 2010 tercatat US$ 1,6 miliar. produksi biji kakao Indonesia selama 2012 bisa mencapai sekitar 500.000 ton atau 50.000 ton lebih banyak dari tahun sebelumnya. Data International Cacao and Coffee Organization / ICCO bahwa kebutuhan kakao dunia meningkat sebesar 3,299 juta ton. Dan data pada saat ini produksi biji kakao hanya 3,288 juta ton. Di Indonesia kakao menjadi salah satu komoditi unggulan. Pada tahun 2006 produksi kakao Indonesia mencapai 435.000 ton, dan Indonesia termasuk sebagai penghasil kakao terbesar ketiga setelah Pantai Gading, Ghana di Afrika yang pangsa produksi sebesar 13,23% dari total kakao dunia. Berdasarkan angka ini bisa ditingkatkan hingga mencapai 600.000 ton pada tahun 2011. (Berdasarkan data media terkait, data diolah F. Hero K Purba). Ekspor kakao berubah baik dalam tonase maupun negara tujuannya sejak hilirisasi ditetapkan dengan pengenaan Bea Keluaran. Indonesia merupakan produsen kakao kedua terbesar dunia, dengan menyumbang 18 % dari pasar global. Untuk hilirisasi kakao sudah berjalan sejak 2009. Ekspor kakao untuk produk downstream tiga yang merupakan produk akhir olahan kakao hanya US$ 74,9 juta pada 2009, namun pada 2011 sudah mencapai US$ 209,3 juta. Kenaikan mencapai tiga kali lipat. Untuk produk downstream I atau produk intermediate kakao dari nilai ekspornya US$ 250,4 juta pada 2009 naik menjadi US$ 518,9 juta pada 2011. Industri dalam negeri dapat meningkatan jatah biji kakao. Tahun 2011, industri pengolahan mendapat kuota sekitar 207.000 ton. Tahun depan, pasar domestik diberi jatah untuk menyerap 250.000 ton biji kakao produksi nasional. Namun, alokasi jatah bahan baku itu tidak setara dengan target produksi industri pengolahan sebesar 400.000 ton pada 2012. khasiat coklat dari chocolate shop untuk kesehatan adalah sebagai antioksidan, antioksidan dalam coklat untuk chocolate souvenir diperoleh dari biji kakao yang mengandung antioksidan flavonoid yang berguna untuk menahan radikal bebas. Kandungan kakao (biji cokelat) lebih dari 70% juga memiliki manfaat untuk kesehatan, karena cokelat kaya akan kandungan antioksidan yaitu fenol dan flavonoid. Dengan adanya antiosidan, akan mampu untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh. Produksi kakao mempunyai arti yang strategis dan penting karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap. Permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dengan penerapan fermentasi pada pengolahan biji pasca panen dan pengembangan produk hilir kakao berupa bubuk kakao. (Sources data, sumber media terkait, data diolah FHKP).
Thursday, July 15, 2021
Memanfaatkan Peluang Usaha dimasa Pandemi Covid19
Friday, July 2, 2021
Pengembangan Budidaya Kapulaga (E. Cardamomum) Sebagai Potensi Bisnis
internasional memberikan peluang bagi petani rempah-rempah untuk terus meningkatkan budidaya tanamannya dengan potensi yang ada. Hasil panen yang berlimpah merupakan peluang ekspor bagi petani milenial. Potensi ekspor mace sebesar US$ 18,67 juta (8,54%), vanilla US$ 16,67 juta, kayumanis (utuh) dengan nilai US$ 12,97 juta (5,93%), kayumanis US$ 11,54 juta (5,28%), kapulaga US$ 7,67 juta (3,51%), bubuk pala US$ 7,04 juta (3,22%), mace bubuk US$ 3,9 juta (1,83%), dan rempah lainnya. Buah berbentuk bulat berukuran 1 cm yang bergerombol di atas permukaan tanah, jumlahnya berkisar 10-20 buah per gerombol. Kapulaga digunakan sebagai rempah (bumbu) untuk masakan tertentu dan juga untuk campuran jamu atau obat-obatan herbal tradisional. Kapulaga dapat dijadikan anti-depresan, caranya dengan mencampurkannya di air dalam gelas, tunggu hingga mengendap (sekitar 30 menit); sebelum dan saat diminum, dapat diselang dengan menghirup aromanya. Berdasarkan data tahun 2020, tercatat sebelas (11) negara yang menjadi tujuan ekspor kapulaga yang melalui Karantina Pertanian Priok, yaitu: Cina, Hong Kong, India, Irak, Jepang, Korea Selatan, Libanon, Pakistan, Taiwan, Thailand, dan Vietnam dengan jumlah total ekspor mencapai 2.066.798 kilogram. Kebanyakan kapulaga yang diekspor ini berasal dari Jawa Barat. Seperti yang kita ketahui, pengembangan perkebunan kapulaga di Jawa Barat telah mencapai lebih dari 27.000 m2, dengan total produksi sekitar 62.923.000 kilogram.
