Produk kakao olahan sedang digalakkan untuk
mendorong tumbuhnya industri hilir di dalam negeri. Produk olahan yang dimaksud
berupa serbuk ataupun minyak cokelat. Produk tersebut memberi nilai tambah bagi
penyerapan tenaga kerja dan menggerakkan perekonomian nasional. Untuk konsumsi
cokelat di Indonesia masih jauh di bawah negara-negara tetangga di Asia. Sebut
saja Thailand, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Minimnya konsumsi cokelat di
Indonesia, tidak terlepas dari faktor kebiasaan dan budaya yang
berkembang. Indonesia menjadi salah satu produsen utama kakao di dunia. Namun belum
banyak produk cokelat siap konsumsi lokal Indonesia yang inovatif dalam
mengemas dan menjual produk ke masyarakat luas.

Biji
kakao maupun produk olahan kakao merupakan komoditi/produk yang diperdagangkan
secara internasional. Indonesia termasuk negara pengekspor penting dalam
perdagangan biji kakao. Sedangkan untuk produk olahan kakao, seperti disinggung
sebelumnya, ekspor Indonesia belum menunjukkan perkembangan. Perdagangan luar
negeri komoditi/produk tersebut sejalan dengan kebijakan di bidang perdagangan
luar negeri yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia. Luas perkebunan tersebut meningkat menjadi 1.432.558
Ha pada tahun 2009. Secara rata-rata pertumbuhan luas perkebunan kakao di
Indonesia dari tahun 2000 hingga tahun 2009 adalah sebesar 8 persen.Kebijakan umum di bidang
perdagangan luar negeri pada dasarnya terdiri dari kebijakan ekspor dan
kebijakan impor. Tujuan utama dari kebijakan ekspor adalah meningkatkan ekspor,
dengan prasyarat bahwa kebutuhan pasar domestik telah terpenuhi. Sedangkan
tujuan utama dari kebijakan impor ada dua, yakni (1) mengurangi impor, dengan
prasyarat bahwa produksi dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan pasar atau (2)
menambah impor, jika produksi dalam negeri tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam
negeri.
Potensi pengembangan daya saing produk kakao
diperlukan untuk meningkatkan kemampuan penetrasi kakao dan produk kakao
Indonesia di pasar ekspor, baik dalam kaitan pendalaman maupun perluasan pasar.
Pengembangan produk olahan
kakao, pemerintah juga telah mengeluarkan serangkaian kebijakan produksi dan
perdagangan produk olahan kakao. Oleh karena itu, pada dasarnya dapat dikatakan
bahwa Indonesia memiliki potensi untuk mengekspor produk olahan kakao. Namun,
industri pengolahan kakao di Indonesia hingga saat ini belum berkembang, bahkan
tertinggal dibandingkan negara-negara produsen olahan kakao yang tidak didukung
ketersediaan bahan baku yang memadai, seperti Malaysia. Pengaruh
persaingan /daya saing didasarkan pada perubahan pangsa pasar negara pengekspor
yang dianalisis (Indonesia) di pasar negara tertentu untuk suatu komoditas
tertentu hanya dapat berlangsung selama waktu analisis sebagai respon terhadap
perubahan harga relatif komoditas negara pengekspor (Indonesia). Daya saing diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan penetrasi kakao dan produk kakao Indonesia di pasar
ekspor, baik dalam kaitan pendalaman maupun perluasan pasar. Peningkatan daya
saing dapat dilakukan dengan melakukan efisiensi biaya produksi dan pemasaran,
peningkatan mutu dan konsistensi standar mutu.(Berbagai
sumber media terkait, data -data diolah F. Hero K. Purba)
No comments:
Post a Comment