Pemasaran ekspor saat ini yang paling besar adalah
ke Amerika Serikat, dimana ekspor karet mentah ke Negeri Paman Sam tersebut
mencapai 400.000 ton per tahun, dan ekspor terbesar kedua adalah Jepang
sebanyak 270.000 ton.Berdasarkan data kontrak karet untuk pengiriman Oktober
2015, kontrak teraktif di Tokyo Commodity Exchange, diperdagangkan naik 0,88%
ke 218,60 yen atau Rp23.814 per kilogram pada penutupan perdagangan siang.Karet
sempat naik hingga 1,83% ke 219,70 yen atau Rp23.934 per kilogram setelah
dibuka melemah 0,05% ke harga 216,60 yen per kilogram. Karet merupakan salah
satu komoditas non-migas andalan ekspor Indonesia. Pada 2013, sektor karet alam
menyumbang 4,61 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia yang sebesar 149,92
miliar dollar AS. Data Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian mencatat, pada
2013 produksi karet alam mencapai 3,2 juta ton. Perkembangan komoditi karet
menurut data tahun 2011, Indonesia hanya mampu memberikan kontribusi untuk
kebutuhan karet dunia sebanyak 2,41 juta ton karet alam atau urutan kedua
setelah Thailand yang sebesar 3,25 juta ton. Menurut data Gabungan Perusahaan
Karet Indonesia (GAPKINDO), untuk tahun 2011 produksi karet alam dunia
diasumsikan hanya berkisar 10,970 juta ton sementara untuk konsumsi
diperkirakan mencapai 11,151 juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau
minus sekitar 181.000 ton. Kurangnya produk karet alam dunia di tahun 2011
salah satunya di karenakan terganggunya produksi karet di beberapa negara
seperti Australia, hujan deras yang disebabkan oleh lamina yang juga
menyebabkan banjir di negara tersebut telah mengganggu proses penyadapan karet.
Negara penghasil karet alam seperti Thailand, Indonesia dan Malaysia yang
dikenal dengan International Tripartite Rubber Council (ITRC) karena ketiga
negara tersebut menjadi penghasil karet alam terbesar. Thailand menjadi negara
penghasil karet alam terbesar dengan produksi karet pada tahun 2012 sebesar 3,5
juta ton, sementara Indonesia di peringkat kedua dengan produksi karet pada
periode yang sama sebesar 3 juta ton kemudian disusul oleh Malaysia dengan
produksi 946 ribu ton pada periode yang sama. Jika melihat kondisi harga karet
di pasar rubber Tokyo, Jepang sudah berada di level USD 3,3/kg. Untuk terus
menjaga stabilitas harga karet, ITRC akan meminta Vietnam untuk ikut bergabung.
Pasalnya, secara statistik produksi karet Vietnam juga mempunyai porsi yang
cukup tinggi di kawasan Asia Tenggara (pada tahun 2012 melebihi mencapai 860
ribu ton). Empat Negara yakni Indonesia, Thailand, Malaysia dan Vietnam akan
menguasai hampir 74 persen pasar dunia.
Pemerintah dalam hal ini, Kementerian Pertanian
berupaya dalam pembentukan Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olah Karet
(UPPB). Berfungsinya UPPB, pemasaran Bahan Olah Karet /BOKAR milik anggota
kelompok petani pekebun tidak boleh dijual langsung secara sendiri-sendiri
kepada pedagang. UPPB dapat bertindak sebagai wakil petani pekebun bila
berhadapan dengan pedagang atau pabrik pengolahan BOKAR terutama dalam
melakukan transaksi pemasaran, asal UPPB berpedoman pada harga yang berlaku dan
harus menjaga mutu BOKAR yang akan dijual. Dengan meningkatkan mutu BOKAR yang
dihasilkan oleh petani pekebun, maka pemerintah kabupaten/kota atau instansi
terkait bersinergi dengan pelaku usaha agribisnis karet membangun kualitas
karet dalam potensi pemasaran Internasional dengan daya saing mutu produk karet
yang berkualitas dan kontinuitas, kapasitas dalam memenuhi pemasaran global.
(Sumber: data media, BPS, data diolah F. Hero K. Purba).
No comments:
Post a Comment