Adapun manfaat tanaman kapulaga, dari penyedap
makanan hingga baik bagi kesehatan. Manfaat kapulaga bagi kesehatan adalah
untuk mengatasi: Mulas, Kejang usus, Irritable bowel syndrome (IBS), Keluhan hati dan kantong empedu, Kehilangan selera makan, Kedinginan,
Batuk Bronkitis, Sakit mulut dan tenggorokan, Penyakit infeksi, Stimulan, untuk
masalah kencing, Sembelit, Bahkan rempah-rempah ini dapat membantu menurunkan berat badan.
Karena manfaat kapulaga cukup banyak, maka banyak yang mengambil ekstraknya dan
kemudian dikemas dalam suplemen herbal. (Data berbagai sumber media terkait,
diolah FHeroP)
Thursday, July 1, 2021
Potensi Peluang Bisnis Tanaman Porang
Porang yang dikenal dengan nama iles-iles adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus muelleri. Tanaman porang merupakan tanaman lokal Indonesia penghasil tepung yang dapat dikembangkan sebagai bahan pengganti tepung terigu, karena mengandung pati atau karbohidrat yang cocok untuk dijadikan bahan baku pangan pokok. Kelebihan lain tanaman ini adalah menghasilkan tepung dengan kandungan serat terutama serat larut yang tinggi yaitu 64% dari berat kering, sehingga sangat baik untuk kesehatan antara lain mengurangi kadar gula darah dan kolestrol. Tanaman Porang merupakan salah satu kekayaan hayati umbi-umbian Indonesia. Sebagai tanaman penghasil karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan serat pangan.
Menurut data dari Catatan Badan Karantina Pertanian menyebutkan, ekspor porang
pada tahun 2018 tercatat sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor yang mencapai
Rp11,31 miliar ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain
sebagainya. Umbi porang saat ini masih banyak yang berasal dari hutan dan belum
banyak dibudidayakan. Ada beberapa sentra pengolahan tepung porang saat ini,
seperti di daerah Pasuruan, Madiun, Wonogiri, Bandung serta Maros. Pada umbi porang memiliki
nilai ekonomis tinggi dan berfungsi sebagai bahan baku berbagai macam industri.
Seperti dalam industri makanan, olahan porang dan ekstrak glukomanan
selanjutnya digunakan dalam pembuatan mie shirataki, beras konnyaku, pasta
porang dan pengental. Untuk industri kosmetik, olahan porang digunakan dalam
pembuatan pembersih wajah, masker wajah dan bahan pengisi dan pengikat tablet.
Olahan porang juga dapat digunakan dalam industri kimia untuk bahan pelapis
atau coating, perekat dan pembuatan kertas.
