Komoditas buah lokal Jeruk keprok SoE berada di
kawasan Gunung Mutis dengan ketinggian 2.000 meter dpl, di Kecamatan Molo Utara
dan Molo Selatan. Jeruk soe memiliki ciri-ciri, antara lain, kulit tipis merah,
mudah dikupas, rasa manis keasaman, berbentuk bulat sedang, ketinggian batang
2-4 meter, dan usia berbuah 2-3 tahun. Orang-orang lebih suka menyebut jeruk
keprok soe atau jeruk soe karena hanya tumbuh, berkembang, dan berbuah dalam
jumlah besar di wilayah itu. Berdasarkan data bahwa tahun 1995-2008 produksi
jeruk keprok soe sampai 500 kilogram per pohon. Jeruk waktu itu dikirim ke
Timor Timur (Timor Leste), Kupang, Flores Timur, Manggarai, Bajawa, Maumere,
Rote Ndao, dan Sabu Raijua melalui pedagang. Jeruk soe tidak kalah bersaing
dengan jeruk dari luar NTT. Waktu itu jeruk soe dijual di swalayan dan
toko-toko di Kupang dengan harga Rp 5.000- Rp 25.000 per kilogram,
bahkan harga sampai saat ini mencapai Rp. 40.000/kg.
Komoditi buah Jeruk keprok SoE merupakan salah
satu varietas jeruk lokal, komersial unggulan Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT), yang kualias buahnya tidak kalah
dibanding dengan jeruk keprok lain yang telah berkembang di Indonesia,
seperti keprok Batu 55, Tawangmangu, Chinakonde, Garut, Madura, Tejakula dan
lainnya (Didiek AB, et all, 2004). Namun jeruk keprok SoE ini hanya berkembang
di daerah NTT karena adaptasi lingkungan dan bersifat spesifik lokasi, belum
bias dikembangkan secara baik di daerah sentra jeruk lainnya. (Sources:
Berbagai sumber media terkait, data diolah F. Hero K. Purba). Kondisi tanah-tanah
di sentra jeruk Soe umumnya termasuk ordo Alfisol dengan tekstur liat (clay),
dengan konsistensi teguh dan lapisan bawahnya berwarna coklat kuat sampai merah
kekuningan, tekstur liat, banyak kerikil dan batu yang dapat menghalangi
perkembangan akar tanaman jeruk. Tanah ini umumnya tingkat kesuburannya
rendah dan bentuk lahannya yang berbukit menyebabkan rentan terhadap bahaya
erosi. Disisi lain, tanaman jeruk membutuhkan nutrisi yang cukup untuk
mendukung pertumbuhannya sehingga dibutuhkan masukan pupuk berimbang secara
intensif baik organik maupun kimia.Tidak sedikit petani menanam jeruk dilatar
belakangi oleh bantuan benih dari pemerintah, bukan karena mandiri. Hal
ini, pemahamannya terhadap budidaya jeruk yang baik dan benar kurang
memadai. Tipe petani ini biasanya tidak siap menerapkan teknologi anjuran
yang membutuhkan saprodi tidak sedikit. Sayangnya di daerah tersebut
tidak mudah untuk mendapatkan saprodi yang memadai. Kalaupun saprodi
tersedia, seringkali harganya tidak memihak petani. Sangat disayangkan sekali bila
Jeruk SoE ini lama-lama menghilang. Sebaiknya pemerintah turun tangan untuk
mengembangkan tanaman jeruk ini dengan dana APBD dan APBN. Pemerintah Daerah
dalam proses indikasi geografis untuk mewujudkan perlindungan dan pengembangan
terhadap varietas lokal yang menjadi ciri khas dari daerah SoE, Kabupaten Timur
Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur ini.
No comments:
Post a Comment