Prediksi untuk tahun 2013 bahwa diperkirakan
produksi karet menurun sekitar 200 ribu ton akibat datangnya musim kemarau
basah. Tahun lalu produksi mencapai 2,5 juta ton. Mendekati kuartal pertama,
produksi karet alam mencapai 1,1 juta hingga 1,5 juta ton. Kebutuhan karet (Hevea braziliensis)
dunia dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan, jika pada tahun 2009
konsumsi karet dunia sebesar 9,277 juta ton, untuk tahun 2010 naik menjadi
10,664 juta ton. Untuk ekspor karet alam Indonesia ke
AS pada kwartal I Januari--April 2012 mencapai hampir 177.000 ton senilai
628,586 juta dolar AS.Sementara produksi karet mentah dunia hanya mampu
memberikan sebanyak 10,219 juta ton pada tahun 2010 naik dibandingkan dengan
tahun 2009 yang sebesar 9,702 juta ton karet alam atau minus sekitar 445.000
ton. Harga karet di pasar dunia tersebut dipengaruhi oleh tingginya permintaan
terhadap komoditas tersebut dari negara-negara yang mengalami pertumbuhan
ekonomi yang pesat seperti China, India, dan Asia Pasifik. Menurut data Badan
Pusat Statistik bahwa untuk luas areal karet Indonesia sebagai yang terbesar di
dunia dengan luas 3,4 juta hektar, diikuti Thailand seluas 2,6 juta hektar dan
Malaysia 1,02 juta hektar. Meski memiliki lahan terluas,
produksi karet Indonesia tercatat sebesar 2,4 juta ton atau di bawah produksi
Thailand yang mencapai 3,1 juta ton, sedangkan produksi karet Malaysia mencapai
951 ribu ton. Untuk mutu bahan olah karet rakyat (bokar) sangat menentukan daya
saing karet alam Indonesia di pasar International. Vietnam
telah meningkatkan total volume
ekspor ke 988.000 ton, hasil dari revisi naik produksi negara
untuk 955.000 ton pada tahun 2012. Mutu bokar yang baik akan terjamin permintaan pasar jangkan panjang. Mutu
bokar yang baik dicerminkan oleh Kadar Kering Karet (KKK) dan tingkat
kebersihan yang tinggi. Upaya perbaikan mutu bokar harus dimulai sejak
penanganan lateks di kebun sampai dengan tahap pengolahan akhir. Indonesia pada
tahun 2010 hanya mampu memberikan kontribusi untuk kebutuhan karet dunia
sebanyak 2,41 juta ton karet alam atau urutan kedua setelah Thailand yang
sebesar 3,25 juta ton. Berdasarkan data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia
(GAPKINDO), untuk tahun 2011 produksi karet alam dunia diasumsikan hanya
berkisar 10,970 juta ton sementara untuk konsumsi diperkirakan mencapai 11,151
juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau minus sekitar 181.000 ton.
Kurangnya produk karet alam dunia di tahun 2011 salah satunya di karenakan
terganggunya produksi karet di beberapa negara seperti Australia, hujan deras
yang disebabkan oleh lamina yang juga menyebabkan banjir di negara tersebut
telah mengganggu proses penyadapan karet. Kemudian di Thailand asosiasi natural
rubber producing countries di Thailand memperkirakan produk karet alam pada
musim dingin yang berlangsung mulai Febuari-Mei berdampak pada menurunnya
produk karet hingga 50 persen. dengan adanya asumsi tersebut, dipastikan
Indonesia berpeluang besar untuk memasok karet alam hasil produk Indonesia ke
luar negeri/ekspor dan tentunya dengan catatan untuk produk karet Indonesia
agar lebih ditingkatkan. Untuk tahun 2010 ekspor karet Indonesia sebesar 1,9
juta ton. Diperkirakan untuk targetnya tahun ini ekspor karet bisa naik hingga
10%. Tahun ini, realisasi produksi karet alam Indonesia mencapai 3,04 juta ton
dari target 2,90 juta ton. Tahun depan, target produksi karet Indonesia akan
diturunkan menjadi 2,77 juta ton. Selain demi menjaga harga, Rusman mengatakan
penurunan target produksi ini merupakan komitmen Indonesia dengan dua
produsen karet terbesar lainnya yakni Thailand dan Malaysia. Ketiga
negara ini tergabung di dalam International Tripartite Rubber
Council (ITRC). Impor karet alam dengan India merosot 35,63
persen pada Desember menjadi 13.611 ton. Konsumsi
turun 1,3 persen
menjadi 78.000 ton sementara produksi naik 3,0 persen menjadi 110.000 ton
selama periode yang sama. Menurut data bahwa Indonesia, output karet alam negara terlihat
meningkat sebesar tujuh persen pada tahun 2013 untuk 3,2 juta ton karena hasil
yang lebih tinggi. Menerapkan
mutu bahan olahan karet (bokar) yang baik akan terjamin permintaan
pasar jangkan panjang. Mutu bokar
yang baik dicerminkan oleh Kadar Kering Karet (KKK) dan tingkat
kebersihan yang tinggi. Upaya untuk perbaikan mutu bokar harus dimulai
sejak penanganan lateks di kebun sampai dengan tahap pengolahan akhir. Pengembangan
agribisnis karet Indonesia ke depan perlu didasarkan pada perencanaan yang
lebih terarah dengan sasaran yang lebih jelas serta mempertimbangkan berbagai
permasalahan, peluang dan tantangan saat ini dan ke depan. (Sumber data
BPS, media terkait, data diolah F. Hero K. Purba)
No comments:
Post a Comment