Budidaya Tanaman Porang yang memiliki potensi sebagai tanaman
ekspor, yang sampai saat ini bahan bakunya masih sangat kurang. Potensi
kran ekspor terhadap porang terbuka lebar saat ini. Untuk sementara, yang
diekspor itu berbentuk chips dan tepung. Untuk tanaman porang
permintaan pasar global terhadap produk turunan umbi porang sangat
tinggi dengan pertumbuhan ekspor 2020 mencapai 23,35 persen. Adapun tiga besar
negara tujuan ekspor porang yakni China, Thailand dan Malaysia. Berdasarkan
kinerja ekspor tanaman porang tercatat sangat baik. Ekspor
Porang ini di tahun 2020 sudah sebanyak 32 ribu ton dengan nilai ekspor Rp 1.42
Trilliun ke negara Jepang, Vietnam, Australia dan lainnya. Ada peningkatan
mencapai 160 persen dari tahun 2019. Nilai ekspor pada 2020 lalu
tercatat meningkat Rp 1,42 triliun, naik dari 2018 yang hanya mencapai Rp 220
miliar. (Data diolah berbagai sumber terkait, FHKP)
Wednesday, June 2, 2021
Potensi Usaha, Tantangan dan Hambatan Bisnis Sarang Burung Walet (Bird Nest)
Nilai ekspor sarang burung walet Indonesia berada di posisi pertama. Kita kuasai pasar China 75,6%. Pasar produk dari sarang burung walet (SBW) Indonesia, khususnya melalui persetujuan penambahan register perusahaan SBW Indonesia di RRT dan peningkatan kapasitas ekspor di tahun 2021 oleh General Administration of Customs China (GACC). Diperkirakan potensi pasar sarang burung wallet mencapai ratusan triliun rupiah per tahun. Menurut Sejarah bahwa abad ke-17, Lin Bao yang diketahui merupakan sejarawan terkemuka pada zamannya yang berasal dari Melaka menemukan beberapa catatan mengenai burung walet bisa dimanfaatkan sebagai makanan dengan mengambil ekstrak air liurnya. Berdasarkan catatan bahwa diketahui Zheng He dan armada kapal yang sedang berlayar di laut sempat terjebak dalam badai topan yang membuat mereka kelaparan dikarenakan tidak adanya makanan dan minuman yang memadai.
Wednesday, May 5, 2021
Peluang Ekspor Tanaman Hias di Era Pandemi
Potensi tanaman hias saat ini menjadi hobi baru yang lahir di tengah masa pandemi Covid-19. Hal ini bukan menjadi tanpa alasan, kegiatan ini juga menjadi solusi untuk menghilangkan stress, serta menjadi peluang bisnis. Berdasarkan data bahwa Trend ini turut meningkatkan permintaan ekspor tanaman hias Indonesia. Hingga pertengahan tahun 2020, nilai ekspor bunga tercatat sebesar US$ 2,1 juta, bibit bunga US$ 1,9 juta, dan tanaman hias US$ 967,5 ribu. Total ketiganya menyumbang 0,29% terhadap seluruh ekspor pertanian. Pada periode Maret hingga Oktober 2020 jumlah ekspor tanaman hias Indonesia meningkat hingga 40% dibandingkan tahun sebelumnya. Negara kita memiliki lahan yang sangat luas, hal ini sangat mendorong kita untuk mengembangkan usaha Tanaman Hias. Nilai ekspor tanaman hias pada 2010 mencapai USD9,042 juta dengan volume 4.293 ton. Sementara itu untuk tahun 2009 mencapai USD7,717 juta dengan volume 5.111 ton, dan 2008 mencapai USD6,717 juta dengan volume 3.225 ton. Berdasarkan data nilai ekspor tanaman hias nasional masih sangat kecil dibandingkan nilai perdagangan tanaman hias dunia yang sudah lebih dari US$ 90 miliar. Indonesia memiliki potensi yang cukup besar mengingat keanekaragaman yang dimiliki. Dari jenis bunga anggrek saja sekitar 40% dari 25.000 jenis anggrek di dunia terdapat di Indonesia. Selain itu ditunjang oleh letak geografis Indonesia yang sangat mendukung pemasaran tanaman hias ke pasar dunia seperti Singapura, Taiwan, Hongkong, Jepang dan RRC. Untuk komoditas tanaman hias harus menguasai perilaku pasar dan trend terhadap tanaman. Ada beberapa hal yang terkait dalam masalah ini yaitu:
1) Perilaku pasar sangat dinamis sehingga memaksa kita untuk tetap
proaktif mengikutinya.
2) Data dan Informasi untuk Tanaman Hias, perlu sosialisasi antar
sesama pelaku pasar sejenis.
3) Trend masyarakat terhadap tanaman cepat berubah.
4) Channel Distribution didalam pengembangan pasar Tanaman Hias.
Perilaku pasar terhadap tanaman hias, terbukti cepat berubah karena hal
ini terkait dengan selera konsumen, informasi tentang manfaatnya dan harga
pasaran. Sebagai contoh periode tahun 2004-2005 trend masyarakat terhadap bunga
adenium. Salah satu contoh pada saat sekarang ini adalah bunga adenium karena
keindahan bunganya yang bermacam-macam warna, dapat menarik perhatian
masyarakat hobis dan bunga ini sangat laku dengan harga yang cukup mahal.
