
Untuk ekspor tahun 2011 diperkirakan lebih rendah
dibandingkan tahun lalu. Hingga Mei 2011, total ekspor dari Vietnam
diperkirakan sekitar 50.000 mt, yang 9.000 mt rendah dari periode yang sama.
Amerika Serikat dan Jerman adalah pasar utama untuk Lada. Vietnam, diikuti oleh
Belanda, Uni Emirat Arab dan Mesir.Nilai ekspor lada hitam dan lada putih dalam
tahun 2001 menunjukkan penurunan. Lada hitam, nilai ekspor tertinggi diperoleh
tahun 2000 sebesar US $ 100,6 juta, dan tahun 2001 menurun menjadi US $ 39,9
juta. Sementara itu nilai ekspor lada putih pada tahun 1995 sebesar US $ 69,8
juta, dan angka ini meningkat menjadi US $ 140,7 juta pada tahun 1999. Setelah
itu nilai ekspor ini menurun menjadi US $ 60,1 juta pada tahun 2001. Indonesia
merupakan produsen lada terbesar kedua di dunia setelah Vietnam dengan
kontribusi 17 persen dari produksi lada dunia pada 2010. Terintegrasinya dalam
harga eksportir dan harga dunia mencerminkan bahwa pergerakan harga domestik
sangat dipengaruhi oleh dinamika harga di pasar internasional. Hal ini member
petunjuk bahwa pengembangan komoditas lada seyogyanya mempertimbangkan
efisiensi dan daya saing di pasar dunia. Lada merupakan penyumbang devisa
negara terbesar keempat untuk komoditas perkebunan setelah minyak sawit, karet,
dan kopi. Lada Indonesia masih mempunyai kekuatan dan peluang untuk
dikembangkan, karena lahan yang sesuai untuk lada cukup luas, biaya produksi
lebih rendah dibanding negara pesaing, tersedianya teknologi budi daya lada
yang efisien, serta adanya peluang melakukan diversifikasi produk apabila harga
lada jatuh.
Terintegrasinya dalam harga
eksportir dan harga dunia mencerminkan bahwa pergerakan harga domestik sangat
dipengaruhi oleh dinamika harga di pasar internasional. Perkembangan lada putih Indonesia di pasar
internasional seringkali dihadapkan pada permasalahan volume ekspor dan harga
yang terus berfluktuasi. Negara pengimpor lada dari Indonesia cenderung
menerapkan persyaratan mutu produk yang sangat ketat. Lada putih Indonesia di
pasar internasional juga dihadapkan pada masalah persaingan diantara negara
produsen. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil utama lada, strateginya
adalah mengembangkan lada yang sesuai, serta menerapkan eknologi rekomendasi
dan efisiensi biaya produksi. Dari sisi permintaan, impor lada ke Amerika Serikat
selama periode Januari – November 2011 menunjukkan angka 64.276 ton yang
terdiri dari 47.742 mt lada hitam, 5.331 mt lada putih dan 11.203 ton groud
pepper. Impor sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan impor AS dari
63.274 ton pada periode yang sama tahun lalu. Indonesia tetap menjadi pemasok
terbesar lada hitam keseluruhan untuk pasar AS, pengiriman 17.844 ton (37
persen), diikuti oleh Vietnam (12.424 ton), Brasil (11.427 ton) dan India (5285
mt). Daya saing lada Indonesia dipasar Internasional dapat ditingkatkanmelalui
peningkatan produktivitas, mutu hasil dan diversifikasi produk bila produk
utama harganya jatuh. Hal yang terpenting adalah sistem kelembagaan pada
tingkat petani dan penerapan jaminan mutu dan teknologi pengolahannya dengan
melihat kondisi cuaca dan efisiensi perhitungan pembiayaannya. (Sumber: Data IPC,
BPS, berbagai sumber terkait, data diolah F.Hero Purba.2013)
No comments:
Post a Comment