Biji kakao Indonesia memiliki
daya saing di pasar internasional diharapkan akan lebih banyak lagi negara yang
membutuhkan kakao biji dari Indonesia dan produsen akan lebih bersemangat untuk
memproduksi kakao biji dengan mutu yang lebih baik dan biaya produksi yang
cukup rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional
dapat diproduksi dan dipasarkan oleh produsen dengan memperoleh laba yang
mencukupi, sehingga dapat mempertahankan kelangsungan produksinya. Untuk
pasca kebijakan bea keluar terdapat
peningkatan kapasitas industri pengolahan kakao dari 130.000 ton pada tahun
2009 menjadi 150.000 ton pada tahun 2010 dan 280.000 ton pada tahun 2011.
Kapasitas industri olahan kakao ini diproyeksikan mencapai 400.000 ton pada
tahun 2014. Untuk luas areal tanaman kakao Indonesia mencapai 1,4 juta hektar dengan produksi
803 ribu ton menempatkan Indonesia sebagai negara produsen terbesar kedua dunia
setelah Pantai Gading diikuti Ghana pada urutan ketiga, Pantai
Gading, dengan luas area 1.563.423 Ha dan produksi 795.581 ton. Secara umum
didunia terdapat sekitar 50 negara produsen kakao, yang terbagi dalam 3 benua
yaitu Afrika yang menguasai sekitar 65% kakao dunia, Asia sekitar 20% dan
Amerika latin sekitar 15%. Sedangkan dari sisi industri (word cocoa brinding),
Indonesia berada di nomor tujuh dunia dibawah Belanda, Amerika, Jerman, Pantai
Gading, Malaysia dan Brazil. Luas perkebunan kakao di Indonesia terus meningkat
sepanjang 5 tahun terakhir. Total produksi kakao Indonesia sekitar 16
persen dari total produksi dunia, namun jumlah yang diekspor masih kurang dari
5 persen. Selain itu produsen di Indonesia masih mempunyai posisi tawar yang
lemah ditunjukkan oleh harga kakao yang mudah berfluktuasi pada tingkat yang
rendah.
Biji kakao maupun produk olahan kakao
merupakan komoditi/produk yang diperdagangkan secara internasional. Indonesia
termasuk negara pengekspor penting dalam perdagangan biji kakao. Sedangkan
untuk produk olahan kakao, seperti disinggung sebelumnya, ekspor Indonesia
belum menunjukkan perkembangan. Perdagangan luar negeri komoditi/produk
tersebut sejalan dengan kebijakan di bidang perdagangan luar negeri yang
diterapkan oleh pemerintah Indonesia. Luas
perkebunan tersebut meningkat menjadi 1.432.558 Ha pada tahun 2009. Secara
rata-rata pertumbuhan luas perkebunan kakao di Indonesia dari tahun 2000 hingga
tahun 2009 adalah sebesar 8 persen.
Kebijakan umum di bidang perdagangan luar negeri pada
dasarnya terdiri dari kebijakan ekspor dan kebijakan impor. Tujuan utama dari
kebijakan ekspor adalah meningkatkan ekspor, dengan prasyarat bahwa kebutuhan
pasar domestik telah terpenuhi. Sedangkan tujuan utama dari kebijakan impor ada
dua, yakni (1) mengurangi impor, dengan prasyarat bahwa produksi dalam negeri
bisa memenuhi kebutuhan pasar atau (2) menambah impor, jika produksi dalam
negeri tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pengembangan produk olahan kakao, pemerintah juga telah mengeluarkan
serangkaian kebijakan produksi dan perdagangan produk olahan kakao. Oleh karena
itu, pada dasarnya dapat dikatakan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk
mengekspor produk olahan kakao. Namun, industri pengolahan kakao di Indonesia hingga
saat ini belum berkembang, bahkan tertinggal dibandingkan negara-negara
produsen olahan kakao yang tidak didukung ketersediaan bahan baku yang memadai,
seperti Malaysia. Pengaruh
persaingan /daya saing didasarkan pada perubahan pangsa pasar negara pengekspor
yang dianalisis (Indonesia) di pasar negara tertentu untuk suatu komoditas
tertentu hanya dapat berlangsung selama waktu analisis sebagai respon terhadap
perubahan harga relatif komoditas negara pengekspor (Indonesia). Pengembangan daya
saing diperlukan untuk meningkatkan kemampuan penetrasi kakao dan produk kakao
Indonesia di pasar ekspor, baik dalam kaitan pendalaman maupun perluasan pasar.
Peningkatan daya saing dapat dilakukan dengan melakukan efisiensi biaya
produksi dan pemasaran, peningkatan mutu dan konsistensi standar mutu.(Berbagai sumber media terkait, data -data
diolah F. Hero K. Purba)
No comments:
Post a Comment