Akibatnya banyak pengusaha tanaman hias yang memanfaatkan untuk membuat bibit
adenium secara besar-besaran dengan mendatangkan jenis-jenis baru dari luar
negeri sebagai pohon induk. Selang beberapa saat banyak bermunculan tanaman
hias yang berdaun indah yaitu aglonema, maka trend masyarakat beralih pada
tanaman ini. Aglaonema dapat menarik perhatian para hobis dan harga tiap
daunnya dapat mencapai ratusan ribu rupiah bahkan jutaan rupiah. Tetapi setelah
ada informasi tentang sansiviera atau lidah mertua yang berdasarkan hasil
penelitian dapat menyerap palutan di udara maka tanaman ini banyak diminati
masyarakat untuk dijadikan penghias taman ataupun di dalam rumah sebagai tanaman
indoor. Terkait trend masyarakat yang cepat berubah sehingga perlunya
sosialisasi antar sesama pelaku pasar tanaman hias. Budidaya tanaman hias,
menuntut penanganan yang spesifik dan berbeda-beda. Oleh
karena itu usaha agribisnis tanaman hias ini, akan lebih baik bila dikelola dalam suatu lembaga khusus dan secara berkelompok.
Keanekaragaman anggrek Indonesia yang memiliki berbagai
jenis dan ragamnya. Salah satu keunikan adalah Anggrek Hitam atau Black
Orchid, karena pada lidahnya terdapat warna hitam. Coelogyne pandurata Lindley
tersebar di Kalimantan, Irian Jaya, Sumatra, Malaysia, dan di Philipina di
Mindanao,Luzon dan pulau Samar. Pada umumnya tumbuh pada pohon tua, didekat pantai atau di daerah rawa dataran rendah yang
cukup panas. Prioritas bagi komoditas tanaman hias yang dikembangkan
adalah, tanaman hias unggulan yang dinilai mempunyai prospek pasar dan nilai
ekonomi yang tinggi. (Berbagai sumber terkait data)
Sunday, April 18, 2021
Pengembangan Budidaya dan Potensi Usaha Ternak Kambing
Potensi ternak Kambing merupakan salah satu ternak penghasil daging yang dijadikan sebagai alternatif sumber protein hewani. Perkembangan produksi daging kambing di Indonesia pada periode 2001-2017 cenderung berfluktuasi dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,86% per tahun. Total produksi daging kambing di Indonesia pada Tahun 2001 sebesar 48.702 ton tahun dan meningkat menjadi 6785 ton di Tahun 2016. Potensi usaha ternak Kambing adalah salah satu ternak penghasil daging yang dijadikan sebagai alternatif sumber protein hewani. Pemeliharaan ternak kambing di Indonesia merupakan salah satu upaya dalam pengembangan usaha peternakan agar dapat memenuhi kebutuhan daging dalam negeriBerdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi daging kambing Indonesia pada 2019 sebesar 75.552,91, atau naik dibanding produksi tahun 2018 sebesar 70.154,76 ton. Sedangkan produksi daging domba 2019 sebesar 91.039,37 ton, atau lebih besar dibanging 2018 sebesar 82.274,38 ton tonPopulasi kambing di Indonesia meningkat dengan cepat. Untuk daerah jawa barat saja pertumbuhan populasi kambing sekitar 6 % per tahun. Populasi kambing total sekitar 17,5 juta ditahun 2011 termasuk 3,5 juta peternak rumah tangga Populasi ternak kambing Indonesia pada tahun 2001 adalah 12,6 juta ekor menjadi 15,8 juta ekor pada tahun 2008 (BPS, 2009). Ternak kambing, tersebar diseluruh wilayah Indonesia, meskipun penyebaran antar daerah belum merata. Populasi terbesar terdapat di pulau Jawa, sedangkan dipulau lain, seperti Kalimantan, Sumatera dan Papua dimana luas area relatif lebih besar dan ketersediaan pakan hijauan sangat banyak, populasi kambing masih rendah.Menurut data tahun 2011 jumlah kambing (Capra aegagrus hircus) nasional sebanyak 17,4 juta ekor dan di Jawa Timur sebanyak 2,8 juta ekor. Selain tidak membutuhkan kandang yang cukup luas per ekornya, faktor jumlah anak perkelahiran dan budidaya ternak yang mudah juga berpengaruh. Peranan komoditas kambing sampai saat ini belum banyak berarti, baik sebagai sumber daging maupun sumber air susu. Hal ini terjadi karena usaha peternakan kambing masih sederhana dengan jumlah pemilikan sedikit dan masih merupakan usaha sampingan dan sebagai tabungan. Peluang usaha kambing ini sebenarnya sangat potensial dengan melihatbeberapa jenis kambing di Indonesia antara lain Kambing peranakan ettawa (PE), Kambing gembrong, Kambing anglo nubian, Kambing Jawa, Kambing boer , Kambing Marica, dan lainnya. (Sources: artikel media dan data peternakan, data diolah F. Hero K. Purba).
