Potensi serat sabut kelapa yang dicari pasar
sebagai bahan baku jok mobil, furniture, pot, geotekstil, maupun matras. Pemasaran
kspor dan domestik menyerap produk itu dalam jumlah besar. Coconutfiber merupakan serat sabut atau yang prioritas
diekstrak dari kulit luar dari buah kelapa.
Hal ini digunakan dalam berbagai cara
di seluruh dunia, dan menjadi sangat populer
untuk tali dan
tikar, dan ada sejumlah sumber
untuk sabut dan
coir produk. Coir berasal
dari lapisan berserat kusut
ditemukan Antara sekam
dalam dan luar kelapa. Untuk memproses sabut, sabut
kelapa secara klasik Direndam
menyebabkan serat membengkak dan melonggarkan sehingga mereka dapat
ditarik terpisah. Ada dua jenis coconutfiber: serat sabut putih dan
coklat. Coconutfiber putih
berasal dari kelapa muda, sementara coconutfiber coklat
berasal dari spesimen yang lebih matang. Dalam kelapa matang, lapisan
lignin telah disimpan dalam dinding serat
selulosa, menyebabkan ia gelap dalam penampilan. Setelah diekstrak dari kelapa,
serat dapat berputar atau kusut.
Produk
yang dihasilkan dari komoditas kelapa antara lain berupa serat sabut kelapa
atau "coco fiber" untuk bahan baku industri bernilai ekonomi tinggi,
seperti spring bed, matras, sofa, bantal, jok mobil, karpet dan tali. produksi
buah kelapa Indonesia yang mencapai 15 miliar butir per tahun, dan baru dapat
diolah sekitar 480 juta butir atau 3,2 persen per tahun.Setiap butir sabut
kelapa rata-rata menghasilkan serat sabut kelapa atau dalam perdagangan
internasional disebut coco fiber sebanyak 0,15 kilogram dan serbuk sabut kelapa
atau coco peat sebanyak 0,39 kilogram. Indonesia yang hanya mampu memasok sabut
kelapa sekitar 10 persen dari kebutuhan dunia. Sebagai salah satu contoh Shengyang, produsen kasur pegas dan mebel, meminta
pasokan 700 ton serat sabut untuk masa kontrak 12 bulan. Artinya, bahwa mesti
menyiapkan rata-rata 58 ton tiap bulan selama setahun. Ia lebih berkonsentrasi
untuk memenuhi permintaan Shengyang Xudong ketimbang importir lain. Serat sabut, hanya produk
sampingan dari kelapa, kini diminati, khususnya
negara China. Di Sri Lanka, meskipun tanaman kelapa tahunan
rata-rata produksi sabut hanya sekitar 80.000 ton
dan yang diekspor sekitar 70.000
ton. Vietnam
merupakan pendatang baru di pasar,
ekspor serabut kelapa sekitar 114.000 ton. Sri Lanka tidak dapat merebut kesempatan, karena hanya 25 persen dari sabut
kelapa yang tersedia di negara
tersebut dimanfaatkan untuk menghasilkan sabut dan keseimbangan Hampir 75 persen menjadi limbah. Pendapatan yang diperoleh oleh
ekspor serat di Rs 6,4 miliar dan jika total
potensi dimanfaatkan negara akan
menjadi kaya oleh sekitar lain Rs 20 miliar. Untuk Serat sabut kelapa
Indonesia dihadapkan kepada negara-negara pesaing yang lebih maju dalam hal
teknologi produksi serat sabut kelapa, sehingga mempunyai kualitas yang lebih
unggul. Persaingan tersebut juga dihadapi oleh karena perkembangan aplikasi
teknologi yang lebih maju dalam membuat produk industri dengan bahan baku serat
sabut kelapa. Negara-negara pesaing Indonesia tersebut antara lain adalah
Srilanka, Philippines,India dan Thailand. Untuk Serat sabut kelapa Indonesia
dihadapkan kepada negara-negara pesaing yang lebih maju dalam hal teknologi
produksi serat sabut kelapa, sehingga mempunyai kualitas yang lebih unggul.
Persaingan tersebut juga dihadapi oleh karena perkembangan aplikasi teknologi
yang lebih maju dalam membuat produk industri dengan bahan baku serat sabut
kelapa. (Sumber: Data media, data statistic, data diolah F. Hero K. Purba)
No comments:
Post a Comment