

Menurut data Gabungan Perusahaan Karet
Indonesia (GAPKINDO), untuk tahun 2011 produksi karet alam dunia diasumsikan
hanya berkisar 10,970 juta ton sementara untuk konsumsi diperkirakan mencapai
11,151 juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau minus sekitar 181.000
ton. Kurangnya produk karet alam dunia di tahun 2011 salah satunya di karenakan
terganggunya produksi karet di beberapa negara seperti Australia, hujan deras
yang disebabkan oleh lamina yang juga menyebabkan banjir di negara tersebut
telah mengganggu proses penyadapan karet. Kemudian di Thailand asosiasi natural
rubber producing countries di Thailand memperkirakan produk karet alam pada
musim dingin yang berlangsung mulai Febuari-Mei berdampak pada menurunnya
produk karet hingga 50 persen. Dengan adanya asumsi tersebut, dipastikan
Indonesia berpeluang besar untuk memasok karet alam hasil produk Indonesia ke
luar negeri/ekspor dan tentunya dengan catatan untuk produk karet Indonesia
agar lebih ditingkatkan. Untuk tahun 2010 ekspor karet Indonesia sebesar 1,9
juta ton. Diperkirakan untuk targetnya tahun ini ekspor karet bisa naik hingga
10%. Tahun ini, realisasi produksi karet alam Indonesia mencapai 3,04 juta ton
dari target 2,90 juta ton. Tahun depan, target produksi karet Indonesia akan
diturunkan menjadi 2,77 juta ton. Selain demi menjaga harga, penurunan target produksi ini merupakan komitmen Indonesia dengan dua
produsen karet terbesar lainnya yakni Thailand dan Malaysia. Ketiga negara ini
tergabung di dalam Internasional Tripartite Rubber
Council (ITRC). Impor karet
alam dengan India merosot 35,63 persen pada Desember
menjadi 13.611 ton. Konsumsi turun 1,3
persen menjadi 78.000 ton sementara produksi naik
3,0 persen menjadi 110.000
ton selama periode
yang sama. Menurut data bahwa
Indonesia, output karet alam negara
terlihat meningkat sebesar tujuh persen pada tahun
2013 untuk 3,2 juta ton karena
hasil yang lebih tinggi. Menerapkan mutu bahan olahan karet (bokar) yang
baik akan terjamin permintaan pasar jangkan panjang. Mutu bokar yang baik
dicerminkan oleh Kadar Kering Karet (KKK) dan tingkat kebersihan yang
tinggi. Upaya untuk perbaikan mutu bokar harus dimulai sejak penanganan
lateks di kebun sampai dengan tahap pengolahan akhir. Pengembangan agribisnis karet Indonesia ke depan perlu
didasarkan pada perencanaan yang lebih terarah dengan sasaran yang lebih jelas
serta mempertimbangkan berbagai permasalahan, peluang dan tantangan saat ini
dan ke depan. (Sumber data BPS, media terkait, data diolah F. Hero
K. Purba)
No comments:
Post a Comment