Agribisnis peternakan kambing sangat dipengaruhi
oleh kemampuan ternaknya berproduksi dan harga input produksi serta output yang
dihasilkan. Keadaan tersebut erat kaitannya dengan kemampuan peternak dalam
mengelola usahanya dan tingkat keuntungan maksimum yang dicapainya. Peternak
dengan jumlah ternak pemilikan yang banyak, mempunyai
kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Jumlah pemilikan
ternak yang lebih banyak umumnya akan lebih efisien dalam hal tenaga kerja dan
biaya produksi. Adapun beberapa keuntungan dalam memelihara ternak kambing
adalah sebagai berikut (Sudono, 2002): 1. Kebutuhan lahan untuk memelihara
ternak kambing tidak terlalu luas. 2. Kambing memiliki daya adaptasi yang
tinggi terhadap berbagai lingkungan, sehingga mudah dipelihara dan dikembangkan
baik di dataran tinggi maupun dataran rendah bahkan di daerah kering dengan
sumber makanan kasar sekalipun. 3 Kambing memiliki perkembangbiakan yang cepat.
Umur 1,5 tahun sudah mulai beranak dan dalam dua tahun dapat beranak tiga
kali. Setiap
kali beranak dapat melahirkan dua ekor. Selain daging dan susu, kambing dapat
diambil kulitnya untuk kebutuhan industri. 4. Limbah kotoran kambing dapat
digunakan sebagai pupuk pertanian. 5. Kambing merupakan sumber uang tunai yang
sewaktu-waktu lebih mudah dijual. 6. Susu kambing mengandung kadar protein dan
lemak yang lebih tinggi daripada susu sapi. 7. Investasi yang dibutuhkan untuk
memelihara ternak kambing lebih kecil daripada ternak besar seperti sapi perah.
Beberapa jenis bangsa domba dan kambing tersebut terdapat telah berkembangbiak
dengan baik pada berbagai kondisi dan wilayah di Indonesia. Komoditas domba dan
kambing terdistribusi di berbagai pulau atau Provinsi di seluruh wilayah
Indonesia atau minimum menyebar di 11 provinsi di seluruh Indonesia.
Thursday, April 1, 2021
Peluang serta Tantangan Komoditi Kedelai untuk memenuhi Kebutuhan Pangan
Berdasarkan data rata-rata kebutuhan kedelai dalam negeri berkisar antara 2 sampai 3 juta ton kedelai per tahun. Karena produksi dalam negeri hanya mampu menyediakan 300.000 ton, impor yang kebanyakan berasal dari Amerika Serikat memenuhi 90% kebutuhan ini. 10 besar produsen kedelai dunia menurut FAO 2019 (juta ton). Brasil 114,2: AS 96,7; Argentina 55,2; China 15,7; India 13,2; Paraguay 8,5; Kanada 6,0; Russia 4,3; Ukraina 3,6; Uruguay 2,8. Kedelai adalah tumbuhan sub tropis, yang perlu panjang hari pada musim panas sampai 17 jam. Di kawasan tropis rata-rata panjang hari hanya 12 jam. Tetapi de facto, Indonesia bisa menghasilkan kedelai meski hanya 940.000 ton. Produksi kedelai petani kita rata-rata 1,3 ton per hektare lahan, atau relatif lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat yang produktivitasnya 2,7 ton per hektare. Untuk harga kedelai di tingkat importir saat ini mencapai Rp 7.300-Rp 7.600 per kilogram (kg) yang kemudian dijual oleh para distributor seharga Rp 7.800 per kg kepada industri-industri pengrajin tahu tempe yang mengkonsumsi sekitar 84 persen dari kebutuhan kedelai nasional.Kenaikan harga kacang kedelai yang sudah satu bulan lebih itu bermula dari tingginya jumlah permintaan pasar dibanding pasokan dari petaninya sendiri.Sejak perkembangan nilai tukar rupiah melemah, dimana harga kacang kedelai impor naik cukup tinggi. Produksi kedelai di Indonesia pernah mencapai puncaknya pada tahun 1992 (1,87juta ton). Namun setelah itu, produksi terus mengalami penurunan hingga hanya 0,672 juta ton pada tahun 2003. Artinya, dalam 11 tahun produksi kedelai merosot mencapai 64 persen. Sebaliknya, konsumsi kedelai cenderung meningkat sehingga impor kedelai juga mengalami peningkatan mencapai 1,307 juta ton pada tahun 2004.Sekarang, harga kacang kedelai per kilogram mencapai Rp. 9.000. Untuk memenuhi kebutuhan impor kedelai sampai akhir tahun diperkirakan 400.000-500.000 ton. Setiap tahun kebutuhan kedelai nasional 2,5 juta-2,7 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri 700.000 - 800.000 ton.Berdasarkan data kebutuhan kedelai Indonesia mencapai 2,4-2,6 juta ton sementara produksi lokal hanya mencapai 700-800 ribu ton. Impor yang dibutuhkan sekitar 1,8 juta ton. Perkembangan harga kedele tahun 2012 yakni Rp 6.700 per kilogram, sementara di tingkat konsumen Rp 7.000-Rp 7.050 per kilogram. Sementara sebelumnya, harga kedelai sempat menyentuh level Rp 8.300 per kilogram pada Juni-September 2012. Harga kedelai terendah di dalam negeri sempat terjadi 5 bulan lalu, di harga Rp 5.600 per kg. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Menurut data dari TradeMap (2012), impor kedelai telah meningkat secara akselerasi sebesar 85% selama 10 tahun terakhir. Misalnya, pada 2001, impor biji kedelai tercatat 1,14 juta ton, tetapi pada tahun 2011, impor biji kedelai bisa tembus menjadi 2,09 juta ton. Sejak tahun 2000, kondisi tersebut semakin parah, dimana impor kedelai semakin besar. Kenyataannya kita tidak merasa percaya sebagai negara agraris yang mengandalkan pertanian sebagai tumpuan kehidupan bagi sebagian besar penduduknya tetapi pengimpor pangan yang cukup besar.
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2011, produksi kedelai lokal hanya
851.286 ton atau 29 persen dari total kebutuhan. Karena itu, Indonesia harus
mengimpor kedelai 2.087.986 ton untuk memenuhi 71 persen kebutuhan kedelai
dalam negeri. Pada tahun 2012, total kebutuhan kedelai nasional 2,2 juta ton.
Jumlah tersebut akan diserap untuk pangan atau perajin 83,7 persen, industri
kecap, tauco, dan lainnya 14,7 persen, benih 1,2 persen, dan untuk pakan 0,4
persen. Anomali cuaca yang melanda Amerika Serikat dan Amerika Selatan, pasokan
kedelai pun turun dan harganya melonjak. Harga kedelai internasional pada minggu
ke-3 Juli 2012 mencapai 622 dollar AS per ton atau Rp 8.345 per kilogram untuk
harga paritas impornya di dalam negeri. Untuk impor kedelai terbesar Indonesia
berasal dari Amerika Serikat dengan jumlah 1.847.900 ton pada tahun 2011.
Menyusul impor dari Malaysia 120.074 ton, Argentina 73.037 ton, Uruguay 16.825
ton, dan Brasil 13.550 ton.Tempe yang merupakan makanan khas tradisional
Indonesia bisa dikelompokkan dalam kategori pangan fungsional yang mempunyai
manfaat kesehatan di luar kandungan gizinya. Selain lecithin yang
merupakan unsur gizi, kedelai juga mengandung genistein (senyawa nongizi) yang
bersifat antikanker. Untuk itu perlu pengembangan kedelai untuk produksi
nasional, konsumsi kedelai penduduk Indonesia seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk serta berkembangnya industri pangan olahan yang berbahan baku
kedelai tidak diimbangi dengan produksi dalam negeri yang mencukupi
sehingga impor kedelai terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. (Sumber:
data media, BPS, data diolah F. Hero K. Purba).